32. BERSAMA AKSA
“Bertahun-tahun aku menunggu saat-saat ini. Merasakan momen indah hanya bersamamu. Aksaraku.”—SastraRahmasya.
“KAK Aksa kenapa belum dateng juga ya?” heran Sastra. Daniel yang berdiri di dekat Sastra menoleh pada gadis itu.
“Bentar lagi Aksa juga dateng. Lo tenang aja Sas. Aksa punya sembilan nyawa,” ujar Daniel menenangkan Sastra yang sedang duduk di bangku kayu.
Sastra menikmati suara gemercik air hujan. Hujan seakan sudah menjadi hal wajib di sore hari. Sastra adalah salah satu orang penyuka petrichor. Aroma alami tanah basah saat hujan begitu menenangkan. Apakah kalian juga sama seperti Sastra?
Sastra memegangi perutnya. Hawa dingin hujan tiba-tiba membuat perut Sastra kelaparan. Daniel tak sengaja menyadari gerak-gerik Sastra yang memegangi perut seperti orang menahan lapar.
“Laper Sas?” tanya Daniel.
“Enggak kok Kak,” balas Sastra berbohong. Situasi seperti ini tidak mungkin Sastra mengaku kalau lapar. “Cuma kedinginan aja.”
Daniel tersenyum. “Gue tau lo lagi laper. Ntar kalau ada penjual bakso lewat gue beliin,” ujarnya.
“Nggak perlu Kak,” ujar Sastra menolak secara halus. Padahal dalam hati Sastra sangat ingin memakan bakso.
“Kalau gue ngebiarin pacarnya kelaperan, bisa-bisa gue di kubur Aksa hidup-hidup,” ucap Daniel melebih-lebihkan. Aksa tidak sekejam itu bukan?
Tiba-tiba Daniel duduk di samping Sastra. “Sas, lo kenal Najwa gak?”
“Oh Najwa? Aku kenal,” balas Sastra cepat. “Dia terkenal pinter banget. Cantik juga orangnya.”
“Nah gue mau tanya sama lo. Najwa pernah keliatan deket sama cowok lain gak?” tanya Daniel berusaha menggali banyak informasi tentang Najwa dari Sastra.
“Kemarin aku gak sengaja liat Najwa sama Kak Jaffan lewat depan kelas aku,” kata Sastra bercerita.
“Terus?” tanya Daniel tertarik untuk mendengar lebih.
“Kayanya sih lagi ngomongin hal penting gitu,” lanjut Sastra.
“Ekspresi Najwa gimana? Ketawa, senyum, apa nangis?” tanya Daniel menggebu-gebu.
“Najwa ngobrol sama kak Jaffan sambil senyum,” jawab Sastra.
Daniel tergemap. Najwa adalah tipe perempuan yang tidak mudah senyum saat di dekat laki-laki. Ketika dengan Daniel saja Najwa tidak pernah senyum. Padahal Daniel adalah cowok humoris. Begitu pikirnya Daniel.
“Kak Daniel suka sama Najwa ya?” tebak Sastra tepat sasaran.
“Gue suka dia tapi dia gak suka gue. Miris ya?” ucap Daniel dengan nada orang putus asa.
“Dari mana Kak Daniel tau kalau Najwa enggak suka Kakak?” tanya Sastra.
“Dari respons Najwa,” jawab Daniel welas.
“Respons kadang nggak sesuai sama hati Kak,” tutur Sastra seraya mengingat Aksa. “Dulu waktu pertama kali ketemu aku kak Aksa juga galak. Padahal dalem hatinya kak Aksa suka sama aku,” lanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKSARA (TAMAT)
Teen Fiction"Cinta itu racun tanpa obat penawar."-Aksara Denta Karanva. "Cinta itu anugrah dari Tuhan untuk kita rasakan kehadirannya di dalam hati."-Sastra Rahmasya. Bercerita tentang Aksara Denta Karanva. Murid tampan dari SMA Kalingga yang memiliki sifat gal...