8. Laura Bergembira

33 8 1
                                    

Hah? Kenap--" ucapnya terhenti saat Laura membalik badan. Irama jantungnya mendadak jauh dari ambang normal.

Laura sempurna menganga saat ia membalik badannya. Sedangkan orang yang ditatap itu hanya bingung.


Natasha dan Tania hanya diam melihat dua sejoli yang akan bercengkrama sesaat lagi.

"Ra-Rafael?"

"Eh, gue ngagetin lo? Maaf, gue ga maksud kok" Rafael meminta maaf kepada Laura.

"Eh, eng-gapapa. Btw ada apa?" tanya Laura yang mati matian mengusir geroginya.

"Lo Laura kan?"

"Iya" jawab Laura seadanya.

Dia bahkan belum berkenalan secara resmi dengan Rafael. Sebenarnya sudah, lewat sepintas chat yang menyebalkan menurut Laura. Dan sekarang, Rafael mengenalnya dengan menebak namanya.

"Lo sekertaris kelas kan?"

"Iya. Kenapa, Raf?" Yap. Ini pertama kalinya Laura memanggil nama Rafael secara langsung di depan pemilik nama itu.

"Tulisin tugasnya di papan tulis,ya? Tadi pas gue buang sampah, guru piket kasih ini" Rafael menyerahkan kertas yang berisi tugas.

"Oh, oke"

Rafael meninggalkan Laura yang masih menatap punggungnya hingga Rafael duduk di bangkunya. Sungguh! Laura ingin menarik ulang waktu agar bisa lebih banyak bicara dengan Rafa, bukan malah sibuk menetralkan detak jantungnya.

"Heh! Nglamun mulu lo. Mana sambil senyum lagi. Yang abis ngobrol ama crush mah beda yaa" ledek Tania.

"Ciaaa, ayo Lau, gercep. Denger denger, anak sini ada yang suka Rapa loooh. Mampus aja lo kalo ketikung. Apalagi ama temen sekelas" Laura tersentak saat mendengar ucapan sahabatnya itu.

"Emang iya? Siapa?"

"Cessyllia" jawab Tania dengan nada yang lirih.

"APA!!" Natasha terkejut.

"Yeee dasar toa mejid. Lagi juga yang harusnya histeris kan Laura. Kok jadi elo?!"

"Yang bener lo! Cassy yang itukan? Cantik sih, cocok" ujar Laura sambil menunjuk pojok depan kelas, tempat gengnya Cassy berada. Rupanya Laura pesimis, terlihat dari suaranya yang mulai melemah.

"Iya, cans si sebenernya, cuma ya gitu. Kelakuannya bikin elus dada. Elo juga, Lau. Jangan merendah dulu" kata Tania.

"Elo tau darimana coba. Lo semua pasti apal lah ya mantan mantannya Cassy berkelas, kenapa tiba tiba suka sama Rafa?" tukas Natasha.

"Heh, mulut lo ya. Lo kira Rafa ga berkelas gitu" bentak Laura dengan pekik tertahan. Ia tak mau mengganggu temannya yang mengerjakan tugas.

"Y-ya bukan gitu Lau. Mak-maksud gu---"

"Bodo amatt"

"Yee malah berantem. Kita tu kudu buat strategi kek ato mata matain si Cassy. Buat mastiin itu" Tania menyudahi pertengkaran antara dua sahabatnya itu.

"Oke. Trus kita harus apa?" Natasha bertanya duluan.

"Sementara ini kita cuma bisa diem,"

"Lah kata lo mata matain, kok malah diem si!" potong Laura.

"Si bocah ya, tunggu selese ngomong napa. Kita cuma bisa diem gegara kita kan belom kenal banget sama Cassy. Siapa tau, Cassy suka sama Rapa tu cuma gosip belaka. Lagi juga dia gaada tuh pdkt an ama Rapa"

"Bukannya gaada. Cuma belom aja" sarkas Laura.

"Sabar atuh bukk, jan nge gas. Eh, Ngomong ngomong, kalian kenal temen gengnya Cassy yang namanya Alena itu ga si. Itukan anak olimpiade, mana olim Biologi lagi" Kata Natasha.

"Satu lagi yang namanya Shena. Dia anak English Club dong. Gimana bisa gaulnya ama mimi peri kobangan coba??" lanjut Natasha.

"Bisa bisanya gabung sama si Mbak Kunti" Tania nyinyir.

"Dia punya nama ihh. Kalo udah temenan mah beda kali. Mau gimana juga tetep temen. Kalo dia sifatnya buruk, anggep aja dia lagi khilaf"

Hey! Apa yang dikatakan Laura barusan? Yang benar saja. Sudah tau orang yang sedang disukainya rentan direbut oleh Cassy, dan lihat! Laura malah dengan santainya bilang seperti itu. Untuk teman Laura, tolong Laura diberi pencerahan:))

"Serah lo bege" pasrah Natasha. Namun, bersiaplah kalian menutup telinga.

"GILA AJA LO, LAU! RAPAK DALAM KEADAAN GAWAT DARURAT WOYY!"

"Lagi juga kan belom tentu Rafa jodoh gue. Gue mah bisa apa?" pasrah Laura.

"Jangan gitu dong Lau. Gue yakin kalian bakal happy ending deh deh sama Rafa. Inti nya yakin" ujar Natasha memberi semangat.

"Iya Lau, jangan pesimis gitu dong. Kalo sampe ga jadian ama Rapa, awas aja. Rapa bakal nanggung akibatnya. Pipi ama pelipisnya bakal jadi sasaran empuk buat gue bogem" Siap Tania.

"Udah udah. Gue ke depan dulu. Mo nulis ni tugas sialan" ujar Laura meninggalkan sahabatnya.

Laura menuliskan soal yang diberikan guru piket. Karna papan tulisnya kaca, Laura masih sempat sempatnya memeperhatikan Rafael yang sedang bersenda gurau dengan kawan disebelahnya. Senyum manisnya membuat mata Rafa menyipit.

Tuhan, kuat kan Laura. Yang benar saja, tangannya mulai tak stabil menulis. Dengan matanya yang masih mencuri pandangan lewat kaca papan tulis. Laura segera menyelesaikan tugasnya menulis soal yang memusingkan kepala. Setelahnya, ia kembali ke tempat duduknya.

Hei, Laura bukan manusia munafik. Ia jelas mencuri pandang untuk sekedar melihat Rafa. Astaga Laura! Apa masih kurang duduk bersebrangan dengan Rafael? Dasar Laura.

Saat Laura mendudukkan dirinya, Natasha membisikkan sesuatu yang membuat tubuhnya tercengang.

***

Di tempat lain dengan waktu yang sama.

"Ada yang aneh dari gue gak" tanya seseorang.

"Ada sih. Ini gue gak tau cuma perasaan gue aja ato emang bener. Gue sempet liat lo rada aneh aja sih hari ini" jawab orang yang ditanya.

"Ya anehnya gimana?"

"Kek lo tiba tiba ngajak ngobrol. Mana topiknya nyliwer gajelas lagi. Trus alis lo sering nyatu gitu, antara lo lagi mikir atau,,,," kalimatnya menggantung.

"Atau?"

"Atau lo lagi gerogi? Emang lo kenapa sih?"

"Keliatan banget apa ya?"

"Lo terlalu pinter ngalihinnya. Sampe gue aj hampir ga sadar gelagat lo yang aneh ini"

***

TBC


Te Amo Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang