9 - Terulang

7 0 0
                                    


Satria, Raka, Visma, dan Pak Maryo yang sedang beristirahat disebuah warung makan pinggir jalan setelah membersihkan gudang kantor desa. Mereka duduk sambil bercengkrama menunggu pesanan mereka datang.

"Ini benar Pak Maryo yang traktir?" Seru Satria kegirangan.

"Iya, sekalian biar kalian tenang dulu habis lihat penampakan tadi." Kata Pak Maryo sambil menghisap rokoknya.

"Wooooo... makasih ya Pak." Kata Raka.

"Ma- makasih Pak." Kata Visma yang masih saja terbata-bata.

"Oiya Visma, nanti pesan sekalian untuk ibumu ya, tadi lupa kan?" Ucap Pak Maryo.

"Ngg- nggak Pak, nanti saya beli sendiri saja pa- pakai uang saya."

Satria dan Raka menatap Visma, "Vis, Rejeki jangan ditolak." Kata Satria

"Iya Vis, yah walaupun kamu nggak nolak bagianmu." Mendengar perkataan Raka, sontak Satria menjitak kepalanya.

"Jangan dengarkan Raka Vis, ini bocah emang mulutnya nggak bisa dijaga." Melihat tingkah laku Satria dan Raka, Pak Maryo hanya senyum-senyum sendiri. Namun berbeda dengan Visma, Ia terlihat iri dengan keakraban mereka berdua.

"Ka- kalian akrab sekali ya." Dengan suara pelan dan raut wajah yang iri Visma berkata demikian.

Menyadari hal itu Satria terlihat kebingungan, berbeda dengan Raka yang memang orangnya jujur bin ceplas-ceplos, "Wooo... iya dong Vis, tapi apa enaknya akrab sama nih lontong goreng? Kagak ada Vis, mending sama kamu deh kalau dulu sudah kenal kamu."

Mendengar hal itu senyum tergambar di wajah Visma, "Ma- makasih Ka."

"Gitu ya sotong, dulu mending kagak usah daftar OSIS kalau gitu." Ujar Satria

"Hooh, kagak daftar aja nggak papa kok."

"Udah-udah, itu makanan kita udah datang." Kata Pak Maryo

Pelayan warung akhirnya membawakan makanan yang mereka pesan ke meja mereka, "Terima kasih mbak. Oiya mbak, pesan satu lagi dibungkus ya." Kata Satria. Pelayan itu menganggukkan kepalanya.

Mereka berdoa sebelum menyantap nasi ayam dihadapan mereka masing-masing. Ayam bakar dan ayam goreng terlihat sangat menggoda sekali dimata Raka yang rakus.

"Oii lontong, nyicip ayam gorengnya ya." Raka mengambil daging ayam goreng milik Satria namun Satria mencegahnya.

"Eits, main ambil aja nih bocah..."

Pak Maryo yang agak jengkel melihat tingkah mereka berdua berkata, "Udah udah oi, makan-makan saja wahai anak muda. Kalau mau saling cicip ya tinggal tukaran aja."

Mendengar itu, Satria dan Raka berhenti kemudian saling tukar daging. Visma hanya melihat sambil tertawa kecil. Selesai makan mereka pun melanjutkan perjalanan pulang mereka, Visma langsung pulang karena berbeda arah.

"Vis, besok ketemu di sekolah ya." Ucap Raka

"I- iya Ka. Aku pulang dulu."

Setelah berpisah dengan Visma, mereka bertiga mengobrol tentang kejadian saat di kantor desa, yang memulai adalah Pak Maryo karena penasaran akan penampakan tadi.

"Kalian tadi benar melihat setan?"

"Iya pak, jelas pakai banget." Jelas Raka.

Pak Maryo berfikir sambil memegang-megang dagunya, "Sebenarnya pernah sekali bapak lihat sosok kuntilanak disana."

Satria dan Raka terkejut, "Hlah? Kenapa tidak bilang ke Pak Kades pak?" Saut Satria.

"Iya sudah lama sih itu, saat saya pindah kesini 3 tahun lalu. Pas ke kantor desa mengurus perpindahan bapak lihat dia ada dipojokan gudang kantor, padahal itu siang hari. "

Perjanjian : First Phase "Iri Hati"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang