"KOK ngelamun?" Sean bertanya, sambil melambaikan tangannya ke depan wajah Sophia, ia sendiri masih belum bisa mencerna bahwa dunia hanya selebar daun kelor. Semuanya terjadi tiba-tiba, Wildan yang tiba-tiba pindah ke sekolah bersama Sean yang kenyataannya pacar dari Oliphia sekaligus orang yang bertemu Sophia dan memberinya payung adalah orang yang sama persis seperti di hadapannya sekarang.
"Uhuuuk. Uhukk" akhirnya Sophia terbatuk, menyadarkan dirinya, dan sontak membuat Sean menyodorkan air minum kearahnya. Buru-buru Sophia langsung minum dan mengatur napasnya.
"Kaget gitu. Ada yang aneh?" tanyanya lagi.
"Enggak kok." ucap Sophia setelah menenangkan tubuhnya.
Bersamaan dengan angin menghembus, Sean memetik buka yang diberinya lalu ditaruh di telinga Sophia.
Oke dengarkan. Sophia hanya pernah khilaf pacaran satu kali selama tiga bulan bersama Revan. Mantannya yang belum lama ini putus. Revan bukan tipe orang yang memberikan perlakuan manis pada pacarnya. Tapi Revan memiliki pacar hanya untuk kepuasannya semata. Wajar saja bila saat ini wajahnya memerah seperti tomat. Debaran jantungnya tidak karuan, melodinya tidak tetap.
"Kamu kenapa? Lelah ya?" jedanya "Ayo duduk aja"
Sophia hanya memanggut pelan, mengiyakan tawaran dari Sean. Sepanjang perjalanan ia hanya memikirkan perkataan Oliphia, dan itu membuat ia tersadar.
"Sebagai Oliphia. Jalanin aja."
Setelah mereka berdua duduk di bawah pohon rindang. Sophia menatap wajah Sean dari samping. Selama ia bersekolah dari hari Senin ia tidak pernah mendengar Sean berbicara panjang, hanya singkat. Tapi ketika bersama Oliphia ia banyak berbicara. Bukan hanya itu di kelas ia hanya membaca buku, belajar, lalu istirahat. Dan ia juga tidak pernah mendengar ada yang manggil namanya. Terutama saat perkenalan, ia hanya melamun dan tidak mendengarkannya.
"Kemana aja, baru dateng." Boleh lah ini dianggap sebagai pelatihan Sophia dalam menjalani kehidupan percintaan, sebelum ia bertemu dengan cinta yang sesungguhnya.
"Hampir dua tahun loh. Enggak sebentar." Sahut nya lagi.
Sean mengubah posisi duduknya menghadap seluruhnya pada Sophia. "Papa, enggak ngizinin keluar karena aku punya masalah sama beliau."
"Handphone ku sempat diambil karena aku berusaha menghubungi teman dan meminta bantuan kabur dari rumah. Ya jadinya gini deh." sambungnya.
Sophia bingung setengah mati ingin menanyakan apa lagi karena Oliphia tidak menceritakannya dengan rinci tentang terakhir kalinya mereka bertemu dan hal apa yang mereka sering bahas. Sophia tidak kenal dekat dengan Sean, tapi Oliphia bilang Sean orang baik.
"Oh gitu, tapi sekarang sudah baikan kan?" tanyanya takut salah.
"Lumayan lah. Bisa dibilang gitu." Sahutnya "Oh iya, adik kamu satu sekolah denganku. Namanya Sophia, kalian mirip banget."
"Kebetulan banget, titip dia ya." Jawab Sophia
Sophia merasa aneh ketika membicarakan dirinya sendiri, ia juga takut dirinya di mata Sean. Gadis ceroboh, banyak ulah, mungkin seperti itu. Tapi Oliphia beruntung punya Sean yang setia dari SMP. Andai ia juga punya pacar.
"Sophia itu sering jadi korban buli ya. Kemarin pas masuk sekolah dia kayak di jauhin sama teman nya. Aku gak tahu juga sih, karena kan aku baru masuk juga. Hehehe."
"Harus pura-pura kaget. Oke." sahutnya dalam hati.
"Hah? Masa sih? Dirumah dia biasa aja enggak pernah cerita masalah di sekolah nya. Aku bener-bener enggak tau."
KAMU SEDANG MEMBACA
HSS [1] - Be With You
Teen Fiction[ UPDATE SETIAP RABU ] [ REVISI SETELAH TAMAT ] Banyak yang bilang pertemuan merupakan suatu hal yang indah dan memabukkan. Ketika Sophia bertemu Wildan untuk kali pertamanya, maka saat itulah dunia Sophia kian hari makin hancur. Pertemuan dengan Wi...