13.54—14 Maret
Sanha membanting tubuhnya di atas puing-puing bangunan yang sedikit terendam air. Ia memejamkan matanya sambil menetralkan nafas. Kemudian tangannya ia letakkan di atas dahi guna menghalang sinar matahari yang menyengat.
"Ssshhh..." Sanha meringis. Sekujur tubuh lelaki itu benar-benar terasa remuk. Air dengan keras menghantam tubuhnya tadi. Bahkan ia dan Felix serta Chaewon harus terlempar jauh ke dalam basement.
Omong-omong, Sanha belum menemukan dua orang itu. Felix maupun Chaewon sama-sama masih terkurung di dalam basement dengan puing-puing bangunan yang runtuh menutup jalan keluar basement tepat ketika Sanha berhasil keluar dari sana.
Di sini air sudah menyurut hingga hanya setinggi mata kaki. Namun berbeda dengan di bawah sana —basement. Badan lelaki itu benar-benar tenggelam, hanya kepalanya saja yang diberi ruang untuk merasakan udara.
Sanha kembali membuka matanya. Kedua netranya itu ia arahkan ke kanan dan ke kiri. Tidak ada yang menarik perhatian kecuali seenggok daging yang tampaknya tersangkut di antara puing-puing bangunan.
Tubuhnya ia tegakkan, matanya mendelik. "Na—"
Lelaki itu berhenti menyerukan nama seorang gadis yang tergeletak dengan wajah pucat dan bibir biru beberapa meter dari tempatnya. Tangannya yang keriput akibat terlalu banyak terendam air terangkat, perlahan ia letakkan di telinga kirinya.
Sanha meringis. Satu hal yang baru saja ia sadari; di sini terlalu sunyi.
Sesuatu melintasi pikirannya. Hal itu semakin diperkuat saat Sanha menatap jemarinya yang ia gunakan untuk menyentuh telinga kanan.
Darah.
Kedua telinganya berdengung secara tiba-tiba. Membuat gendang telinga Sanha terasa ingin pecah.
Tubuhnya yang terduduk di atas puing-puing kembali terjatuh. Matanya melirik aliran darah yang keluar dari samping kepalanya, mengalir melewati wajah dan matanya.
Setelah itu, ia tidak mendengar apa-apa, dan pandangannya menggelap.
🌊🌊
15.32—14 Maret"P-park Siyeon..."
Gadis itu meremas jas hitam sobek-sobek dengan erat. Bibirnya ia gigit sambil menunggu pertanyaan selanjutnya dari perawat dihadapannya.
"Ok, Park Siyeon. Kamu berasal dari mana?"
Siyeon terdiam sejenak. "D-dari rumah..."
Perawat tersebut menghela nafas panjang. "Kayaknya kamu masih kaget," ujarnya kemudian tersenyum tipis. "Kalau disini ada seseorang yang kamu kenal, panggil perawat yang lain, ya? Kami ingin mendata semua pasien yang selamat."
Siyeon menunduk ketika perawat tersebut pergi dan mulai bertanya pada pasien lain. Kepalanya tiada henti nemikirkan nasib kedua teman lelakinya. Apalagi Hwall yang kakinya masih terluka.
"Gue boleh duduk sini?"
Siyeon menoleh. Mendapati seorang lelaki jangkung yang duduk di sebelahnya. Gadis itu mengangguk.
"Park Siyeon, kan? Gue Choi Soobin."
Gadis itu mengernyit pelan. "Lo... Tau nama gue datimana?"
Laki-laki itu tersenyum tipis. Ganteng. Batin Siyeon. Gadis itu segera menggelengkan kepalanya. Jika diperhatikan, Choi Soobin ini menggunakan kemeja putih dan ditangannya menenteng jas hitam. Seperti habis menghadiri acara formal.
![](https://img.wattpad.com/cover/171244891-288-k673857.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
When The Sea Swallows Everything
Science-Fiction❰WTSSE➖00's❱ ❝Apapun yang terjadi, we have to survive.❞ ©Shiyuma_chan, 2019