•••
Genangan darah tak membuatnya beranjak. Ia duduk tenang memainkan belatinya. Netranya tak lepas dari sang korban sampai hembusan nafas terakhir terdengar di telinga tajamnya. Senyuman miring tercetak di wajah pucatnya.
Ia suka bagian dimana belatinya merobek pita suara dan meredam teriakan kesakitan korbannya. Lalu, genangan darah terbentuk di bawahnya. Sentuhan terakhir, ia mengukir kode kebanggaannya di pipi kiri 'hasil karya' nya itu.
"Kode Y. Kevin Chuang, pemilik Chuang Corporation, beres."
•••
Asap pekat nikotin berhembus jantan di wajah tampannya. Tangannya masih sibuk menyayat nadi sang korban, meski darah sudah berceceran dimana mana. Lalu, membentuk simbol kebanggaannya menggunakan ujung panas rokok yang di hisapnya di telapak tangan kanan korbannya.
Sejenak, ia menutup matanya untuk menghirup darah segar yang menjadi favorite nya. Juga, tanda bahwa tugasnya kali ini berjalan dengan baik. Pisau tumpul ia bersihkan seadanya dan kembali memasukkannya ke saku jaket. Menghisap rokoknya sebelum menyeringai bangga.
"J melapor. Jacob Chuang, pewaris tunggal Chuang Corporation, musnah."
•••
Saat pertama kali melihatnya, Jimin tau ia orang Asia. Kulitnya putih, tapi pucat. Wajahnya cantik, meski ia pria.
Seluruh yang dikenakannya dominan hitam. Topi hitam. Masker hitam. Jaket hitam. Kaos hitam. Celana hitam. Sepatu hitam. Ada sedikit warna putih di beberapa sisi. Bahkan, earphone yang menggantung di telinga sebelah kirinya pun berwarna hitam. Rambutnya pun di cat hitam.
Kulit putih pucatnya kontras dengan apa yang dikenakannya.
Dan jujur saja, itu sedikit menarik perhatian Jimin, bung.
Pria pucat itu nampak sendirian. Entah, apa yang ada di pikiran Jimin, ia akhirnya melangkahkan kakinya mendekati pria itu.
Si cantik yang semula tertunduk, mendongak untuk melihat siapa yang berdiri di sampingnya. Netranya bertemu dengan netra kelam milik Jimin. Senyuman tipis terbit di wajah si tampan.
"Ada yang bisa ku bantu, cantik?"
Pria pucat di samping Jimin itu tampak memperhatikan ponselnya yang baru saja bergetar. Lalu, kembali memandang Jimin.
"Tidak. Terimakasih."
"Aku Jimin Park."
Senyuman semanis gula terbit di wajah pucatnya. Sebelah tangannya menepuk pipi kiri Jimin lembut lalu mendekat ke telinga Jimin.
"Salam kenal, tampan. Yoongi Min."
Sebuah ciuman di pipi Jimin mengiringi kepergian Yoongi. Pria itu sempat menoleh dan memberi isyarat, bahwa mereka akan bertemu kembali.
'Tentu, cantik.'
Hati Jimin menjadi saksi kala itu, bahwa Jimin Park, telak 'jatuh' pada si cantik pucat bernama Yoongi Min.
KAMU SEDANG MEMBACA
Assassin [my]
Aksi[COMPLETED] Satu tujuan dalam dua naungan. Satu jiwa dalam dua raga. Satu cinta dalam dua hati. Satu nyawa dalam dua tubuh. "Hanya ada dua pilihan, Kau mati, atau aku mati." "Jika kau mati, aku juga harus mati. Sekarang, pilihannya hanya kita...