8✓

359 76 18
                                    

14.44—14 Maret

"Lix... Perut gue melilit banget..."

Felix berdecak ria. Tangan Chaewon yang melingkar di leher belakang ia pegang erat. Tangan satunya lagi ia gunakan untuk berpegangan pada atap mobil yang mengambang.

"Bulanan lo nyebelin banget asli." Matanya melirik ke atas. Ke arah pipa ventilasi. "Naik dulu ke atas. Gue mau nyoba nyingkirin reruntuhannya."

Felix dan Chaewon memang terseret air sehingga terhempas menjauhi pintu keluar basement. Berbeda dengan Sanha yang masih sempat berpegangan pada pipa ventilasi. Seharusnya, akibat benturan dari beberapa mobil, mereka bisa saja tewas. Namun lihat, sepertinya Dewi Fortuna berpihak kepada mereka. Walaupun sekarang Chaewon benar-benar lemas akibat bulanannya.

Felix sedikit meringis ketika bahu kanannya dijadikan tumpuan kaki Chaewon yang hendak naik ke pipa ventilasi. Tangan lelaki itu memegangi tangan Chaewon karena beberapa kali gadis tersebut hampir kehilangan keseimbangannya.

Tepat ketika Chaewon berhasil naik, Felix berujar, "Dah lo diem sini dulu."

"Felix."

Yang dipanggil menoleh sejenak sebelum benar-benar mendekati bebatuan besar di depan sana. Ia terdiam, menunggu gadis yang memanggilnya membuka suara.

"Hati-hati," ucap Chaewon kemudian tersenyum. Melihatnya Felix tidak dapat menahan sudut bibirnya supaya terangkat.

Tepat sebelum Felix menyelam dan mulai menyingkirkan reruntuhan yang nenutupi pintu keluar basement satu per satu, Chaewon kembali berujar.

"Lo masih banyak utang ke gue. Jangan mati dulu."

Felix tertawa kecil. Bola matanya berputar ke atas. Tanpa harus membalas perkataan menyebalkan Chaewon, lelaki itu segera memasukkan kepalanya ke dalam air.



16.32—14 Maret

"Lucu banget deh, jin. Masa kata yang nolongin gue, gue nyangkut di pohon. Terus si Jaemin megangin kaki gue biar gak kebawa arus. Sekarang gue gak tau itu anak dimana."

Itu kalimat terakhir yang Kim dengar dari mulut Nancy yang tengah mendorong kursi rodanya menyusuri rumah sakit sejak 10 menit yang lalu.

Hwang Hyunjin. Nama yang merasuki otaknya secara terus menerus. Secara garis besar, Kim sudah tahu siapa lelaki yang memiliki nama yang sama dengannya tersebut. Namun gadis itu tidak mengetahui apa yang dilakukan Hyunjin sampai ia sangat sangat ingin bertemu dengannya.

"Enaknya kemana, ya?" Pertanyaan Nancy membuat Kim tersadar dari lamunannya. Gadis itu terdiam saat menyadari kursi rodanya terlah berhenti di tengah lorong rumah sakit karena Nancy yang bingung akan tujuan mereka.

"Gue... Mau ketemu sama yang lain," jawab Kim dengan suara yang pelan. Karena lorong rumah sakit yang cukup ramai, Nancy tidak dapat mendengar suara gadis itu dengan jelas.

"Hah? Lo ngomong apa tadi?"

Kim makin menyenderkan tubuhnya pada kursi roda. Gadis itu menunduk kemudian mengedipkan matanya beberapa kali. "G-gue—"

"Nan?"

Nancy menoleh saat ada yang menyentuh bahunya serta memanggil namanya. Kim ikut melirik ke belakang. Matanya membulat saat Nancy melompat kemudian memeluk pemuda tersebut.

"JINYOUNG!"

Kim memutar balik kursi roda miliknya. Matanya mengerjap ketika matanya menangkap seorang gadis yang tersenyum senang sambil memegangi lengan Jinyoung.

"Eunbin...?"

Yang dipanggil sedikit tersentak. Sedetik kemudian ia melebarkan senyumannya. "Hyunjin!"

When The Sea Swallows Everything Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang