4 - Masalah

311 180 14
                                    

"AKU 'kan capek, kenapa enggak Rara aja sih yang anter. Tuh, Raranya aja gak sabar buat naik sepeda." Usai membuat steak ayam, banyak pesanan menunggu di antarkan pesannya. Sebenarnya, Klara hanya sedikit membantu membuatkan steak, kalau bukan sahabat Sophia pasti sudah menendangnya keluar dari kedainya ini.

"Sophia, Rara kan tamu kita. Tamu itu raja. Udah sana anterin steaknya, gak enak kalo udah dingin." Sophia mendengus kesal, sebenarnya Ibunya itu tidak tau kode dari nya. Sebenarnya, Klara itu ingin sekali naik sepeda, karena sampai usia 17 tahun ini Klara belum bisa bersepeda, tapi Klara bisa mengendarai mobil, aneh bukan? Setiap kali di tanya ke orang tuanya, selalu mendapat jawaban "Kalau naik sepeda, nanti kamu jatuh, terus luka deh, abis luka jadi koreng terus kaki kamu jelek, kalau naik mobil kan aman."

Sebenarnya usia Sophia dan Klara bersamaan, hanya selisih di bulan. Jadi, Sophia tidak perlu repot-repot memanggil Klara dengan sebutan 'kak' itu menyusahkan.

"Tapi Rara yang mau anter. Ibuuu" Sophia merengek pada Ibunya, tidak peduli dengan usianya yang sudah 17 tahun ini. Kalau bukan di rumah Sophia, Klara tidak akan bisa menaiki sepeda. Tapi Ibu Sophia sudah bersikeras untuk tetap Sophia yang mengantarkan orderannya itu. "Udah sana, nanti pelanggan kita kelamaan nunggunya."

Sophia sebal dengan sikap keras kepala Ibunya itu, Ibunya belum mengetahui kalau Klara tidak di perbolehkan untuk menaiki sepeda, mungkin kalau tau dia pasti akan melarangnya dengan ketat. "Yaudah deh" Sophia menyambar dengan kasar bungkusan steak ayam itu dari tangan Ibunya, tidak lupa pula bibirnya yang di majukan karena sebal.

Ia menaruh bungkusan itu di keranjang sepeda milikya, ia menaikinya dan perlahan menjauh.

000

"Permisi.. steak ayam!"

"Permisi.. steak ayam!"

Air keringatnya sudah berkucuran di dahi, sudah berulang-ulang kali ia mengelap keringatnya itu. Meski saat ini sedang musim panas, itu tidak akan menjadi masalah bagi Sophia untuk berhenti mengantarkan steak ayamnya kepada pelanggan. Ada banyak pengalaman yang dia dapatkan ketika ia mengantarkan steak ayam ini. Berbagai tanggapan telah ia terima, kadang itu buruk maupun tanggapan yang bagus.

"Permisi... steak ayam!" di waktu yang sama, keluarlah seorang pria paruh baya dengan mengenakan piyama berwarna biru dongker. Bisa ia simpulkan bahwa pelanggan ini bertipe pemalas. Buktinya, sudah pukul 11 siang ia masih terlihat seperti orang yang baru saja bangun tidur.

Tapi herannya, pria itu tidak mengambil bungkusan steak ayam yang sudah dia pesan, dan justru malah menatap diri Sophia lekat-lekat, seolah ada sesuatu yang sudah terjadi. "Pak?" Sophia berusaha menghentikan kesunyian ini dengan melambaikan tangannya kearah wajah pria itu, tentunya tindakan itu membuat pria itu sadar dari lamunannya.

"Saya punya anak, seumuran dengan kamu, kira-kira kamu kalo-" belum selesai pria itu berbicara, dengan kesal Sophia menghentikan pembicaraannya itu. Tujuan Sophia ke sini adalah untuk mengantarkan steak ayam yang sudah dia pesan, bukannya membicarakan tentang keluarganya.

"Totalnya jadi 46 ribu."

"Anak saya tampan kok. Kalo kamu bersedia, kamu bisa jadi pa-"

Sophia menghela nafasnya, "Pak, maaf kalau saya berkata kasar. Tapi, saya ke sini bukan untuk membicarakan hal itu. Totalnya 46 ribu." Sophia menegaskan lagi. Dalam situasi seperti ini, ia sudah sering mendapatkan hal yang hampir serupa dengan kasus ini. Ada yang meminta nomornya, atau bahkan rela tidak memberinya uang hanya karena ingin melihatnya lebih lama lagi. Dan menurutnya itu adalah hal yang gila.

"Sekolahnya di SMA Utara, usianya 18 tahun dan sekarang kelas 3 S-" maaf-maaf saja bila saat ini Sophia harus melakukan kekerasan. Pria ini tidak tau yang namanya lelah ya? Saat ini masih ada 7 pesanan lagi yang harus ia antarkan. Bila transportasinya enak, pasti akan lebih enak. Ia hanya menggunakan sepedanya, mengkayuhnya di bawah panas terik matahari. Dan sepertinya, pria ini tulalit.

HSS [1] - Be With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang