8 - Gudang Kantor Desa

10 0 0
                                    

Jam telah menunjukkan pukul 11, Satria menunggu Bapaknya didepan rumah sambil duduk santai menikmati angin sepoi-sepoi yang agak panas.

"Hari minggu kayak gini Bapak kemana sih? Mati penasaran aku nanti kelamaan menunggu. Mana gitar sudah dijual nggak bisa main dah." Gerutunya.

Ia masih menunggu dan menunggu sampai ia kelaparan, "Perut ku sampai berbunyi gini, makan aja dah." Ia beranjak dari teras menuju dapur. Ia mengambil nasi beserta lauk-pauknya. Satria pun menyantap hidangan yang ada dihadapannya.

"Masakan Ibu emang paling top lah."

Dari arah pintu depan terdengar langkah kaki, Bapaknya pulang dengan membawa kelapa muda ditangannya, "Bapak pulang." dan beliau melangkah ke dapur. Satria yang masih makan senang mendengarnya.

"Selamat datang Pak, habis dari mana?" Tanya Satria.

"Itu habis dari bantu-bantu dirumah Pak Karmin, nanti malamkan ada pengajian."

"Oalah begitu toh Pak."

Bapaknya pun ikut duduk disebelahnya, beliau mengambil gorengan dan bertanya ke anaknya itu, "Iya, jadi kamu mau tanya apa?"

Satria yang mendengar pertanyaan Bapaknya itu seakan heran bagaimana beliau tahu sebelum dia bertanya, "Wah, Bapak kok tahu Satria mau bertanya? Jadi begini Pak, Ibunya Si Visma itu hlo kayak aneh banget pas Aku lihat kemarin."

"Ya tahu lah, ekspresimu begitu. Aneh bagaimana? Coba jelaskan detail apa yang kamu lihat."

"Jadi wajah beliaukan pucat gara-gara sakit yang diderita tapi tatapan matanya itu serem banget pak kayak kosong gitu."

"Itu mungkin ada yang nempel Nak Sat." Kakek Kaliwangi muncul disamping mereka.

"Nah Eyang udah kasih tahu tuh." Kata Bapak Satria yang sedang menyantap gorengan.

Satria yang kebingungan akan istilah yang baru dia dengar pun bertanya, "Nempel? Maksudnya yang ikut gitu Kek?"

Kakek Kaliwangi berusaha menjelaskan kepada Satria dengan sesederhana mungkin, "Ikut tapi mereka mengganggu Nak Sat, bukan seperti Kakek, Mbak Ayu maupun Mang Ujang." Satria mengangguk-anggukkan kepalanya seakan-akan mengerti maksud dari penjelasan Kakek Kaliwangi.

Bapaknya yang masih menyantap gorengan pun berkata, "Udah ngerti kan? Coba nanti kalau kesana lagi perhatikan sikap ibunya Si Visma ya?"

"Woke Pak, siap 86!" Kata Satria dengan semangat. Mereka pun melanjutkan menyantap makanan yang ada dihadapan mereka.

Setelah itu Satria berfikir untuk tidur siang, "Ini mungkin tidur siang terakhir yang akan ku rasakan. Setel alarm jam 3 deh biar nggak kebangun nanti."

---

Alarm diponsel Satria berdering pertanda jam 3, tapi Satria terlihat tak menggubrisnya, "lima menit lagi." Katanya.

Mang Ujang yang sudah tidak sabar akan tingkah Satria berusaha membangunkannya, "Den, waktunya ibadah den dan sudah janji hlo sama den Raka. Cepat bangun." Kata Mang Ujang berusaha membangunkan Satria.

Mendengar ucapan Mang Ujang, Satria mendadak terbangun dari tidurnya, "Oh iya Mang, hampir lupa. Makasih hloh udah diingetin."

Mang Ujang lega melihat Satria bangun,"Sama-sama den."

Satria beranjak dari tempat tidurnya untuk melakukan ibadah, setelah itu dia menghubungi Raka. Raka ternyata masih ada acara.

"Kan janjinya jam empat longor." Bunyi Chat Raka.

Perjanjian : First Phase "Iri Hati"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang