E

4K 328 58
                                    

^_^

Waktu terus berjalan, begitu pula kehidupan Jeonghan yang kian mendekati waktu persalinannya. Bulan lalu tepat dihari annyversary yang harusnya ia rayakan, malah berbuah tangisan. Takdir Tuhan tak akan ada yang tahu begitu pula nasib Jeonghan yang kini akan memperjuangkan kelahiran anaknya seorang diri.

Di kediaman JunHao telah terjadi sedikit keributan yang mana pasangan suami-istri itu menentukan, kapan Jeonghan harus pergi kerumah sakit. Seperti yang mereka tahu bahwa kelahiran anak Jeonghan kian dekat, ditambah lagi Jeonghan merasakan mulas karena kontraksinya sejak 3 hari yang lalu.

"Pokoknya kita kerumah sakit sekarang. Apa kau tak merasakan sakitnya? Aku khawatir denganmu." ucap Minghao yang jalan kesana kemari mengemas pakaian miliknya dan Jeonghan.

"Sayang, kenapa harus terburu-buru. Lihatlah Jeonghan, dia saja terlihat santai." ucap Jun dengan tenang.

Jeonghan yang menjadi objek pembicaraan hanya tersenyum tenang, dan terus mengusap perutnya yang kian membulat dan kencang. Jika boleh jujur, sebenarnya Jeonghan merasa takut. Entah apa yan ia takuti yang jelas ia belum siap dengan kemungkinan-kemungkinan negatif lainnya. Dan tentang kontraksi itu, yah Jeonghan memang merasakannya namun tak begitu sakit, hanya sebuah rasa nyeri dan mulas seperti orang yang akan buang air besar. Malah ia kira, ia akan buang air besar tetapi tampaknya itu kejala kelahiran yang telah dokter katakan pada saat cek up seminggu yang lalu.

"Baiklah, aku akan ke rumah sakit." Jeonghan pun beranjak dari tempat duduknya meski sedikit kesulitan karena perutnya yang besar.

"...tapi besok." senyum Jeonghan jahil pada pasangan JunHao. Lalu ia pun berlalu meninggalkan mereka yang tampak terdiam.

Jeonghan berjalan keluar rumah, tepatnya kini ia berada di halaman belakang. Sebuah kebun kecil yang terdapat beberapa sayur pokok yang terlihat asri. Pasangan JunHao itu memang sangat pintar untuk mengelola sebuah lahan, meskipun itu terlihat sangat tidak mungkin ditanami banyak tumbuhan. Namun bagi mereka, lahan tersebut menjadi pemandangan yang indah meski hanya sebuah pepohonan sayuran.

Jeonghan duduk disebuah bangku kayu panjang yang langsung menatap lahan perkebunan mini milik JunHao. Senyuman Jeonghan terus mengembang usapan pada perutnya pun makin semangat tapi lembut.

"Akhh ! Sshh.." Jeonghan meringis kesakitan ketika mendapat tendangan yang begitu kuat dari anak-anaknya.

Ya. Anak-anaknya meski itu belum pasti karena ketika cek up seminggu yang lalu, dokter tak menemukan tanda-tanda bahwa Jeonghan memiliki bayi kembar. Tapi tak apa naluri ibu pastilah benar, ia berpikiran positif bahwa ia dan Seungcheol memiliki bayi kembar.

'Seungcheol huh?'  hatinya terenyut sakit kala mengingat nama itu dan tersenyum miris kala mengingat Seungcheol lebih memilih menikah dengan cinta pertamanya.

DUG!

DUG!

"Akh! Oke-oke kalian tidak mau mommy memikirkan Daddy hm ? Baiklah, mommy akan menjadi kuat demi kalian. Mommy harap kita selalu bersama sayang." monolog Jeonghan, mengusap perutnya yang sempat terasa kram karena tendangan kuat dari bayinya.

~

"Aku tak mau tau !! Aku mau kesana !! Kumohon,  Hansol-ya."  rengek seorang pria yang terlihat bulat itu. Ditambah keadaan tubuhnya yang tengah terisi jabang bayi nya yang kini berusia 6 bulan.

"Jika ku katakan tidak ya tidak! Beruang madu !" ucap tegas Vernon.

Mendengar penuturan suami bule nya itu, ditambah panggilan untuknya yang membuatnya kesal. Maka Seungkwan pergi berlalu dengan menghentakkan kakinya dan berjalan menuju kamar. Tak lupa ia membanting pintu kamar lalu menguncinya. Suara bantingan pintu itu cukup keras hingga membuat Vernon terkesiap. Untung anaknya sedang berada di Hongdae bersama orangtua Vernon, jadi ia tak perlu khawatir anaknya menangis karena terkejut akan kelakuan ibunya.

Don't Listen In Secret _ {JeongCheol}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang