3 - Gangguan

18 1 0
                                    

Satria pun mematikan lampu kamarnya. Sesaat dia beranjak memejamkan mata, Satria merasakan adanya tatapan yang sedang menatapnya. "Sepertinya ada orang yang menatapku." Kata Satria dalam hati. Ia merasakan arah tatapan itu berasal dari luar jendela, kamar Satria terdapat jendela yang menghadap langsung ke arah pekarangan belakang. Satria membalikkan badan dan pelan-pelan membuka ia matanya, dan benar saja dia melihat sesosok pocong di luar jendela dengan wajah yang tidak karuan, lobang-lobang di wajahnya, ada belatung, dan bernanah.

"Po- po- po- poconggg....!!!!!" Teriak Satria sangat keras. Tiba-tiba pocong itu menghilang dengan senyum diwajahnya.

Orang tua Satria yang tahu pasti akan seperti ini tak kaget akan teriakan Satria, "Sat, itu pocong gak bakal ngapa-ngapain kamu, paling mau menyapa mu saja." Terdengar teriakan bapak Satria dari kamar tidur beliau.

"Ehehe.. ehehe..? Menyapa?" Satria takut keheranan, dan ia mencoba melanjutkan tidurnya.

"Tidak ada apa-apa, tidak ada apa-apa." Gumamnya.

Keesokan harinya yaitu hari minggu, Satria tak bisa tidur nyenyak karena masih terngiang-ngiang pocong tadi malam, takut dan bikin mau muntah. Satria bangun dan beranjak keluar kamar dan tidak lupa menata tempat tidurnya. Jam menunjukkan pukul enam pagi, dia segera ke dapur untuk makan,

"Selamat pagi nak." Sapa Ibunya.

"Selamat pagi Bu."

"Kok lesu begitu kelihatannya?"

"Bagaimana nggak lesu bu? Satria aja tidur nggak nyenyak. Pocong tadi malam terngiang-ngiang terus." Satria mengeluh, dan duduk untuk mengambil makan.

"Haha... dulu setelah menikah dengan bapakmu ibu juga shock waktu dia meminta ibu untuk dibukakan mata batin ibu."

"Jadi bapak membuka mata batin ibu?" Tanya Satria sambil makan masakan ibunya yang teope begete.

"Iya nak, awalnya serem bisa lihat mereka, tapi nantinya kamu akan terbiasa. Itu Pocong yang kemarin kamu lihat, dia juga sering bikin jantung ibu berdekup kencang, tapi bukan cinta hlo ya. Mondar-mandir sana-sini. Pocong itu adalah penunggu pohon pisang belakang rumah, karena ada bapakmu ibu merasa aman."

"Fiuu fiuuu so sweet. Haha." Goda Satria,

"Apa sih nak kamu tu, namanya juga suami isti harus saling percaya." lalu ibunya melanjutkan cerita, setelah dibukanya mata batin beliau, "kasihan juga ibuku ini." pikir Satria.

Ayu mengikuti ibunya setelah beliau diajak oleh suaminya bertemu dengan Ratu Rengganis. Ayu adalah pelayan setia dari Ratu Rengganis, beliau mengutus Ayu untuk mendampingi Ibunya karena Ratu Rengganis menyukai beliau. Kerajaan Ratu Rengganis memiliki pintu masuk disekita Gunung Asma. Gunung Asma adalah gunung yang terdapat di Daerah X, dengan beragam kisah mistis.

"Pantas saja disana ada berbagai kasus mistis." pikir Satria.

Setelah makan, Satria memutuskan untuk segera mandi karena akan pergi ke rumah Raka untuk membahas pemilihan ketua OSIS yang akan datang. Janjiannya sih pukul delapan sudah disana semua.

"Bu, Satria pergi ke rumah Raka dulu."

"Ya, hati-hati nak."

Satria menaiki sepeda dan bergegas ke rumah Raka, kebetulan rumah Raka hanya berada di beda RW saja dengan rumahnya. Saat diperjalanan, Ia merasakan ada yang mengikutinya. Satria menengok-nengok kanan kiri depan belakang ia lihat tak ada apa-apa, mungkin cuma perasaannya saja. Lima menit Satria mengayuh sepeda akhirnya sampai dirumah Raka. Rumah Raka besar bertingkat kayak di sinetron-sinetron, Bapaknya Raka adalah salah satu anggota DPRD tak heran dia membangun rumah yang wah seperti ini, dan Satria percaya bahwa beliau bersih dari korupsi. Ia langsung saja masuk lewat gerbang karena tidak terkunci, dan mengetuk pintu rumahnya,

Perjanjian : First Phase "Iri Hati"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang