4✓

455 95 7
                                    

10.3414 Maret

Sesosok kepala menyembul dari dalam air. Sosok itu menggerakkan tangannya untuk menyingkirkan poni yang menutupi matanya.

Hyunjin yang baru saja menyelam sebentar untuk mencari 'sesuatu' itu menggeleng. "Gak ketemu. Lagi pula susah buat liat, airnya keruh," ujar lelaki itu.

Sederet kalimat yang diucapkan Hyunjin membuat Nancy menutup mulutnya kemudian kembali terisak, Kim -panggil saja marganya agar tidak tertukar antara lelaki dan perempuan- menggenggam tangan kemudian merengkuh tubuh gadis itu guna menenangkannya.

Hyunjin menghela nafas. Tidak tahan mendengar isakan Nancy. "Gue cari disebelah sana du-"

"Gak usah." Jaemin menyangkal. "Gak ada gunanya cari sekarang, yang ada tenaga lo ke kuras dan ujungnya lo juga ikut tenggelam."

"Terus mereka-"

Jaemin mengulurkan tangan ke bawah. "Kita pasrah dulu aja. Semuanya ada di tangan yang Maha Kuasa."

Hyunjin menghela nafas. Ia menerima uluran tangan Jaemin kemudian menaiki rak paling atas tempat penyimpanan bumbu-bumbu dapur. Untungnya air masih menyisakan celah udara dan tempat untuk mereka semua.

Di rak seberang, Kim masih setia memeluk Nancy dari samping. Pun dengan Nancy yang belum puas terisak.

"Udah, nan. Kita berdoa aja supaya Nakyung sama Sunwoo selamat." Dari banyaknya kalimat penyemangat di otaknya, hanya kalimat itu yang berhasil Kim ucapkan. Karena jujur, dirinya juga butuh penyemangat saat ini.

Jaemin membuka kaleng soda yang ditemukannya mengapung di atas air kemudian menenggaknya habis. "Setidaknya gak cuma kita yang terjebak disini."

Yang dimaksud Jaemin adalah empat orang wanita yang mendiami rak di pojok sana.

Tiba-tiba Nancy mendongak. Membuat Kim terkejut.

"Yang lain... Gimana?"

Hyunjin mengangkat bahunya. "Gue harap mereka baik-baik aja."







"Iya. Semoga kita bisa ketemu sama mereka lagi."

🌊🌊🌊

10.42-14 Maret

Seorang dokter muda dengan baju serba putih menaiki sebuah helikopter khusus medis bersama beberapa rekannya setelah menyelamatkan beberapa orang yang terbawa arus.

"Beri mereka oksigen!" Titahnya. Rekan atau mungkin bawahannya itu segera menjalankan perintah.

Salah satu bawahan menghampirinya yang masih sibuk menatap para korban tsunami. "Ada lima orang, tiga wanita dan dua pria. Sayangnya satu orang wanita dan satu pria kehilangan nyawanya sebelum kita temukan."

"Eonni!"

Gadis itu menoleh. Seorang perempuan yang lebih muda darinya dengan pakaian tentara dan lambang palang merah di bahunya berjalan cepat menghampirinya. Si Gadis mendengus kecil.

"Binnie, udah gue bilang jangan panggil gue kayak gitu di sini," bisiknya. Gadis bernama Binnie —yang baru saja datang— itu terkekeh.

"Iya, maaf." Binnie merubah raut wajahnya menjadi lebih serius. "Ada kabar dari kantor pusat."

"Hm? Kabar apa?"

When The Sea Swallows Everything Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang