Part 7

470 49 2
                                        

Taehyung tidak bisa menahan kegeramannya lebih lama lagi. Ia benci pada Jungkook yang dianggapnya sangat egois. Akhirnya ia melepaskan kegeramannya. Ditariknya kera baju Jungkook, lalu mendaratkan tinjunya di pipi kanan Jungkook.

"Bajingan kau! Berani sekali orang yang sudah mau mati sepertimu menyukai Sora?!"

Taehyung berdiri, mengangkat kerah baju Jungkook, mendorong hingga punggung Jungkook menghantam tembok pembatas taman. Jungkook terduduk, ia merasa tubuhnya begitu lemah, dan tiba-tiba rasa sakit itu kembali. Wajahnya segera berubah memucat. Ia menenggelamkan kepala dalam lipatan tangan kanannya yang terpangku di atas lipatan kaki kanannya. Tangan kirinya mengepal di atas perutnya. Ia mencoba menahankan sakit.

Taehyung menghampirinya dan berjongkok di depannya.

"Angkat kepalamu?!"

"Eh.." Jungkook merintih. "Bisa.. tunggu sebentar?"

Taehyung diam. Sesaat ia merasa takut, merasa bersalah, merasa kasihan, tapi juga masih merasa kesal terhadap Jungkook.

"Jungkook? Kau kenapa? Apa sakit lagi?!" nada suara Taehyung melunak.

"H.. sakit.." Suara Jungkook hampir tak terdengar.

"Tunggu! Aku akan memanggil bantuan?!"

Saat akan beranjak, Jungkook menarik tangan kanan Taehyung. Jungkook mengangkat kepalanya dan menghadapkan pandanganya pada Taehyung.

"Jangan.. Duduklah.."

Taehyung menurut, ia duduk di depan Jungkook.

Jungkook kembali menenggelamkan kepalanya. Rasa sakitnya belum juga berkurang, dan sialnya ia lupa membawa pil-pilnya yang hampir mirip seperti pil ekstasi itu.

Taehyung mengangkat kepalanya. Melayangkan pandangan ke langit. Menikmati gumpalan awan-awan putih yang bergerak perlahan di langit biru.

"Sebenarnya aku benci kau menyukai Sora.. Tapi aku juga kagum pada keberanianmu menghadapi semua ini. Kau tahu.. sebenarnya sudah lama aku menyukai Sora. Dulunya aku dan dia hanya sahabat, dan aku tak pernah berpikir akan menyukainya.
Entah sejak kapan aku jatuh hati padanya. Aku sangat suka sisi keibuan yang ada padanya. Dia begitu pandai merawat orang sakit. Dulu aku pernah sengaja hujan-hujanan dan tidak makan seharian agar ia datang ke rumahku dan merawatku.
Dia juga seorang pendengar yang baik. Aku sering datang padanya dan memuntahkan semua masalahku. Dia selalu memberiku semangat ketika aku gagal dalam melakukan sesuatu, atau saat aku sedang putus asa.
Dia dapat menemukan jalan keluar ketika aku hanya menemukan jalan buntu. Satu nasihat darinya yang selalu aku ingat, ‘Jalan buntu itu seperti tembok besar yang mengahalangimu. Hanya ada dua cara untuk melaluinya.. berbalik arah atau melompati tembok itu dengan siap menghadapi resiko yang ada di baliknya."

Jungkook sudah merasa sedikit lebih baik. Ia mengangkat kepalanya, melihat Taehyung.

"Mungkin kau berpikir kalau aku ini orang yang tak berperasaan. Dan mungkin kau juga mau mengatakan, apa aku tidak tahu betapa sedihnya Sora jika suatu waktu nanti aku akan meninggal.
Kau salah jika berpikir seperti itu, dan kau juga salah jika mengira aku ini orang yang kuat. Sejujurnya, beberapa hari yang lalu aku berniat bunuh diri. Tapi aku tidak berani melakukannya. Bukan karena aku masih takut mati, tidak.. aku sudah sama sekali tidak peduli dengan kematian. Buatku kematian adalah kewajiban yang harus kujalani dan hidup adalah hak yang kuterima.
Aku tidak melakukannya, karena aku ingin meninggalkan suatu kenangan yang manis pada Sora. Menitipkan kenangan tentang diriku padanya.
Aku ingin membuatnya merasa bahagia bersamaku, meski hanya beberasa saat lagi."

"Maafkan sikapku tadi. Tak kusangka, ternyata kau sangat berbeda dengan apa yang ada dalam bayanganku sebelumnya."

"Tak masalah. Aku juga minta maaf, karena sudah berani menyukai cinta pertamamu."

Taehyung cukup terkejut. "Dari mana kau tahu Sora cinta pertamaku?"

---

Eit next part haha.

Btw maaf sekali lagi kalau panjang gpp kan yaak? Udh kyak baca koran kann wkwk :)

Votee comment guyss

~♥~

The End ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang