oppa

278 56 4
                                    

"aku pulang," sudah menjadi kebiasaan bagiku dan Ha Young untuk berteriak saat kami sampai di apartemen.

Ya hanya untuk memastikan apartemen ini kosong atau tidak.

"Eoh tumben kau sudah sampai," kepala Ha Young muncul dari arah dapur, dan dari baunya yeoja ini sedang membuat Ramyun.

"Ia aku berjalan cepat, aku merasa di ikuti orang" ucapku sambil melepas sepatu dan menggantinya dengan sandal apartemen.

"Wah wah, auramu sudah menarik penggemar mungkin!" Dan dengan bodohnya Ha Young berucap seperti tak paham akan makna dari kalimat yang baru saja ia ucapkan.

Aku hanya mengangkat kedua bahuku, Ha Young pasti akan paham hal itu menandakan aku mengucapkan 'meolla'. Bolehku jujur? Situasi malam ini membuatku takut.

Aku masih trauma dengan namja. Di kamusku, bila ada namja menyukai yeoja karena fisik itu artinya hubungan mereka akan berakhir ke sebuah peristiwa yang tidak diinginkan. Dan sungguh aku tidak ingin hal itu terulang kembali di dalam hidupku.

Lebih baik aku hidup menjadi yeoja jelek yang dibenci namja ketimbang menjadi cantik dan di lecehkan. Benar bukan?

Hanbeondo nan neorul ijeobun jeok eobso... Terdengar musik Happiness super junior version dari handphone milikku. Artinya seseorang yang membuat kebahagiaan di dalam hidupku sedang menelfon.

Bunyi nada dering itu khususku setting untuk sahabatku si polos Oh Ha Young, Kedua orangtuaku dan Jung Hae In Oppa kesayanganku.

Ha Young sedang berada di sebelahku, dan kedua orangtuaku pasti sudah tidur dengan pulas jam segini. Pasti Oppa yang menghubungiku!

"Angkat sana," Ha Young sudah paham bahwa nada dering happiness itu pasti adalah telfon dari orang yang penting di dalam hidupku.

"Aku angkat dulu ya," aku beranjak masuk ke dalam kamarku, "eoh iya buatkan aku Ramyun juga ya," ucapku sebelum benar-benar memasuki kamar.

"Oppa anyeong!" Jawabku ceria. Hanya kepada namja satu ini aku bisa menjadi yeoja yang manis.

"Kau sudah sampai rumah?" Suaranya terdengar melalui sambungan telfon.

"Ne, bisnya berjalan dengan cepat" aku akan selalu menceritakan setiap detail hidupku pada namja satu ini.

"Bagaimana perkembangan kisahmu?"

"Kisah apa?"

"Kisah cintamu lah!" Ucapnya dengan tertawa

"Mana ada hal seperti itu,"

"Masa iya? Itu loh, dengan namja penolong hidupmu, yang katanya bisa bermain gitar bahkan mengalahkan permainanku," aku mendengar setiap ucapan Oppa dengan seksama.

"Maksudmu Park Chanyeol?" Oh iya, aku menceritakan segala hal tentang hidupku pada Oppa termasuk mengenai Park Chanyeol dan nazarku pada Tuhan pagi itu.

"Nah iya, namja yang membuatku cemburu disini"

"Cemburu bagaimana?"

"Dongsaeng kecilku memiliki superhero lain yang artinya aku akan segera tersingkirkan. Tidak mungkin sebuah film memiliki dua pahlawan bukan? Huhuhu," ya Tuhan oppaku sungguh seperti anak-anak, bahkan ia berakting menangis dalam panggilan ini.

"Oppa gila ya! Mana mungkin aku memiliki kisah cinta, apa lagi dengan Park Chanyeol itu," jawabku tanpa berpikir. Eh salah, aku sudah memikirkannya bahkan sebelum ada namja yang berani mendekatiku. Aku hanya akan mencintai sosok yang sama seperti Appa dan Oppaku.

"Kalau bukan kisah cinta, kisah apa yang sedang kau buat bersama namja itu?"

"Ya," aku berpikir, bukankah jelas ini kisah pertemanan? Aku hanya ingin berteman dengan seorang Park Chanyeol.

"Ya apa?"

"Ya tentu saja kisah pertemanan Oppa, memangnya mau apa lagi?"

"Ya Tuhan dongsaengku!!! Kau yang anti namja mau berteman dengan namja adalah suatu anugrah dari Sang Pencipta!!! Aku Oppamu ini yakin 100% anugrah dariNya bukan hanya sampai pertemanan, pasti akan lebih!"

"Ckckckck, kau mengigau ya Oppa?"

"Ani Ani, dengarkan aku dan berpikirlah saat mendengarkan ku!" aku menuruti Oppa, aku akan memasang telinga dan otakku dengan cermat, "apa dia namja?" Pertanyaan macam apa ini.

Aku diam tak membalas,

"Hey jawab aku!" Terdengar nada memaksa dari suara Oppa.

"Ya tentu sajalah," jawabku kesal.

"Lalu, apa dia baik padamu dan kau tidak menolak sikap baiknya?"

Aku berpikir beberapa detik, Chanyeol menolongku dari senior itu, ia mencarikan ku pekerjaan dan keluarganya baik. Kenapa harus ku tolak kebaikkannya? "Ia," jawabku pada pertanyaan Oppa itu.

"Apa kau sering baik pada namja?"

"Hey Oppa, kau mengenalku juga! Pada umumnya namja itu hanya ada dua tipe, satu brengsek dan yang lainnya banci. Aku tidak akan dengan asal menerima kebaikan namja!"

"Hey hey santai, jangan ngegas sayangku. Bahkan kau tidak berpikir dalam menjawab pertanyaan tadi, otakmu dengan otomatis menjawabnya!" Hah masa iya aku mengegas? Ya Tuhan, kau sangat buruk dalam kontrol diri Jung Eunji.

"Mian," ucapku lemas.

"Iya iya tidak apa. Lanjut ya, kau mau menerima kebaikan namja  bermarga Park itu. Apakah ia namja yang bisa kau percaya hingga kau mau memulai pertemanan dengannya?"

Sesuai nazarku, aku mau berteman dengan seorang Park Chanyeol dan aku percaya padanya "Ne, ia baik dan aku percaya padanya Oppa""

"Dan apakah aku namja yang baik hingga kau mempercayaiku?"

"Bodoh, kau itu baik! Bahkan sangaaaaat sangat baik! Kalau aku yakin seorang namja adalah baik, tentu saja aku akan mempercayainya dengan segenap hatiku!" Jawabku antusias dan terdengar suara tawa Oppa setelah jawabku selesai.

"Selanjutnya ya, aku dan Appamu itu namja tipe yang mana jika kau bilang hanya ada dua jenis namja di dunia ini?"

"Ya Tuhan itu pertanyaan yang mudah, kalian tidak berada di kedua tipe. Kalian berdua berbeda!!! Kalian kan namjanya Jung Eunji, tidak mungkin kalian brengsek ataupun banci hahahaaha," ucapku dengan penuh keyakinan.

"Nah, kau tidak berpikir lagi kan" jawabnya.

"Hah maksudmu?" Mendadak Aku yang katanya pintar ini menjadi bodoh bila berbicara dengan Oppa ataupun Appaku.

"Akan ku bantu kau berpikir ya. Kau bilang Park Chanyeol yang adalah namja itu baik dan kau mempercayainya sebagai teman bukan? Kalau kau sungguh berpikir sedari tadi, kau membahas si Park Chanyeol itu dengan memposisikan dirinya sama seperti aku dan Appa di dalam hidupmu tau!"

HEY BENARKAH? Aku yakin Oppaku yang adalah polisi ini adalah namja yang suka berucap dengan asal.

"Hey, dengarkan aku lagi ya. Ini saran dariku sebagai Oppa ya g kau sayangi. Aku menyayangimu Eunjiya. Segala keputusanmu ku terima termasuk kau bilang hanya ada dua jenis namja di dunia ini dan kau dengan teguh berkata akan menjaga jarak dari namja kecuali sikap namja itu mirip aku ataupun Appa bukan?" Dengan refleks aku mengangguk mendengar ucapan Oppa, "tapi Eunji, aku harus menyadarkanmu. Feeling ku sungguh kuat, masih ada namja yang tidak masuk di dalam himpunan namja brengsek atau namja banci yang sudah kau kelompokkan itu. Dan aku yakin orangnya adalah si Park Chanyeol itu"

What?! Apa benar Park Chanyeol sosok yang setara dengan Oppa dan Appaku?

"Meollaseo," jawabku lemas. Sungguh aku benar-benar harus mencerna alur pembicaraan ini dengan matang-matang.

"Yasudah, mungkin kau harus beristirahat dan memikirkannya nanti-nanti saja,"

"Ne," jawabku lemas.

"Mau dengar saran terakhir dariku tidak?"

"Apa?"

"Coba mulai berteman dengan sungguh-sungguh dengan namja itu, kalau sudah ada kemajuan kabari aku"

Aku diam dan berpikir, hingga tak sadar bahwa Oppa sudah mengakhiri panggilan kami.

* * *

Bersambung

River Flow [COMPLITED] | {PARK CHANYEOL & JUNG EUNJI}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang