[DELAPAN]

867 47 3
                                    

Tett..tett..

Bel pulang telah berbunyi dengan nyaring. Semua murid langsung bergegas memasukan buku-buku mereka kedalam tas. Sama halnya dengan Radit dan teman-temannya.

Setelah guru mata pelajaran jam terakhir mengucapkan kalimat penutup. Radit dan tiga sahabatnya langsung merapikan buku-buku yang berada di meja mereka.

"Dit, lo masih ngejalanin tantangan dengan baik 'kan?" tanya Raffa sambil berjalan menuju meja Radit yang berada didepan tempatnya duduk bersama Rayn.

"Hmm." seperti biasa, Radit hanya membalasnya dengan deheman.

"Inget Dit, lo harus tanggung jawab sama tantangan yang kita kasih, iya gak bro?" ucap Jovan sambil menepuk punggung Radit.

"Ck, iya iya. Bawel banget lo." jawab Radit sambil mengendong tasnya ke punggung. Setelah itu ia langsung keluar kelas dan berjalan menuju parkiran yang diikuti oleh ketiga sahabatnya.

Sesampainya diparkiran, Rayn langsung mendudukan motornya yang masih di standar, "cari Dara sono gih. Kita tungguin disini."

Tanpa menjawab, Radit langsung memutar kan tubuhnya kembali kedalam gedung sekolah. Ia berjalan menuju kelas XI IPS 1. Kelas yang ditempati oleh Dara.

Saat tepat didepan lapangan basket indoor, Radit sempat mendengar suara bola yang sedang dipantulkan, atau lebih tepatnya suara orang yang sedang bermain basket.

Karna rasa penasaran yang cukup besar. Akhirnya ia memasuki lapangan basket dengan hati-hati, agar orang itu tidak terganggu oleh suara langkah kakinya.

Setelah ia berhasil masuk, ia langsung berjalan menuju tribun penonton paling atas dan pojok paling kiri. Kemudian ia mendudukkan bokongnya, lalu memperhatikan orang tadi.

Radit sempat kagum dengan permainan basket orang itu. Karna menurutnya orang itu sangat pandai dalam memasukan bola kedalam ring dan melakukan beberapa teknik bermain basket dengan baik. Selang beberapa waktu orang tersebut memberhentikan permainannya, lalu duduk sembarangan dilapangan sambil meminum air mineralnya.

"Prok...prok...prok. Permainan lo hebat juga." Radit berjalan menghampiri orang tersebut sambil sedikit menepukkan tangannya.

Sontak orang itu menoleh kepada sumber suara, "sialan ngagetin aja sih tuh orang!" gumamnya.

"Ayok pulang, nanti keburu sore." ucap Radit sambil mengulurkan tangannya.

"Gak usah, makasih. Gua bisa pulang sendiri kok." ucap Dara sambil menepis uluran tangan Radit dengan pelan. Kemudian ia mengambil tasnya yang berada di kursi khusus untuk pemain basket saat sedang bertanding.

Setelah menggendong tasnya dipunggung, ia langsung berjalan keluar dari lapangan basket indoor. Tetapi, saat ia ingin membuka pintu lapangan, ia memberhentikan pergerakannya. Karna ia merasa kalau tangannya dicekal oleh Radit.

"Ck! Apaan sih lo, lepasin gak!" ucap Dara sambil berusaha melepaskan genggaman tangan Radit. Namun nihil, ia tidak dapat melepaskannya. Karna Radit menggenggamnya dengan erat.

"Kan gua udah bilang kalo sebulan ini lo gua antar-jemput." Radit berusaha menahan amarahnya, karna harus berhadapan dengan Dara yang menurutnya memiliki sifat keras kepala.

"Gua enggak mau!" bantah Dara.

"Ikut gua!" ucap Radit dingin dan tanpa ekspresi.

Glek!

Dara langsung merasa kerongkongannya kering. Rasanya sangat sulit untuk menelan ludahnya sendiri. Ia sempat merinding mendengar intonasi Radit yang menurutnya sangat menyeramkan.

RADARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang