7 - Kejanggalan

11 0 0
                                    

Tak terasa besok sudah masuk sekolah, Satria terlihat Ia sedang membersihkan halaman rumahnya yang kotor akibat dedaunan kering.

"Daun oh daun, bikin hari liburan terakhirku nggak bisa tidur seharian saja." Gerutu Satria.

Ia menyapu semua dedaunan itu kemudian mengumpulkannya di keranjang sebelum ia bakar dipekarangan belakang. Satria menyapu dengan asiknya sambil mendengarkan musik favoritnya dangdut. Ia memutar lagu "Sayang" oleh penyanyi kesukaannya Vallen Vio.

"Sayang~~ Opo Koe Krungu~~ Jerite Atiku~~." Satria berjoget ria sambil menyapu.

"Ddu ddu ddu~~"

Satria dengan cepat menyapu semua dedaunan kering ditanah, karena ia ingin segera tidur bermalas-malas dihari libur terakhirnya.

"Done, Akhirnya selesai juga. Tinggal dibakar selesai bisa tidur deh." Satria mengangkat kerangjang sampah yang penuh dedaunan kering.

Ia melangkahkan kaki menuju pekarangan belakang dengan santainya. Sekelebat banyangan putih lewat disampingnya. Menyadari hal itu Satria sedikit kaget dibuatnya.

"Apaan itu tadi? Hmm... pasti Om Poci ini. Udah om jangan gitu, keluar saja." Cetus Satria kesal.

Om Poci menampakkan dirinya di depan Satria, "Itu bukan saya."

Satria terkaget-kaget walau sudah sering melihatnya saat tidur, "Woiiii... Ah elah Om Poci, munculnya nggak didepanku juga kalik, mana deket banget lagi munculnya. Wajah om itu hlo nampakin yang agak bagus dikit napa? Lobang-lobang sama belatungnya itu bikin mau muntah."

"Yaa maaf-maaf saja Sat, saya bisanya nampak kayak gini." Jelas Om Poci

"Iya om iya, cuma kaget aja om nampak depan Satria banget. Untung ini keranjang nggak jatuh. Jelasinnya nanti saya jalan dulu, mau bakar nih sampah daun kering."

Satria berjalan kembali menuju tempat pembakaran rampah yang tinggal sedikit lagi sampai. Tempatnya hanya lobang ditanah berbentuk persegi yang besar kira-kira 2x2 meter. Lalu ia membuang semuanya ke lobang itu dan membakarnya.

Sambil menyalakan korek Satria berkata ke Om Poci "Jadi tadi beneran bukan om? Terus siapa?"

Om Poci mengangkat bahunya, "Yang penting dia bukan dari sini Sat. Dia langsung pergi setelah dirimu sadar."

"Ya sudah deh om, syukur dah pergi. Om lihat penampakannya? Seperti apa dia?"

"Hmm... sosok Kunti sepertinya tadi."

Satria berdiri sambil membersihkan kedua tangannya,"Okey makasih om, sudah selesai tugas ku nih. Mau lanjut tidur." Ia melangkahkan kaki masuk kedalam rumah lewat pintu belakang.

Ia langsung menuju kamarnya untuk merebahkan badannya. Satria kepikiran soal Ibunya Visma yang nampak aneh, "Kemarin kenapa wajah ibunya Visma kayak pucat sekali? Tapi kaki dia diatas tanah, matanya kemarin pas lihat kearah ku kok serem banget kayak "ibu" di Film Pengabdi Mantan ehhh Setan." Pikir Satria.

Ia lalu memanggil Mang Ujang, "Mang, kamu sadar sesuatu nggak mang soal ibunya Visma?"

Mang Ujang menampakkan dirinya duduk di kursi, "Iya den, ada yang aneh tapi saya nggak tahu apa."

"Tapi Ibunya manusia kan? Atau sedang dirasuki?"

"Sepertinya memang seperti dirasuki den, dan kayaknya bukan si Sriyanti penyebabnya." Satria sedikit kaget atas perkataan Mang Ujang, "Jadi benar kerasukan ya Mang? Tapi memang benar kemarin itu Ibunya pucat banget dan tatapan matanya serem banget. Nanti aku coba ajak Raka kesana lagi. Aku chat si Raka dulu."

Perjanjian : First Phase "Iri Hati"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang