S

3.2K 297 30
                                    


^_^

Semua terkendali seperti semula, meski Jeonghan harus terbangun di pagi buta. Karena ia telah menyadari apa yang terjadi sejak sore hari, dan melihat sang suami yang terlelap kelelahan disampingnya. Maka, ia akan menganggap semua tak pernah terjadi dan melupakannya. Tentang apa yang terjadi, ia akan menanyakannya pada Seungkwan ataupun bibi Im nantinya. Jadi, ia pikir, tinggal bagaimana nantinya tanggapan Seungcheol ketika ia melihat istrinya telah siuman dari tidur panjangnya sejak insiden sore itu.

Sembari menuruni tangga, dengan wajah yang masihlah tampak pucat. Jeonghan berjalan dengan pelan dan sesekali mengusap perutnya yang menonjol, ia pikir tak apa. Karena ia tak memiliki firasat apapun pada bayi nya, maka ia berfikir jika baby baik-baik saja.

Menyiapkan sarapan untuk suaminya adalah rutinitas yang tak boleh ia lewatkan, karena Jeonghan tak ingin suaminya sarapan di luar rumah, dan merasakan masakan orang lain. Tapi, dibalik itu semua ia tak menyadari dengan aroma masakannya itu, ia membangunkan sang Suami yang tengah terlelap.

Seungcheol yang terlelap perlahan meraba sisi kanan kasurnya. Dingin. Itulah yang ia rasakan pada sisi kasurnya yang hampa, hingga tak lama ia mencium aroma masakan sang istri, matanya yang belum sepenuhnya terbangun, perlahan mengerjapkan matanya hingga mencerna semuanya dengan baik.

Matanya ia lirikkan pada jam dinding yang menggantung. Pagi itu tepat pukul 06.30. Dahinya mengerut, dan kembali melihat sisi ranjangnya yang kosong hingga, Seungcheol memekik tertahan, karena sang Istri tak ada di tempat.

"Cheonsa,!!!"

Suaranya yang berat itu mengejutkan Jeonghan yang tengah memasak. Tak lama suara langkah kaki yang terburu-buru itu terdengar dan membuat Jeonghan berjalan menuju sebuah jendela yang menghubungkan antara dapur dan ruang makan miliknya.

"Hati-hati terjatuh." Ujar Jeonghan.

Senyumnya tampak terukir indah ketika matanya melihat sang suami yang dilanda kepanikan di pagi hari. Bukan karena ia terlambat bekerja, tapi panik dikarenakan sang istri yang tak ada disampingnya ketika ia membuka mata. Seharusnya terbiasa, tapi kali ini rasanya berbeda karena sang istri tengah sakit, ya begitu pikir Seungcheol.

Greebb

"Kau membuatku takut."

Seungcheol memeluk Jeonghan dengan erat. Membenamkan wajahnya pada ceruk leher sang istri dan menyesap wanginya di pagi hari. Posisinnya yang menyamping, membuat wajah Jeonghan memerah sekitika dikarenakan sesak nafas. Tangan Seungcheol yang terbilang kekar itu dengan sekuat tenaga Jeonghan dorong dan memukul-mukul kecil.

"Saya-nghh.. sesaaakk- khh.. Tuhan,!!" Rintihnya.

"Eoh, maaf kan aku sayang." Mendengar suara serak lirih sang istri dengan tak rela nya Seungcheol lepas, dan masih menyangga tubuh istrinya dari samping kanan.

Jeonghan mengatur nafasnya perlahan hingga kembali teratur.  Matanya melirik ke arah wajah bantal sang suami yang belum tersentuh air, memberikan senyuman terbaik di pagi hari dan mengusap pipinya lembut.

"Ada apa, pagi-pagi berteriak hm,?" Tanya Jeonghan lembut.

"Aku mencarimu. Aku mengkhawatirkanmu kau tau,?"

Entah apa yang terjadi pada Seungcheol pagi ini, ia terlihat sangat manja. Dari caranya berbicara, hingga kelakuannya yang tak ingin lepas dari Jeonghan. Padahal jika diingat manja dengan penuh rengekan bukanlah tipe Seungcheol. Dan lagi, pagi ini harusnya ia berangkat kerja ke kantor. Astaga, ada apa dengannya,?

"Aku disini."

Dengan suara lembut dan usapan pada pipi Seungcheol, mereka menatap satu sama lain dan saling melempar senyum hingga Jeonghan memberikan kecupan-kecupan selamat pagi untuk suami tercintanya. Pada kecupan terakhir Seungcheol menahan tengkuk Jeonghan dan memperdalam ciumannya. Kesempatan itu tak dilewatkan Seungcheol sedikitpun, memberikan ciuman terbaiknya hingga memaksa Jeonghan untuk membuka mulut dan mulai mengabsen seluruh gigi-gigi Jeonghan.

Don't Listen In Secret _ {JeongCheol}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang