10. War

34 5 0
                                    

"Bener sih, lo belom keburu start sama cowo lain. Tapi, sebelolum sempet lo ambil start, gue udah keburu lari ngejar seseorang" Ujar Laura.

"Oh gitu... Brarti lo lagi suka cowo ya Lau?" tanya Devan dengan raut kecewa.

"Kayaknya si gitu"

"Syukur deh, masih kayaknya. Ada dong kesempatan buat gue?"

"Ada lah"

"HAH?" Devan kaget.

"Kesempatan jadi temen maksudnya"

Slorrr.

Pundak Devan merosot, matanya menyiratkan kekecewaan. Yaiyalah, emang dasar Laura ya. PHP. Kena PHP ganti baru tau rasa. Tapi Devan masih senyum kok, senyumnya sekecut jeruk nipisnya mami lemon.

"Yaudah Van. Yuk kesana, ajarin gue gimana caranya yang bener. Lo kan senior tergans gue" ajak Laura dengan menepuk pundak Devan.

"Oke, lo ke lapangan dulu aja. Gue mau pake sepatu"

"Okeee"

Laura bergegas ke tengah lapangan dan melakukan pemanasan. Dilihatnya semakin banyak anggota yang ikut latihan sore ini.

Pritttttt!

Suara memekikkan itu bersumber dari peluit pelatih yang menandakan semuanya harus segera berkumpul. Laura melihat abangnya yang sudah berdiri rapi berbaris melingkar dengan lainnya. Dasar ya, Laura kenapa ga diajak coba. Kalo ginikan Laura malu. Anak baru juga kan.

"Ayoo, nalah ngelamun. Udah deh ya, nglamunin guenya di pending dulu"

"Apaan si lo, Van. Udah yuk baris" Laura menarik tangan Devan.

Tidak siap dengan tindakan Laura barusan, Devan mengedipkan matanya berulang kali untuk memastikan bahwa tangannya yang digandeng Laura sekarang bukanlah mimpi. Anggap saja Devan lebay, tapi seingatnya dulu, Laura selalu menolak untuk bergandengan tangan dengannya.

"Baiklah, di sini ada teman baru kalian rupanya. Ayo silahkan perkenalkan diri kalian" ucap pelatih.

Dan pada akhirnya, Laura melepaskan cekalannya. Devan segera tersadar saat tangannya menjadi ringan tanpa milik Laura.

"Kenalin, gue Leorensya Raiga, panggil Leo aja. Dan ini adek gue," Ucap Leo mengenalkan dirinya dan menyenggol lengan Laura.

"Gue Laura Agrensia, biasa dipanggil Laura" sapa nya sambil senyum pepsodent.

"Oke, karna udah kenalan, sekarang gausah canggung, ya. Kita di sini belajar bareng bareng, jadi biasain akrab satu sama lain" ujar pelatih itu.

"Eh, gue manggil nya pake apaan nih" bisik Laura ke Devan

"Pake nasi sama lalapan" ucap Devan tanpa melihat Laura. Rupanya dia mulai nglantur.

"Gue serius monyet" amuk Laura.

"Kan becanda Lau, hehehe. Kalo Gue sama temen temen si manggilnya Mas Fian kalo lo terserah sih"

"Oke gue juga deh. Eh, harusnya gue manggil lo pake embel embel 'kak' kan ya?" Kata Laura.

"Gausah, santai aja sama gue"

"Lebih sopan pake 'kak' deh, ya kan?"

"Lebih enak panggil 'sayang' deh, ya kan?" Devan mengikuti nada Laura. Dan lawan bicaranya malah sebel sendiri. Ya lagian Laura lagi serius juga dibercandain.

"Canda Lau. Udah panggil nama aja kali, lagian beda setaun juga lo bawa ribet. Lo manggil gue mas kalo udah nikah aja"

"NAJIS ANJIR"

Te Amo Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang