07. Plester Kucing

259 43 9
                                    




Oke, gue sangat senang hari ini. Karena prakteknya udah selesai. Gue bisa bebas dari kelompok absurd ini.

Gue pulang dengan perasaan bahagia. Dan tanpa sadar sejak diparkiran sampai depan rumah, gue masih mempertahankan senyum kecil.

Habis ini gue harus main sama Momo. Momo itu kucing kesayangan gue. Dia kucing betina. Lagi hamil yang kelima kalinya dengan lelaki yang berbeda juga.

Anak-anak Momo suka gue kasih ke tetangga atau ke saudara. Soalnya kebanyakan kucing. Apalagi yang ngurus kucing cuman gue sama bunda. Yang lainnya males.

Alasan kenapa dikasih nama Momo karena dia. Itu tetangga depan rumah yang barusan pulang sekolah.

"Widih Mas Wildan sepertinya sedang berbahagia." candanya yang malah buat gue pengen muntah.

"Apasi, Ndra."

Iya, si Andra yang ngusulin gue dikasih nama Momo. Katanya sih biar suatu saat Momo bisa ngomong pake bahasa sapi.

"Eh iya, kemarin pas gue jemur baju diatas, gue ngeliat elo kotor-kotoran. Dari mana emang?" tanya Andra yang mempunyai badan tinggi menjulang padahal dia umurnya dibawah gue.

Cowok tegap itu mengekori gue ikut masuk kedalam rumah. Gue tau ni anak pasti minta minum.

"Kemana oi? Gue nanya nih," tanyanya jadi sewot gara-gara cuman gue diemin. "Oh iya, sekalian minta minum. Yang dingin jangan lupa."

"Ck! Ambil sendiri sana!"

"Sorry, i'm a king right now." Andra menyisir rambutnya dengan jari-jari tangan. Kemudian cowok itu tersenyum miring.

Bikin gumoh kalau diliatin terus.

"Kang king kang king. Kingkong kali ah." Sungut Willy yang baru aja datang dengan nada sewot. "Ngapain sih lo bang? Minta aer mulu perasaan." sindirnya menatap sinis Andra.

Andra jadi berdiri ingin menendang walaupun Willy hanya terdorong pelan. "Etdah sewot amat sih bocah,"

"Nih ambil. Berisik banget," Gue mengalah dan mengambilkan Andra segelas air putih dingin.

"Nah gitu dong." Andra menyengir lebar ke arah gue.

Andra emang bener-bener manja banget. Tapi yang buat gue heran, dia jarang banget manja ke adeknya. Alhasil orang lain selain keluarganya yang bakal jadi target kemanjaannya itu.

"Bang, kali-kali kek lo kesini gak minta air. Ngapain gitu," protes Willy jadi ikut duduk disebelah Andra.

Andra meneguk air sampai habis, lalu cowok kebanyakan gaya itu menjawab. "Ngapain emangnya? Lo mau gue kesini buat curhat masalah hati? Emang lo sama Wildan berpengalaman? Gak yakin sih gue."

Gue melemparkan bantal diatas sofa kearah Andra. Sue banget. Sedangkan Willy sudah menoyor keras kepala Andra.

"Heh gue kasih tau ya bang." Willy mulai bersabda dengan gaya cool—yang menurut gue malah keliatan kayak monyet. "Gue itu di SMP udah ada enam mantan. Ditambah SD ada empat. Berarti sekarang mantan gue sepuluh. Kurang berpengalaman apalagi gue." katanya sombong.

Eit, bentar-bentar.

Willy bilang dia punya sepuluh mantan? HAHAHAHA. Gue bisa nih memanfaatkan fakta ini untuk balas dendam.

"Anjay," Andra terpukau sekaligus kaget.

"Nah bang, jadi, lo ada masalah apa nih? Sekarang waktunya konsul sama gue." celetuk Willy.

"Ngapaen gue curhat ama bocah kayak loooo," sungut Andra dengan wajah menjengkelkannya itu.

Gak lama mereka jadi saling cekcok. Gue yang ngelihat mereka jadi pengen gumoh lagi kayak anak kecil. Apa banget dah si Willy. Bikin geli tau gak. Sok banget jadi kayak Mario Teguh.

"Permisi!"

Hanya dengan kalimat itu, per-cek-cok-an antara Willy dan Andra berhenti. Mereka berdua langsung menoleh ke pintu. Gue pun juga begitu.

"Lo aja mas," Willy menunjuk pagar dengan dagunya.

Gue menghela nafas. Lagi-lagi mengalah. Sifat penurut gue kayaknya emang kuat banget di gue.

Gue melangkah keluar dan segera membuka pagar. Dari suaranya gue tau kalau itu Acha. Jadi gue gak kaget pas ngeliat siapa yang pengen bertamu.

"Eh kebetulan banget kamu yang buka." ujarnya pertama kali pas gue buka pintu pagar.

"Kenapa? Nyari Bunda? Lagi gak dirumah." imbuh gue dengan cepat.

"Ih siapa yang mau nyari bunda kamu. Aku tuh nyari kamu," jawab Acha polos.

Bola mata gue berotasi cepat, "gue kenapa?"

"Ini."

Acha menyodorkan sebuah kain yang terlipat rapih. Tangan kanan gue meraihnya. Ternyata itu sapu tangan gue yang kemarin dipinjem Acha. Tapi gue heran kenapa ada plester bergambar kucing yang melekat diatas sapu tangan.

"Kenapa ada plester?" tanya gue sembari memperhatikan plester kucing dan Acha secara bergantian.

"Kan Wildan sendiri yang bilang kemarin."

"Kemarin?" gue berusaha mengingat apa yang gue bilang ke Acha kemarin.

"Kemarin Wildan bilang kalau sapu tangannya diobatin pake plester. Yaudah Acha kasih plester deh. Lucu kan gambarnya kucing," Acha tanpa merasa dosa malah tertawa kecil karena gemas melihat plester dengan gambar kucing.

Tangan kiri gue refleks berpindah kebelakang punggung lalu menunjukkan jari tengah. Anjir bego bego bego.

Gue tersenyum sabar. "Makasih,"

"Sama-sama. Aku pamit dulu ya. Semoga luka sapu tangannya cepat sembuh!" Acha menyengir lebar.

"Cha,"

"Apa? Mau minta plesternya? Masih banyak dirumah, kok. Mau aku ambilin?"

"Maksud gue itu," gue mengambil nafas sebelum melanjutkan, "luka lo yang diobatin pake plester, bukan sapu tangan gue." sewot gue.

"Hah? Iya." Kelihatan banget dia agak shock pas gue bilang gitu. "Aku pergi dulu ya, dah!!!"

Acha berjalan cepat meninggalkan rumah. Gadis itu jadi kelihatan sedang salah tingkah. Gue menggaruk kepala jadi heran. Gue lagi kenapa ya? Kok bisa ngomong kalimat keju kayak gitu walaupun nada gue ketus.

Dan ketika gue sudah menutup pagar lalu berbalik, Andra dan Willy ada didepan pintu rumah. Willy dengan sigap berpura-pura sedang mengelap kaca. Sedangkan Andra berpura-pura menyisir rambut sambil bercermin di kaca rumah. Apalagi mereka juga sok bersiul-siul. Berpura-pura menyibukkan diri dan tidak tau apa-apa.

Sialan emang kecoa crispy. Bisa-bisanya nguping.













-Tbc-

Kenalin dia Andra yang nyebelin, manja, sok ganteng. Tapi kalo udah didepan gebetan cuman jadi patung.

 Tapi kalo udah didepan gebetan cuman jadi patung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Simple - Jeon Wonwoo ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang