Part 1

962 71 0
                                    

Hari demi hari kian berlalu. Aku semakin akrab dengan teman-teman sekelasku, kecuali dengan Jungkook.

Aku jarang bertegur sapa dengannya apalagi berkomunikasi. Ia sendiri pun terbilang seorang yang cukup pendiam. Ia hanya bicara dengan teman-teman dekatnya saja.

Musim berganti. Dan sekarang aku melihat ada perubahan dalam diri Jungkook. Bukan perubahan yang baik, karena kini ia sering terlihat merenung. Terkadang wajahnya terlihat sedih. Ada sesuatu yang sedang dipikirkannya. Tapi aku enggan menyapa dan bertanya.

Aneh. Pikirku lagi, ketika entah kenapa aku mulai khawatir padanya. Hingga akhirnya muncul sebuah perasaan dalam hatiku yang membuatku ingin mendekatinya, memahaminya, dan menyelami pikirannya. Akhirnya aku mulai menyadari, ternyata kata "aneh.." itu menunjukkan kalau aku sedang menaruh hati padanya.

Kucoba untuk mencari informasi tentangnya pada teman dekatku Hana.

"Hana, apa kau merasa, kalau akhir-akhir ini Jungkook... Kelihatan agak aneh?"

"Maksudmu?"

"Ehm.. Belakangan anak itu menjadi sangat pendiam, tidak semangat. Ya, seperti itu!?"

"Hm, Aku juga merasa begitu. Tapi dia terlalu pasif, pendiam, dan sepertinya tertutup. Jadi aku kurang tahu soal dia?!"

***

Esok pagi, ketika akan memasuki pelajaran pertama aku tidak melihat Jungkook di kelas. Kebetulan, teman sebangkuku adalah sekretaris kelas kami, aku menanyakan kabar Jungkook padanya. Berharap ia mengetahui sesuatu.

"Sinbi, sepertinya hari ini Jungkook tidak masuk, apa ada kabar darinya?"

"He-e?!" Sinbi mengangguk.

"Tadi pagi orangtua Jungkook memberikan surat ini padaku." ucapnya sambil menunjukkan sebuah amplop surat.

"Isinya kalau tidak salah, hari ini Jungkook tidak bisa hadir karena sedang sakit?"

"Sakit?.."

Ketika mendengar kabar tentang keadaannya, tiba-tiba jantungku berdegub kencang. Aku ingin tahu dia sakit apa, ingin tahu apa sakitnya parah, juga takut kalau-kalau terjadi apa-apa padanya.

***

Seminggu telah berlalu, dan aku belum juga melihat Jungkook hadir di kelas. Sampai keesokan pagi, ketika aku sampai di kelas, aku melihat Jungkook duduk di bangku sudut bagian belakang.

Aku melihatnya sedang menundukkan kepala. Ia terlihat pucat, bingung, dan tampak sedih. Tapi setidaknya aku bisa merasa sedikit lega, karena ternyata ia masih dalam keadaan baik-baik saja.

Saat itu kebetulan baru kami berdua yang ada di kelas. Aku memberanikan diri untuk mendekat dan menyapanya.

"Pagi Jungkook?" Jungkook menoleh padaku.

"Oh, Sora, Selamat pagi juga." ia diam sejenak.

"Jungkook? Apa kau sedang ada masalah?" tanyaku dengan gugup tanpa basa-basi.

"Maksud kau?"

Aku bingung, tapi aku mencoba bicara.

"Begini, biasanya ketika seseorang sedang ada masalah, hal itu bisa terbaca di wajah mereka. Kurang semangat, penjadi pendiam, dan lainnya.."

"Terima kasih. Tapi aku rasa, aku baik-baik saja!" jawabnya dengan nada meyakinkan.

"Ok.." Aku diam sejenak. "Oh iya? Seminggu ini aku tidak melihat kau di kelas, kudengar dari Sinbi, kau sakit.”

"Iya."

"Kau sakit apa?" Tanyaku lancang dan menyadari kalau aku sedang ikut campur.

Ia menjadi diam. Tidak menjawab. Raut wajahnya berubah seketika. Terlihat sedih. Dan hal yang tak kuduga terjadi. Ia menangis.

"Kenapa kau menangis? Apa ada yang salah dengan ucapanku? Aku minta maaf!"

"Tidak.. Sebenarnya aku.." ucapnya terbata-bata.

"Aku bingung. Aku takut! Beban ini terlalu berat untuk kujalani, Ra"

Aku menjadi serba salah. Tapi kucoba untuk tenang dan menguasai diri.

"Ceritalah.. Kalau ini rahasia, aku berjanji tidak akan mengatakannya pada siapa pun bahkan pada diaryku. Biasanya, bercerita tentang beban yang tengah kita hadapi, dapat mengurangi sedikit sesak yang menggumpal dalam hati kita."

---

Thanks for reading guys :)

The End ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang