ANGIN sore menerpa helaian rambut yang terurai milik Sophia, dengan langkah yang pelan Sophia mengambil tas nya dan segera pulang kerumah. Usai kejadian pas jam istirahat tadi sejak itu Sophia murung dikelas dan nyaris diam tanpa memperhatikan pelajaran yang dipelajarinya hari ini. Selama itulah Wildan tidak berani membuka pembicaraan dan ikut terdiam di dalam kelas bersamanya.
Wildan tau bahwa ini kesalahannya, ini hanya salah paham.
"Andai saat itu lo enggak ketemu gue." Ujarnya dalam hati. Ia melihat Sophia dengan langkah gontai pergi keluar kelas.
Bel pulang sekolah sudah berbunyi 12 menit yang lalu, tapi Wildan masih disini menunggu temannya yang sedang piket. Kebetulan hari ini Klara sedang piket juga, mungkin ini waktunya Wildan memberi penjelasan.
"Lo yang namanya Klara kan?" Wildan menghampiri Klara yang sedang menghapus papan tulis.
"Iya. Kenapa ya?"
"Boleh ngomong empat mata?" tanya Wildan.
"Oke."
Wildan pergi keluar kelas, begitu pula dengan Klara yang mengekorinya sepanjang jalan di koridor sekolah. Dan di sinilah Wildan berhenti, yaitu di depan taman sekolah.
"Apa yang mau lo omongin." Tanya Klara dengan serius.
"Gue mau ngejelasin soal foto itu."
"Maksud lo apa ya?"
Sejenak Wildan menarik napasnya dan kemudian mengeluarkannya lagi.
"Cowok yang ada di foto itu bukan om-om."
"Tau apa lo soal foto itu?" jedanya "Lo jelas masih murid baru yang baru pindah sembilan jam yang lalu, dan mau ikut campur urusan ini."
"Gue lebih tau dari kalian." Jedanya "Gue mohon jangan jauhin Sophia karena ini."
"Jangan ngomong seolah-olah lo tau hubungan gue sama Sophia kayak apa."
"Dia sahabat lo." Jedanya "Pernah gak lo mikir di posisi nya kayak apa."
"Sendirian." Sambungnya setelah beberapa detik kemudian.
"Terus?" tanya Klara dengan tangannya yang bersedekap di depan dada.
"Kalo lo enggak mau duduk sama dia, tolong jangan jauhin juga." Jedanya "meski lo enggak anggap dia teman lo lagi, harusnya lo bisa enggak jauhin dia."
"Lo kenapa sih? Dari tadi belain dia mulu." Jedanya.
"Seandainya lo jadi Sophia, apa yang lo rasain?"
"Buang-buang waktu aja." Klara pergi dari taman, ia sebal karena seorang anak baru tahu lebih banyak dibanding dia.
Saat Klara berjalan belum jauh dari taman, Wildan memanggilnya.
"Hei Klara." Klara masih berjalan.
"Kalau cowok yang di foto itu ternyata gue, gimana?" tanya Wildan dan itu sukses membuat Klara berhenti berjalan, kemudian Klara memutar kepalnya menjadi 90 derajat menghadap kesamping kanan. Sehingga terlihat batang hidungnya yang cukup mancung dari samping.
"Ngelantur lo ya." Sahutnya kemudian berjalan lagi.
000
Hening.
Itulah yang menggambarkan suasana pagi hari di rumah, tidak ada suara alarm yang berbunyi untuk membangunkannya di pagi hari, tidak ada suara motor yang berlalu lalang di pekarangan jalan depan, dan damai. Matahari datang melalui pantulan kaca di kamar Sophia, cahayanya yang hangat membangunkan anak itu serta menerpa wajah nya yang imut.
KAMU SEDANG MEMBACA
HSS [1] - Be With You
Teen Fiction[ UPDATE SETIAP RABU ] [ REVISI SETELAH TAMAT ] Banyak yang bilang pertemuan merupakan suatu hal yang indah dan memabukkan. Ketika Sophia bertemu Wildan untuk kali pertamanya, maka saat itulah dunia Sophia kian hari makin hancur. Pertemuan dengan Wi...