L

3.3K 298 3
                                    

^_^







   Waktu weekendpun hampir habis, jam menunjukkan pukul empat sore. Seungcheol sedang membersihkan diri sedangkan Jeonghan mengangkat jemuran yang sempat suaminya itu cuci.

   Menurutnya itu hanyalah pekerjaan ringan yang tak perlu orang lain bantu, karena sejatinya Jeonghan sudah terbiasa dengan pekerjaan rumah itu.

Ting Tong

   Jeonghan menghentikan kegiatannya sejenak guna mendengarkan bel rumahnya dengan seksama. Dan ia kembali mendengar bel rumah berbunyi, dengan langkah tergesa ia membawa keranjang pakaian itu dan meletakkannya di sofa. Menghampiri pintu utama untuk melihat siapa yang tengah bertamu di sore hari.

Ceklek

   "Oh, Seungkwan,? Ada apa,?" Ternyata sahabat bakpao nya ini yang sedang bertamu. Wajahnya yang menyiratkan kekhawatiran, mengundang pertanyaan di kepala Jeonghan.

   "Hm, hyung.. apa kau sibuk,?" Tanya nya sedikit ragu. Ia menoleh ke arah belakang punggungku seperti mengecek apakah ada Seungcheol atau tidak.

   "Seungcheol sedang mandi jika kau takut padanya." Jeonghan terkikik geli karena setelah mengatakannya Seungkwan seperti bernafas lega.

   "Oh, Samuel tertidur,?" Bisik Jeonghan. Mata bulatnya melihat seonggok balita mungil yang tengah meringkuk dalam gendongan Seungkwan.

   "Hm.. hyung, bo-bolehkah aku menitipkan Samuel disini,?" Cicit Seungkwan.

   Suaranya terdengar ragu pun sangat lirih, Jeonghan tersenyum manis menatap Seungkwan yang menunduk menatap samuel yang tengah tertidur.

   "Ahaha, baiklah. Aku merasa senang, aku tak masalah tapi.. mau kemana kau memangnya,? Kenapa samuel tak ikut serta denganmu,?" Tanya Jeonghan penuh selidik.

   "Hh.. aku tak bisa membawa samuel berpergian kali ini, aku akan pergi ke Hongdae untuk menemui mertuaku. Dan disanapun aku akan cukup sibuk begitu pula vernon. Kau taukan jika aku tak mempercayai orang asing untuk mengurus samuel." Terang Seungkwan.

   Jeonghan merasa iba terhadap sahabat bakpaonya ini, pasalnya di antara sahabat yang sebenarnya ia anggap adik itu. Hanya Seungkwan lah yang tak pernah meminta suatu hal apapun selagi dia dapat melakukannya sendiri.

   Namun, ia harus kembali ditampar oleh kenyataan, jika Seungcheol suaminya itu sedikit tak suka pada anak kecil. Bukan membencinya, hanya rasa tak suka jika anak kecil itu merepotkan dirinya. Dan Jeonghan tau itu.

   Itulah, sedikit alasan mengapa sampai sekarang Jeonghan tak mau memberi tahu pada Seungcheol tentang kehamilan nya kini. Ia hanya tersenyum kecut memandang perut nya.

   "Bagaimana hyung,? Aku takut-"

   "Tak apa, aku akan coba bicara baik baik pada Seungcheol semoga ia mengerti." Ujar Jeonghan dengan senyuman manisnya.

   "Benarkah hyung,? Terima kasih, terima kasih banyak Jeonghan hyung, karena kupikir samuel dekat denganmu jadi aku kemari untuk menitipkannya." Ucap Seungkwan menggebu gebu. Senyumnya yang mengembang terus ia layangkan pada Jeonghan tanda terima kasih.

   Perlahan ia menyerahkan Samuel pada Jeonghan dengan hati hati agar buah hatinya itu tak terbangun dan merengek lalu menangis kencang. Jeonghanpun menerimanya dengan baik. Senyumnyapun tak luntur saat Samuel telah berada pada gendongannya.

   "Oh iya, aku telah menyiapkan kebutuhan Samuel, jadi kau tak perlu khawatir, tunggu sebentar."

   Seungkwan berjalan menuju mobilnya untuk mengambil perlengkapan buah hatinya pada Jeonghan, karena ia pikir cukup tau diri dengan menitipkan anaknya akan membuat Jeonghan kerepotan terlebih dengan kebutuhan Samuel yang bukan main banyaknya.

Don't Listen In Secret _ {JeongCheol}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang