•••
Memutuskan untuk mengobati lukanya sesempurna mungkin, Jimin kembali ke hotel tempat ia dan Yoongi menginap, satu jam setelahnya. Di rasanya, lukanya tidak terlalu dalam dan beruntung letaknya dekat dengan tatto yang berada di lengan bagian atasnya, jadi tidak terlalu terlihat saat nanti Jimin membuka baju.
Entah kesialan apalagi, Jimin melupakan fakta tentang dirinya sendiri jika ia sedang terluka. Sedikit terluka, maka ia akan benar benar sakit. Saat berjalan di trotoar pun ia sempat merasakan rintik hujan yang membasahi tubuhnya. Sempat mengumpat pelan, sebelum—
Hatchi—
"Sialan."
Ia terserang flu mendadak. Hidungnya mulai memerah. Langkahnya ia percepat sambil merapatkan jaketnya. Hawa dingin semakin erat melingkupinya. Ingin segera masuk ke kamar hotelnya, lalu menyalakan penghangat ruangan. Atau memeluk Yoongi?
Pukul 22.47, dan Jimin hafal jika Yoongi pasti sudah tertidur. Biasanya seperti itu. Tapi, yang di dapatinya malam ini adalah Yoonginya yang masih terjaga.
Dan apa apaan yang di kenakannya itu?!
"Sugar?"
Yang di panggil menoleh saat sebelumnya sibuk dengan ponsel. Senyuman gusi ia tampakkan untuk menyambut prianya.
"Jimin? Sudah pulang?"
"Kau belum tidur?"
"Aku menunggumu."
"Aku tidak meminta."
"Tapi aku mau."
"Rambutmu?"
"Aku mengecatnya. Apa kau suka?"
"Merah? Kau semakin cantik, Sugar. Aku suka. Ngomong ngomong, kenapa kau hanya memakai kemeja milikku, hm?"
Yoongi terduduk di tengah ranjang. Satu satunya kain yang menempel di tubuhnya hanya kemeja putih milik Jimin. Terlihat kebesaran untuk Yoongi. Bahkan, mampu menutup hingga di pertengahan paha meski sedikit tersingkap.
Dan sejak tadi, Jimin berusaha untuk tidak melihat ke bagian itu.
"Um? Gerah?"
"Di cuaca dingin seperti ini? Kau pasti bercanda."
"Ugh? Aku ketauan, ya?"
Jimin tertawa serak. Suaranya sedikit berat karena flu yang menyerangnya beberapa menit lalu. Dan sumpah, suara tawa itu terdengar begitu sexy di telinga Yoongi.
"Aku sedang sakit, sayang. Aku—"
"Kau sakit?"
Dengan langkah panik, Yoongi buru buru turun dari ranjang dan menghambur ke depan Jimin. Gerakan itu, sialan sekali. Jimin bahkan menahan nafas saat kancing kemeja yang ternyata hanya di kancingkan setengahnya itu tersingkap.
Tubuh mulus putih milik sugarnya itu kini terpampang nyata di hadapannya. Kulit putih itu mengundang Jimin untuk menandainya dengan bilah bibirnya. Membentuk sebuah bercak merah keunguan yang menunjukkan bahwa, Yoongi adalah miliknya.
"Badanmu hangat, Jimin. Kapan kau mulai sakit? Saat kau pergi tadi, bukannya kau baik baik saja?"
"Aku baik, Yoon."
"Baik apanya? Badanmu panas, keparat! Kepalamu bagaimana? Pusing? Aku akan menyiap—"
"Berhenti di situ, sugar."
KAMU SEDANG MEMBACA
Assassin [my]
Action[COMPLETED] Satu tujuan dalam dua naungan. Satu jiwa dalam dua raga. Satu cinta dalam dua hati. Satu nyawa dalam dua tubuh. "Hanya ada dua pilihan, Kau mati, atau aku mati." "Jika kau mati, aku juga harus mati. Sekarang, pilihannya hanya kita...