44. AKU INGIN KAMU KEMBALI PADAKU (TAMAT)
“Aku sedang berada di fase terjebak rindu yang sia-sia. Aku sadar kalau kerinduanku hanyalah rekaan yang tak bisa jadi realitas.”—SastraRahmasya.
LIMA TAHUN KEMUDIAN. YOGYAKARTA, 17 OKTOBER.
“SASTRA!!!” panggilan dari seorang perempuan membuat gadis dengan rambut di kepang satu menoleh. Senyuman manis dari gadis itu mulai terlihat secara perlahan. Perempuan itu berjalan menghampiri gadis bernama Sastra itu.
“Erin? Kamu udah pulang dari Surabaya?” tanya Sastra pada Erin yang kini berdiri di depannya.
“Kenapa lo gak ngasih gue kabar kalau lo kuliah di Jogja?” tanya Erin. Sebenarnya Sastra dan Erin sudah berteman sejak kecil. Bisa di bilang Erin sahabat Sastra saat di Jogja. Karena terpisah jarak membuat keduanya jarang bertemu.
“Maaf Erin, aku takut ganggu kuliah kamu,” tutur Sastra. Jika Sastra memberitahu Erin. Maka Erin pasti akan sering pulang ke Jogja tanpa memikirkan kuliahnya di Surabaya.
“Ya enggak lah Sas! Lo kan sahabat gue. Udah lama banget gue gak ketemu sama lo di Jogja. Kalau lo di Jogja gue di Surabaya. Kalau gue di Jogja lo malah di Jakarta,” ujar Erin.
Alasan Sastra memilih untuk melanjutkan pendidikan di Jogja karena ingin melupakan kenangan-kenangannya bersama Aksa saat di Jakarta. Namun nyatanya Sastra tetap tidak bisa melupakan sosok Aksa dalam ingatan dan hatinya.
“Ngelamun apa Sas? Ngelamun pacar? Lo LDR-an sama pacar lo sekarang?” tanya Erin.
“Enggak Rin aku enggak LDR sama pacar aku,” kata Sastra.
“Berarti pacar lo di Jogja juga? Langgeng banget lo sama siapa namanya? Aksa? Bener?” tanya Erin menggebu-gebu.
Sastra sering bercerita pada Erin tentang Aksa sewaktu Sastra masih berpacaran dengan Aksa. Namun setelah putus Sastra tidak pernah bercerita lagi pada Erin. Bahkan Erin juga tidak tau kalau Sastra telah putus dari Aksa.
“Pacar aku emang ada di Jogja. Tapi bukan kak Aksa,” ujar Sastra membuat Erin cukup terkejut mendengarnya. Coba tebak siapa pacar Sastra?
“Ja—jadi lo udah putus dari kak Aksa? Tapi kenapa? Kapan?”
“Udah dari lima tahun lalu. Alasannya apa aku juga masih belum tau pasti,” jawab Sastra.
“Terus siapa pacar lo sekarang?”
****
Cowok dengan jaket hitam yang membalut kaos putih polosnya berdiri di depan Pasar Raya Jogja dengan punggung belakang bersandar di pintu mobil hitam miliknya. Sesekali cowok itu melihat waktu di jam tangan hitam yang melingkar pada pergelangan tangannya. Kedua mata cowok itu yang tertutupi kaca mata hitam selalu mengedarkan pandangannya ke sekitar Pasar untuk mencari-cari orang yang sedang di tunggunya.
Cowok itu berdecak. “Ck! Lama banget! Mana panas!”
“Ma—maaf aku lama,” ucap Sastra ketika tiba di dekat cowok itu dengan nafas tersengal-sengal.
“Lama banget sih! Ngapain aja di sana?!” tanya cowok bernama Near Bratajaya itu dengan emosi.
“Aku tadi ketemu Erin. Jadi ngobrol-ngobrol sebentar. Sekali lagi aku minta maaf,” tutur Sastra.
“Siapa Erin?! Cowok apa cewek?!” tanya Near posesif.
“Namanya aja Erin pasti cewek lah! Dia temen aku dari kecil,” ujar Sastra.
“Cepet masuk mobil!” titah Near pada Sastra.
Sastra mulai membuka pintu mobil Near lalu masuk. Begitu juga dengan Near yang buru-buru masuk ke dalam mobil karena tidak betah hawa panas di luar.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKSARA (TAMAT)
Fiksi Remaja"Cinta itu racun tanpa obat penawar."-Aksara Denta Karanva. "Cinta itu anugrah dari Tuhan untuk kita rasakan kehadirannya di dalam hati."-Sastra Rahmasya. Bercerita tentang Aksara Denta Karanva. Murid tampan dari SMA Kalingga yang memiliki sifat gal...