08. Momo Hilang

239 42 6
                                    







"WOYYY! WILDAN REHANUSA! KELUAR NGGAK LO!!!"

"WILLY JANGAN TERIAK-TERIAK!"

"HAHAHAHAHA!"

Gue tertawa ngakak setelah berhasil membocorkan rahasia Willy ke bunda sama ayah. Gak sia-sia waktu gue buat nyari tau siapa ceweknya Willy.

Begitu gue bocorin rahasianya, satu keluarga ngeledekin Willy. Tapi dia juga sempet kena omel sama ayah gara-gara suka mainin hati cewek. Padahal ayah sendiri juga begitu dulunya. Ckckck.

Gue memberanikan diri untuk membuka pintu kamar. Kasian juga pintu gue digedar-gedor.

Ceklek.

"Anjir," umpat gue kaget. Tiba-tiba Willy masuk kedalam dengan cepat dan langsung merangkul leher gue. Kepala gue udah diketek Willy. Gak cuman itu, kepala gue juga dijitak berkali-kali.

"Sue lo! Makan nih jitakan!" gertak Willy penuh dengan emosi.

"Maaf maaf. Udahan kek, nanti gue jadi bego."

Setelah itu Willy melepaskan gue. Masih dengan tatapan seram dia ngomong, "Kena karma mampus lo!"

Gue mendelik. "Heh, impas ya."

"Bodo amat! Gue ngambek sama lo!" ujarnya sembari keluar kamar. Gue mengikutinya dari belakang. Ikut Willy ke ruang tengah.

"Mba Windyyy! Mas Wildan tuh ngeselin!" adu Willy manja. Cowok itu duduk disebelah Mba Windy yang asik main hape.

"Apasih apa?" Mba Windy melirik gue dan Willy bergantian. Tapi ia kembali menatap hapenya. "Eh eh liat deh dek,"

Mba Windy menunjukkan layar hapenya. "Ini bukan pacar kamu?" tanya Mba Windy ke Willy.

"HAHAHAHAHA, MAMPUS LANGSUNG DICARI!" Gue kembali tertawa lepas. Sumpah gue puas banget ngerjain Willy hari ini.

"BUNDAAA! MBA WINDY SAMA MAS WILDAN ISENG NIHHH!"

Willy bersedekap marah. Bibirnya sedikit maju jadi sok ngambek.

Bunda dari arah ruang tamu ngehampiri kita bertiga. "Hush! Jangan berisik! Udah gede masih aja berantem." bela bunda yang mampu ngebuat Willy jadi senyum lagi.

"Windy, tolong buatin minuman untuk tamu ya." bunda menyolek Mba Windy sembari menyuruh anak sulungnya. Kakak cewek gue itupun menurut langsung menuju dapur.

Willy jadi menoleh ke ruang tamu, "Ada siapa, bun?"

"Ohh itu, tante bendahara. Iya nggak, mas?" Tiba-tiba bunda menaik-turunkan alisnya ke gue dengan tatapan mengejek. Lalu bunda pun kembali ke ruang tamu.

"Ayo mas,"

"Ngapain?"

"Salim lah. Mau ngapain lagi?"

"Lo aja."

"Dih? Ga bisa gitu dong."

Gue didorong paksa sama Willy. Dan tubuh gue terseret gitu aja ke ruang tamu. Gue kira disana cuman ada bunda sama tante bendahara. Ternyata ada anaknya juga.

"Hai!" sapa Acha senang. Gue hanya mengangguk sopan lalu pergi setelah bersalaman dengan ibunya Acha.

"Eit, mau kemana?" Bunda tiba-tiba menahan lengan kiri gue. "Duduk sini sebelah bunda. Ada temen kamu juga." Tegur bunda.

Gue melengos dan terpaksa duduk.

"Kemarin kamu nyari kodok sama Wildan kan?" Ibu bendahara itu nanya ke Acha.

Acha hanya mengangguk riang.

"Oalah, jadi yang diteriakin Willy tempo hari lalu tuh ini, mas?" Tanya bunda ke gue.

Tubuh gue menegak tegang, "Willy? Ngomong apa dia?"

"Itu si adek bilang kalau Mas Wildan jatuh cinta sama mba-mba kodok. Emang gak jelas tuh adek kamu." Ucap bunda jadi bercerita.

Mata gue membesar kaget. Sialan banget si Willy.

Acha dan ibunya hanya tertawa menanggapi cerita bunda.

Gara-gara udah gak tahan, gue pun izin pengen main sama Momo. Bodo amat sama bunda. Mood gue jadi jelek banget gegara Willy.

"Bun aku mau kasih makan Momo. Dah," gue pun kabur gitu aja tanpa persetujuan bunda.

Sebelumnya gue denger bunda nyindir, "bilang aja kamu malu sama Acha kan mas???"






Ah elah.

Cuman gara-gara kodok sialan gue jadi gila gini.







Gue buru-buru berjalan menuju kandang Momo yang ada disebelah meja bufet. Biar mood gue balik. Tapi ternyata kandangnya udah terbuka.

"Willy, Momo kemana?" tanya gue.

"Gak tau, mas." jawab Willy sembari mengangkat bahu.

Gue pun berinisiatif mencari Momo diseluruh sudut rumah. Biasanya kalo kandangnya dibuka, Momo suka kesana-kemari didalam rumah.

Tapi gue cari kenapa susah banget ya? Sampai-sampai gue udah balik lagi yang keenam kalinya ketempat semula didepan kandang Momo.

"Momo kamu kemana? Wildan pengen main nih." cicit gue dengan nada rindu.

Setelah gue jongkok cukup lama cuman buat ngeliatin kandang Momo, gue pun kembali berdiri ingin ke kamar. Tapi pintu utama rumah gue ngebuat gue melotot tak percaya.

Sejak kapan pintunya kebuka lebar?

"Bunda, pintunya udah dari kapan kebuka?" tanya gue ke bunda. Bodo amat dah motong pembicaraan bunda.

"Daritadi, sayang. Gak tau pas kapan. Memangnya kenapa?" tanya bunda halus.

Gue menghela nafas kasar berusaha untuk tidak menjawab dengan nada tinggi. "Momo hilang bun. Aku cari diluar ya."

Gue langsung berlari keluar rumah. Mencari Momo yang termasuk kucing rumahan. Dia kalau udah keluar, balik kerumah bakal lama banget. Bahkan sampai gak balik kayak kucing gue yang dulu. Dan gue takut Momo gak balik lagi.

"Momo... Ayo balik..." gumam gue khawatir sembari terus mencari keberadaan Momo disekitar gang.










Gue gak tau harus nyalahin masalah ini sama siapa.











-Tbc-

Simple - Jeon Wonwoo ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang