Kisedai+KT | Jana Tarub & 7 Bidadara

248 51 20
                                    

Story by sinhres

Terinspirasi dari cerita Jaka Tarub dan 7 bidadari. Disini Jaka Tarubnya perempuan dan bidadarinya laki-laki. Dan ibunya juga diganti jadi bapak.

Selamat Menikmati!~

Peran :
- Kagami : bidadara merah / Pawang Ular (Nawang Wulan)
- Kuroko : bidadara biru
- Kise : bidadara kuning
- Aomine : bidadara hitam
- Midorima : bidadara hijau
- Akashi : bidadara pink
- Murasakibara : bidadara ungu
- Reader : Jana Tarub
- Nijimura : Ayah

"Alkisah, di suatu tempat yang jauh dari perkotaan, hiduplah Jana Tarub bersama dengan ayahnya. Ia bersama dengan ayahnya pergi berburu setiap hari dan hasilnya mereka jual untuk membeli makanan."

"Ayah, lihat! Aku berhasil menangkap babi hutan!" seru Jana Tarub senang. Nijimura yang berperan sebagai ayah, menepuk puncak kepala (Name) yang berperan sebagai Jana Tarub. Alhasil, muka Jana Tarub memerah.

"Kemudian, pada malam harinya. Jana Tarub bermimpi memiliki suami seorang bidadara. Ia pun terbangun dan mulai melamun hingga fajar menyingsing. Sang ayah yang melihatnya merasa curiga bahwa anaknya menyukai seseorang. Sang ayah pun berniat akan menentang calon yang dibawakan anaknya itu karena sang ayah daughter complex."

"Lihat saja! Pria itu akan kuhancurkan!" katanya dengan suara lantang.

Narator melanjutkan narasinya, "Pada siang hari, seorang pria tua datang menawarkan perjodohan. Sang ayah langsung menolaknya dengan tegas."

"Tidak! Anakku tidak akan kuserahkan pada anakmu! Apalagi padamu!" seru sang ayah.

"Anakku, bukan aku! Lagipula aku kan sudah punya istri, gimana sih?!" protes pria tua itu.

"Tetap saja, tidak bisa!" kata sang ayah dan pembicaraan pun berakhir.

"Beberapa hari kemudian, sang ayah jatuh sakit. Jana Tarub terpaksa berburu sendirian. Namun, tidak ada satupun buruan yang ditemukannya. Ia merasa resah dan gelisah, sehingga memutuskan untuk pulang."

"Apa ayah akan marah, ya?" gumam Jana Tarub selama perjalanan pulang.

"Jana Tarub pun terkejut mendapati rumahnya dikerubungi para warga. Ia pun mempercepat langkahnya dan melangkah masuk. Disana terbaring ayahnya yang sudah tidak bernapas. Jana Tarub menangis sejadi-jadinya."

"Ayahhh!! Hik... Kenapa kau hik... ting hik galkan aku hik!"

"Para warga pun mencoba menghibur Jana Tarub hingga beberapa hari. Setelah itu, Jana Tarub memutuskan untuk kembali berburu. Ia ingin menyibukkan diri dan melupakan kesedihannya."

"Suatu hari, ia tidak mendapat apapun saat berburu. Ia memutuskan pulang lebih cepat. Dalam perjalanannya, ia tidak sengaja mendengar suara para pria yang sepertinya sedang mandi. Ia pun menyelinap untuk melihat siapa para pria itu."

"Aneh, danau ini sudah lama tidak dikunjungi. Kira-kira siapa ya?" Jana Tarub berjalan perlahan-lahan. Ia pun berhenti dan menutup wajahnya dengan tangan ketika melihat enam pria, eh salah tujuh pria mengenakan kaos putih karena dilarang telanjang oleh pihak sekolah.

"Woahh... Banyak cogan!"

"Jana Tarub pun teringat akan mimpinya. Ia pun menedekati keranjang pakaian dan mengambil pakaian yang berada di tumpukan paling atas dan segera bersembunyi."

"Para Bidadara yang telah selesai membasuh diri, mengambil pakaian mereka dan mengenakannya. Kecuali bidadara merah."

"Bajuku? Bajuku mana?! Oy, item lu yang ambil, ya?!" tuduh Kagami yang berperan sebagai Pawang Ular.

"Enak aja. Gua gak level megang baju lu!" bantah Aomine selaku bidadara hitam.

"Terus siapa?? Masa hantu??" kata Pawang Ular.

"Ya, karena waktu sudah mau gelap. Kami akan kembali ke khayangan. Kau cari bajumu dan menyusul kami setelahnya," titah Akashi selaku bidadara pink.

"Para bidadara pun pergi meninggalkan Pawang Ular sendirian. Pawang Ular pun membuat janji bahwa siapapun yang membawakannya pakaian, jika itu pria akan dijadikan saudara dan jika itu wanita akan dijadikan istri. Jana Tarub yang mendengarnya langsung tersenyum-senyum. Ia pulang mengambil pakaian dan memberikannya pada Pawang Ular."

"Sesuai janji, aku akan me-me-me-menikahimu..." kata Pawang Ular dengan wajah semerah rambutnya.

"Keduanya pun hidup bahagia dan memiliki anak. Sang Pawang Ular menjadi bapak rumah tangga dan Jana Tarub yang mencari nafkah."

"Suatu hari, Jana Tarub merasa heran akan lumbung mereka yang kian hari semakin penuh, bukan semakin berkurang. Beberapa hari kemudian, sang Pawang Ular meminta Jana Tarub untuk tidak membuka mejikom. Namun, Jana Tarub yang penasaran, akhirnya membuka mejikom itu dan menemukan setangkai padi."

"Pawang Ular yang pulang ke rumah bertepatan pembukaan tutup mejikom, langsung membentak istrinya."

"Aku sudah bilang untuk tidak membukanya, kan! Mulai hari ini, aku harus menumbuk padi dari awal," kata Pawang Ular kesal.

"Berhari-hari setelah kejadian tersebut, isi lumbung mereka pun mulai menipis. Pawang Ular yang sedang mengambil padi tidak sengaja menemukan baju bidadaranya. Ia pun murka terhadap Jana Tarub."

"Ketika Jana Tarub pulang, ia tidak menemukan suami dan anaknya. Ia pun keluar rumah dan mendapati Pawang Ular telah mengenakan pakaian bidadaranya. Ia terlihat sangat tampan."

"K-kau? Kau sudah menemukannya ya..." ujar Jana Tarub sedih.

"Aku tidak menyangka kau akan melakukan ini, Jana Tarub. Aku salah sangka, kau tidak sebaik kelihatannya."

"Aku, maafkan aku, Pawang Ular! Aku menyukaimu! Aku, aku mencintaimu!" seru Jana Tarub berlinangkan air mata menggunakan obat tetes mata.

"Aku ... aku juga mencintaimu, Jana. Tapi, kau telah berbohong padaku! Maafkan aku, tapi aku harus kembali ke khayangan. Aku titip anak ini." Pawang Ular menyerahkan boneka mainan kepada Jana Tarub.

"Pawang Ular pun pergi meninggalkan Jana Tarub. Wanita itu pun membesarkan anaknya seorang diri dan hidup bahagia."

Tirai pun ditutup. Kemudian terbuka kembali dan menampilkan para pemain drama. Para penonton bersorak dan bertepuk tangan.

"Gua sampe nangis, nih!"

"Saling mencintai, tetapi tidak dapat bersama. Aku sama sepertimu, Jana!!"

"Itu si Pawang Ular kok gak bawa ular?"

- -- - -- - -- -

Drama GajeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang