03. Kelas Biologi

326 51 6
                                    

Gue melangkah masuk kedalam kelas setelah bel yang menandakan istirahat habis berbunyi. Walau pendiam gini, gue nggak terlalu betah tinggal dikelas. Salah satu alasannya, ya menghindar dari orang ini.

"Wildan!"

Acha yang melewati bangku gue menyapa dengan tenangnya. Kalau dia gak nyapa, gue gak bakal tau siapa yang lewat. Karena itu nggak penting.

Seperti biasa, gue nggak membalas sapaannya. Kecuali kalau gue disenggol temen disuruh balas, yaudah gue sapa balik. Palingan cuman narik kedua ujung bibir dengan gerakan cepat.

Iya, segitu malesnya gue senyum.

Kali ini pelajaran biologi. Gue netral aja sama pelajaran ini. Gak suka banget tapi gak benci juga. Tapi Bu Nurul sempat bilang kalau minggu ini akan membahas praktek bedah hewan yang akan dilakukan minggu depan.

Bu Nurul yang sudah belasan menit berbicara didepan kelas, akhirnya membagikan kelompok.

"Satu kelompok lima orang ya." Bu Nurul berucap. Beliau mengambil secarik kertas yang digulung didalam wadah.




Kelompok 6 :


1. Haikal Raya

2. Aufar Hamardika

3. Sheila Marshanda

4. Indita Khairunnisa

5. Wildan Rehanusa











Apa-apaan nih kelompoknya?!

Sumpah, gue agak kaget ngelihat teman-teman sekelompok gue. Gak ada yang normal kecuali Indita. Dia anak alim dan banyak diam kayak gue.

Dan yang paling parah ada si Acha.




Bukan...

Yang bikin parah, bukan cuman Acha doang. Masalahnya selain gue dan Indita, tiga orang sisanya adalah tukang ngomong, tukang bacot, tukang cerewet, tukang berisik, tukang gaduh, tukang ribut, tukang bawel, dan tukang nyinyir.






Bunda.... Kuping gueeee.....






"Kelompok enam membedah kodok, kelompok tujuh membedah ikan...." Bu Nurul menyebutkan apa yang harus dibedah oleh setiap kelompok.

Mendengar suara Bu Nurul udah bikin gue pusing sendiri gara-gara mikirin kelompok.

"Maaf ya, Ibu ada rapat. Jadi ibu izin keluar kelas lebih cepat. Jangan lupa tugasnya ya."

Setelah Bu Nurul keluar, kelas jadi ribut. Masing-masing kelompok berkumpul untuk membahas ini dan itu. Dan sama halnya dengan kelompok gue.

Indita berdeham, "jadi sekarang kita bagi-bagi tugas ya."

"Bentar-bentar," potong Haikal dengan tatapan serius. "Sebelumnya, pilih dulu ketuanya."

"Udah Indita aja. Kelamaan kamu," Acha menolak permintaan Haikal dan langsung mengusulkan Indita.

"Yahhh," Dika dan Haikal kompak menurunkan bahunya kecewa.

Ckck, ini Haikal sama Dika kenapa sih? Jelas-jelas tadi udah langsung ditentuin ketuanya sama Bu Nurul.


"Lanjut ya." Kata Indita melerai. "Siapa yang mau bawa katak? Alkohol? Terus yang bawa kapas, tisu, sama kantong plastik?"

Acha mengangkat tangannya. "Aku mau cari katak dong!"

"Gue sama Haikal kapas, tisu sama kantong plastik. Nanti kita berdua cari bareng-bareng." ucap Dika mengajukan diri.

Indita mengagguk. "Kalau begitu aku bawa alkohol."

"Eh terus Wildan bawa apaan? Enak banget nih bocah gak bawa apa-apa." protes Dika jadi menoyor kepala gue.

"Gimana kalau Wildan bantuin Acha aja nyari kodok? Kan kasian Acha nyari sendiri." kompor Haikal yang membuat mata gue terbelalak kaget

Gue berdecak kecil dan melotot ke arah Dika dan Haikal yang kayaknya sengaja biar gue nyari kodok bareng Acha. Emang kompor banget Haikal.

"Mau nggak, Wildan?" tanya Indita hati-hati karena tau perihal antara gue dan Acha. Kayaknya emang satu angkatan tau masalah gue sama Acha deh.

Sebelum menjawab, gue melirik Acha sebentar.

"Kalau nggak mau gue bilangin Bu Nurul kalo elo gak bantuin apa-apa." ancam Haikal dengan wajah songongnya.











Sialan.

"Ck, yaudah."



-Tbc-

Simple - Jeon Wonwoo ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang