5 - Tanda Tanya

13 0 0
                                    

Tiba-tiba terdengar suara Mang Ujang dari arah kanan, "Den Satria." Satria menengok ke samping kanan dan benar saja Mang Ujang menampakkan dirinya.

"Astaga mang, dibilang jangan bikin kaget mang. Untungnya nggak jatuh aku Mang."

"Iya Den maaf. Itu den mau ngasih tahu ada yang ikut."

"Heh? Ada yang ikut? Siapa? Apa perempuan yang diwarung tadi Mang?"

"Ya benar den, tadi sudah saya kasih tahu, tapi tetap ikut. Makanya sekarang saya kasih tahu den, dan sepertinya dia mau kasih tahu sesuatu."

"Nah kan benar firasatku. Nanti coba deh ku tanya pas sampai rumah."

"Iya den nanti saja, sekarang fokus ke jalan. Saya pergi dulu, mau lapor ke Ratu Rengganis." Mang Ujang menghilang.

"Iya Mang," Setelah mendengar itu Satria langsung bergegas pulang karena takut ada apa-apa. Sesampainya dirumah, Ia belom melihat sepeda motor orang tuanya.

"Mungkin Bapak sama Ibu mampir ke suatu tempat dulu. Untung saja membawa kunci cadangan." Pikir Satria, sambil merogoh kantong celananya

"Hloh? Kok nggak ada kuncinya?" Ia mulai panik. Satria pun merogoh semua kantong dicelananya.

"Dimana sih tuh kunci? Tenang Sat tenang, pikirkan dulu. Ambil nafas, buang." Satria menenangkan diri agar bisa berfikir jernih.

"Ya Tuhan, di atas meja belajar, aku belum mengambilnya." Satria mengingat bahwa kunci itu masih tertinggal dimeja belajarnya. Ia duduk diteras rumah menunggu orang tuanya. Satria kaget melihat sosok perempuan yang ada di warung tadi di depan pagar. Wajah Satria tertegun akan kehadiarannya.

"Aku ingin bertanya tapi kenapa dia tidak masuk saja ya?" Pikir Satria.

Orang tua Satria akhirnya pulang, "Maaf nak, tadi bapak ibu mampir ngantar sisa sayur tadi ke panti binakarya." Kata ibunya.

---

Panti Binakarya adalah panti yang berada di desa ku, panti ini menampung para tuna wisma dan melatih mereka untuk membuat kerajinan tangan. Kerajinan tangan ini nantinya akan dijual untuk biaya panti.

---

Bapak Satria melihat sosok perempuan tadi, tapi ia hiraukan mungkin saja hanya lewat pikirnya.

"Oalah iya bu, Satria juga baru saja sampai kok."

Ibunya membukakan rumah dan Satria masuk untuk mengecek kunci rumah cadangan apakah benar masih tertinggal di meja kamarnya. Benar saja, kuncinya masih tergeletak diatas meja belajarnya.

"Syukur benar, masih ada dimeja." Kata Satria menghela nafas.

"Aku harus tanya bapak nih soal perempuan itu." Pikir Satria.

Satria langsung menghampiri Bapaknya yang sedang duduk diteras depan.

"Pak, bapak lihat tuh perempuan kan?" Tanya Satria mendekat dan duduk disamping beliau.

"Iya lihat kok nak, kenapa memangnya?"

"Itu kata mang Ujang, dia ada sesuatu yang mau disampaikan."

"Benarkah Jang?" Tanya Bapak, dan Mang Ujang pun memuncul dirinya.

"Benar Pak, tadi dia bilang saat diwarung." Balas Mang Ujang.

"Hloh Mang? Udah selesai lapor ke Ratu Rengganis?" Tanya Satria

"Sudah den."

"Oke, suruh dimasuk Jang."

Perjanjian : First Phase "Iri Hati"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang