[9] Psycho?

1.7K 287 6
                                    


•••

"Wow, sebuah kejutan, asetku. Padahal aku hanya memintamu untuk menyelidiki dan kau malah membawa Yoongi Min ke hadapanku?"

Sindiran keras dari Jisoo terdengar sangat menjengkelkan di telinga Jimin. Sejauh ia bekerja untuk Jisoo, baru kali ini nada bicaranya begitu semenyebalkan ini di telinganya.


"Aku tidak membawa Yoongi untuk kuberikan padamu, boss."

Jisoo terlihat menarik satu alisnya lalu tersenyum miring. Tangannya memainkan senjata sebelum membalas perkataan Jimin.

"Oh, begitu?"

Tangan Yoongi di genggam lebih erat saat Jisoo mendekat. Bukan pertanda baik saat Jisoo berbicara dengan nada yang tidak bersahabat.

Salah sedikit saja, kau bisa mati di tangannya.

"Ini bukan tentang Yoongi, boss. Dia tidak ada hubungannya dengan ini."

"Ya, kau memang benar." Jisoo terlihat membersihkan sebuah kursi dari bekas ledakan sebelum kursi itu ia gunakan untuk duduk. "Masalahnya ada padamu."

"Aku ingin tau, boss, apa hubunganmu dengan Joohyuk Nam?"

Pertanyaan Jimin sungguh sangat datar. Ia tak peduli dengan siapa ia berbicara sekarang. Meskipun sangat jelas bahwa itu adalah sang boss, tapi Jimin butuh penjelasan dari tugasnya yang selama ini ia tak pernah tau mengapa sang boss begitu terobsesi untuk memusnahkan Joohyuk Nam.

Ia hanya melaksanakan tugasnya, tanpa ia tau alasan mengapa ia harus melenyapkan banyak nyawa orang.

"Kau ingin tau?"

Jimin diam. Menatap tajam Jisoo seolah menuntut jawaban dari pertanyaannya. Jisoo yang mendapatkan tatapan seperti itu terkejut lalu mendehem dan memalingkan wajah.

Sialan, padahal Jimin adalah bawahannya, kenapa tatapannya mengerikan sekali?

"Dia musuhku."

"Bukan karena itu saja kau bersaing, boss. Musuh tidak seterobsesi itu."

"Lalu apa urusanmu, Jimin Park?!"

Masih tak bergeming. Bertahan dengan tatapan tajamnya pada sang boss.

"Aku yang membunuh mereka. Kurasa aku berhak tau siapa yang kubunuh, Kim sajangnim."

"Diam, kau!"

"Aku meminta hakku, boss."

"Hakmu?" Jisoo tertawa, tertawa lebar dengan sirat keremehan. Seolah menegaskan bahwa perkataan Jimin bukan sesuatu yang penting, "Hakmu apanya?"

"Hakku untuk tau mengapa aku harus membunuh banyak nyawa yang bahkan tidak ku kenali sama sekali. Kurasa kau akan menuntut hal yang sama jika kau jadi aku, sajangnim."

"Hakku juga untuk memberitahumu, ataupun tidak. Dan sejak awal, tidak akan kesepakatan untukku mewujudkan hakmu, Park junior."

"Kalau begitu, aku berhenti."

Yoongi yang masih berada dalam genggamannya ia tarik keluar, menjauh dari Jisoo. Tangannya baru menggenggam gagang pintu saat Jisoo berseru lantang.

"Kau melupakan sesuatu, Jimin? Kau tidak bisa lepas semudah itu."

Mengumpat tertahan sebelum kembali menarik Yoongi keluar dan menembus pepohonan.

•••

Assassin [my]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang