Shutoku || Buto Tsun and Mas Wortel

242 45 5
                                    

By Uniqe_4

Terinspirasi berdasarkan cerita Buto Ijo dan Timun Mas.

Selamat Menikmati!~

"Alkisah, di suatu tepi hutan, tinggalah seorang zanda misqeen bernama Maji. Umurnya yang tiap hari bertambah(?), membuatnya kesulitan untuk melakukan pekerjaan. Zanda Maji suatu hari merenung," kata narator.

"Andai saja aku punya anak, ia pasti akan merawatku," keluh zanda Maji.

"Tak sengaja, Buto Tsun lewat dan mendengarnya," kata narator.

"Aku bisa membantumu mewujudkan keinginanmu. Tapi, b-bukan berarti aku peduli atau semacamnya ya!" ujar Buto Tsun. Namanya saja tsun.

"S-siapa kamu!" seru zanda Maji.

"Jangan takut, aku tidak akan menyakitimu. Selama ini aku melihatmu dan mendengar keluh kesahmu. J-jangan salah sangka! Aku hanya kebetulan saja melihat dan mendengarmu!" ujar Buto Tsun. Miyaji alias zanda Maji mulai kesal, tapi demi drama ini, ia tahan.

"Benarkah itu...?" ujar zanda Maji dengan mata berbinar-binar. Miyaji sudah berlatih siang-malam demi mendapatkan mata itu.

"Tentu saja, aku adalah penguasa hutan ini. Aku tak mungkin bohong. B-bukan berarti ak-"

"Buruan," sela zanda Maji.

"Dahulu sebelum aku dan bangsaku diusir dari kerajaan, aku sempat mencuri benih Mas Wortel ajaib ini. Mas Wortel ini dapat mengabulkan berbagai permintaan. Kamu hanya perlu menanam dan merawatnya hingga berbuah," jelas Buto Tsun.

"Sembilan bulan baru panen ya?" Buto Tsun mengangguk. "Baiklah, terima kasih," ujar zanda Maji.

"Hari-hari terus berlarian, tak pernah berhenti. Seribu rintang jalan berliku bukanlah suatu halangan bagi zanda Maji," kata narator.

"Suatu hari, zanda Maji terkejut akan benih wortel yang telah tumbuh menjadi wortel. Wortel itu terlalu besar untuk ukuran wortel, bahkan untuk ukuran bayi. Zanda Maji yang penasaran segera membelah wortel itu dengan hati-hati," lanjut narator.

"Hai, Maji-san!" sapa seseorang di dalam wortel itu. Wortel itu tidak berisikan bayi, tetapi seorang pria berambut hitam dengan baju-celana warna oren.

"Zanda Maji sedih, bukan ini yang ia harapkan. Ia mengharapkan seorang bayi perempuan kecil manis. Bukan lelaki tinggi, kekanak-kanakan, dan tampan," kata narator.

"Maji-san, bisa antarkan aku menuju Shi-maksudku Buto Tsun?" Zanda Maji makin tercengang. "Untuk apa?"

"Untuk bertemu dengannya," jawab pria--namai saja dia Mas Wortel. Zanda Maji mengatakan ia akan mengantarkannya esok hari.

Mas Wortel ini benar-benar aneh. Mas Wortel yang namanya mengandung unsur wortel, justru sangat menyukai wortel. Trus apa yang aneh?

Wortel makan wortel.

"Nak, kamu jangan makan wortel banyak-banyak, kasihan mata kamu. Mata kamu itu sudah tajam-setajam silet, bagaimana jika orang lain mati hanya karena menatapmu?" Mas Wortel malah tertawa, "Itu tidak mungkin, Maji-san."

"Keduanya menghabiskan satu hari dengan kerusuhan yang disebabkan Mas Wortel. Dari ladang yang hancur, pintu rusak, pakaian yang robek dan masih banyak hal lainnya. Esok harinya, zanda Maji dan Mas Wortel pergi menemui Buto Tsun," kata narator.

"Jalan yang mereka tempuh sangatlah mudah. Mereka hanya perlu berjalan ke belakang rumah mereka dan menemukan Buto Tsun," lanjut narator.

"Buto Tsun!" seru Mas Wortel. Buto Tsun menatap mata Mas Wortel dan entah mengapa, Buto Tsun ingin marah-marah.

"Ada apa?" tanya Buto Tsun.

"Buto Tsun, izinkan aku pergi dari tempat ini!" seru Mas Wortel. Buto Tsun kaget. Zanda Maji bersyukur.

Tunggu, ini bukanlah kisah Malin Kundang atau kisah tentang seorang anak yang ingin merantau. Ini adalah kisah gaje milik saya.

"Kamu mau pergi nak? Pergilah! Tak usah pulang sekalian," ujar zanda Maji kegirangan.

"Mas Wortel yang senang telah mendapatkan restu, segera meninggalkan tempat itu. Zanda Maji yang telah mengalami pengalaman berharga, mensyukuri apa yang ada padanya. Semenjak itu, zanda Maji hidup bahagia selamanya," kata narator.

Semua pemain berkumpul-berbaris dan memberi hormat. Para penonton sangat senang akan makna dari drama tersebut.

"Aku ingin punya anak seperti Mas Wortel, tampan dan imut."

"Buto Tsun! Aku padamu!"

"Miyaji! Aku padamu!"

"Takao-kun, jangan lupa tugasmu!"

Drama GajeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang