^_^
Waktu berjalan semakin cepat, masih dalam keadaan dan suasana yang sama, Jeonghan dengan keterdiamannya dan Seungcheol dengan kebungkamannya. Ditempatkan dalam satu ruangan yang sama tanpa kesengajaan, membuat keduanya memilih bungkam dan melakukan kegiatan masing-masing tanpa ada perbincangan seperti sedia kala.
Tak tahan dengan segala kebungkaman Seungcheol, maka Jeonghan memantapkan hatinya untuk berbicara pada suaminya tersebut, atau kini bisa disebut sebagai calon suami orang lain,? Entahlah, Jeonghan mulai dengan segala perjuangannya. Alih-alih dia bahagia kini, ia harus terus merasa sakit.
"Seungcheol,?" Panggil Jeonghan lirih. Ditatapnya punggung lebar nan tegap yang selalu menjadi sandarannya.
"Tadi pagi ibu memberi sebuah undangan pernikahan. Menurutmu bagaimana,? Haruskahku datang,?" Jeonghan merubah suaranya menjadi ceria seperti biasa. Meski sedikit getaran pada bibirnya karena hatinya merasakan ngilu mengucapkan itu.
"Jangan datang." Ucap Seungcheol penuh penekanan dan dingin. Sedikit membuat Jeonghan merasa gentar sesaat, tapi tak cukup lama iapun meyakinkan diri.
" Mengapa,? Bukankah itu acara penting,? Kau tau, yang kudengar seorang CEO CIC Corp akan menikah dan dihadiri banyak wartawan. Bukankah itu berarti acara yang mewah dan meriah,? Beritanyapun telah menyebar sejak kemarin, dan—"
"JIKA KUKATAN JANGAN DATANG MAKA JANGAN,!!!" Bentak Seungcheol tepat dihadapan Jeonghan.
Saat itu pula, Jeonghan menitikkan air matanya yang ia tahan sejak tadi. Tubuhnya beringsut mundur dan bergetar pelan. Tak lama isakan kecil itupun melincur dari bibir tipis Jeonghan. Seungcheol yang sedari awal memang telah menangis dalam diam kini menatap istrinya dengan perasaan menyesal.
"Kenapa,? Apa kau takut jika aku merusak acara pernikahanmu,?" Ujar Jeonghan lirih. Ia beranikan untuk menatap wajah suaminya yang kini menatapnya juga.
Tak ada perbedaan antara dirinya dan Seungcheol. Kacau. Itulah yang Jeonghan lihat saat menatap suaminya. Matanya yang berderai air mata, tatanan rambut tak rapi, sorot matanya pun mengatakan jika ia tengah merasa putus asa dan penuh rasa bersalah.
Keduanya tampak hanyut dengan perasaan masing-masing. Jeonghan terpuruk begitu pula dengan Seungcheol. Mendengar isakan Jeonghan yang semakin menyayat hati Seungcheol, kini pria yang masih berstatus sebagai suami Jeonghan itu berusaha mendekat untuk merengkuh tubuh istrinya. Namun, Jeonghan enggan karena ia merasa kecewa.
"Jadi, ini adalah jawabanmu setelah menghindariku sejak 3 minggu yang lalu,?"
Jeonghan merunduk mengusap perutnya yang membuncit, merasakan tendangan halus dari dalam. Ia tak tahu jika anaknya pun merasakan kesedihan yang tengah ia rasakan kini. Ia tahu jika semua ini akan terjadi, permainan ibu mertuanya yang terbilang licik karena berusaha memisahkan ia dan juga Seungcheol. Tapi mau apa dikata jika kekuasaan yang memimpin semua itu,? Dengan berbagai ancaman yang Jeonghan terima. Mungkin inilah jalannya, menyerah adalah jalan terakhirnya.
"Aku akan datang. Aku janji, aku tak akan mengacau. Agar semua orang tau, bahwa Choi Seungcheol menikah dengan kebahagian. Dan untuk saat ini, aku mengatakan bahwa..
Aku menyerah." Didekatinya wajah sang suami dan dikecupnya dengan pelan tanpa lumatan dan hanya sekejap Jeonghan memilih untuk pergi meninggalkan kamar mereka.
Air mata kesedihan itu terus saja mengalir dalam diam. Tak bergerak untuk mencegah istrinya pergi, tak bergerak untuk menahan pintunya yang kini telah tertutup rapat. Tubuhnya kaku, lidahnya pun kelu. Tanpa tau jika kini Jeonghan dalam keadaan fisik dan hati yang sama rapuhnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/165806817-288-k32898.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Listen In Secret _ {JeongCheol}
Fiksi RemajaSosok seorang Choi (yoon) Jeonghan yang ingin berusaha hidup bersama sang Suami, entah itu harus merelakan dirinya tersakiti ataupun bahagia dengan caranya sendiri. Selamat membaca..👬