2✓

573 112 3
                                    

08.06—14 Maret

"Heejin! Ini taro dimana?"

Jeon Heejin memunculkan kepalanya dari balik tembok dapur. Matanya melirik tepat ke arah gadis bernama Kwon Eunbin yang tengah menunjuk satu buah kardus di dekat kakinya.

"Kamar gue. Awas hati-hati bawanya," ujar gadis bermata indah itu kemudian kembali melanjutkan kegiatannya —merapihkan dapur.

Eunbin mengangguk singkat walau ia tahu itu tidak berguna karena Heejin tidak akan melihat anggukannya. Gadis itu merunduk. Kedua tangannya mencoba mengangkat kardus tersebut. Namun sepertinya otot lengan miliknya tidak sanggup karena bobot yang terlalu berat.

"Berat." Gadis itu beralih membuka kardus tersebut untuk melihat isinya. Tetapi tiba-tiba seenggok daging berbentuk tangan menahan pergelangan tangannya.

"Gak usah dibuka. Itu pasti koleksi komik kakaknya Heejin." Lelaki yang baru saja menahan lengan Eunbin menyerahkan kardus lain. "Lo bawa yang ini aja. Yang itu biar gue yang bawa."

Eunbin terperangah. Gadis itu tersenyum manis. "Aduh Bae Jinyoung. Baik banget. Tapi emang tangan lo kuat ngangkatnya?"

"Kurus gini isinya otot, lho." Jinyoung menaruh kardus yang baru saja ada di pelukannya ke atas lantai, tepat di samping kardus berat yang tadi akan dibawa Eunbin. "Misi. Mau gue bawain, gak?"

Eunbin mengernyit. "Itu kardus yang Lo bawa isinya apaan?"

"Baju doang."

"OK SINI BIAR GUE YANG BAWA."

Jinyoung terkekeh. Kedua tangannya mengangkat kardus berisi komik-komik milik kakak dari Jeon Heejin tersebut. Kaki tanpa alasnya kemudian mengekori Eunbin yang sudah terlebih dahulu naik ke lantai atas.

"Bin. Lo liat ramalan cuaca hari ini, gak?"

Eunbin menoleh ke kanan. Tepat ketika Jinyoung berhasil menyamai langkahnya. Gadis itu menggeleng. "Kemaren gue ketiduran. Apa katanya?"

"Katanya bakal ada hujan deras. Hari ini sekitar jam delapan sampai jam sembilan. Apalagi di laut."

"Di laut?" Jinyoung mengangguk. "Tapi kan acaranya Jeno Siyeon Hwall di laut juga? Lo udah bilang mereka belum?"

"Kalo mereka gak usah khawatir, acaranya di kapal pesiar mewah. Gue cuma mau kasih tau aja jangan keluar dulu sampai siang. Takutnya kehujanan."

Eunbin cuman bisa mengangguk. Dalam hati ia bertanya-tanya, apa gue yang gak perhatiin atau emang dasarnya Jinyoung sebawel ini?

Kedua orang tersebut masuk ke dalam kamar dengan nuansa biru muda —kamar milik Heejin. Karena di lantai dua hanya ada kamar Heejin dengan kamar kakaknya. Kebetulan kamar kakak lelaki Heejin ini penuh dengan warna merah dan putih, jadi akan mudah untuk membedakan.

Setelah menaruh dua kardus dengan isi dan bobot yang berbeda, Jinyoung dan Eunbin kembali menuruni tangga. Terlelap oleh obrolan ringan hingga mereka menginjak anak tangga terakhir dan mendapati Haechan dan Chaeyoung yang tengah duduk di sofa dengan peluh di pelipis mereka.

Mungkin Eunbin akan langsung berlari kecil dan bergabung mengerami sofa empuk bersama dua orang temannya itu. Tapi berbeda dengan Jinyoung. Atensinya tertuju pada kerumunan orang yang berlari di luar rumah juga Heejin yang termangu di depan pintu.

Lelaki tirus itu menghampiri Si pemilik rumah. "Ada apaan, jin?"

Heejin menggeleng pelan. Tatapannya kosong. Tubuhnya bergetar. "Gue gak tau tapi... Kayaknya ini buruk."

Jinyoung kembali menatap tetangga-tetangga baru keluarga Jeon yang berlari ketakutan sambil membawa anak-anak mereka, bahkan beberapa ada yang menaiki mobil kemudian melaju dengan kencang tanpa memperdulikan orang yang —mungkin— mereka tabrak.

When The Sea Swallows Everything Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang