[ENAM BELAS]

825 38 3
                                    

Setelah sampai dipekarangan rumah Dara, Radit langsung memberhentikan mobilnya tepat didepan teras rumah Dara. Bukan didepan gerbang.

Dara langsung melepaskan safety belt nya lalu baranjak membuka pintu mobil. Tetapi, saat ingin membuka pintu mobil tangan Dara di pegang oleh Radit. Dara menolehkan kepalanya, "kenapa?"

"Cuma mau ngingetin nanti jangan lupa mandi abis itu istirahat, oke? Gua gak mau lu kecapean terus nanti jadi sakit. Kalo lo sakit nanti gua nya rindu deh."

Dara mengerjap ngerjapkan matanya, tapi setelah itu mengangguk paham. "Oh iya satu lagi, besok gua jemput ya. Bye Dara. Jangan rindu, soalnya kata Dilan rindu itu berat." ucap Radit diakhiri dengan kekehan yang membuat jantung Dara berdegup lebih kencang.

Dara membuang mukanya ke sembarang arah, lalu sedetik kemudian ia mendorong bahu Radit pelan, "serah ah! Gombal aja sih lu, Dilan udah gak jaman tau. Udah sana balik lo."

"Ngusir nih?" tanya Radit seraya menarik turunkan alisnya dan kemudian mengerucutkan bibirnya yang menandakan bahwa ia sedang ngembek.

"Iya kenapa!?"

"Ya ampun galak amat sih. Yaudah sana masuk, salam ya buat ayah bunda lo."

"Sip."

Kemudian Dara membuka pintu mobil Radit. Lalu ia berjalan memasuki rumahnya tanpa menunggu Radit meninggalkan pekarangan rumahnya.

Baru saja Dara membuka pintu rumah, ia sudah ditatap dengan tatapan mengintimidasi oleh ayahnya. "Abis kemana kamu?" tanya ayah Dara dengan wajah datar.

"Em.. Anu- tad-, " belum sempat menyelesaikan kalimatnya sang ayah langsung memotong ucapan Dara.

"Stop! Sekarang mending kamu ke ruang keluarga dan jelasin semuanya." titah ayah.

"Iya Yah." jawab Dara seraya menundukkan kepalanya.

Kemudian Dara berjalan ke ruang keluarga yang diikuti oleh ayahnya. Sesampainya diruang keluarga disana sudah terdapat bunda dan abangnya yang sedang asik menonton film action.

Setelah menyadari kehadiran Dara, bunda langsung mematikan televisi dan menggeser duduknya. Lalu Dara duduk disamping bundanya.

"Kemana kamu hari ini?" tanya ayah Dara dengan tegas.

"Maaf yah." kata Dara yang masih menundukkan wajahnya.

"Ayah gak butuh kata maaf kamu. Yang ayah butuh jawaban dari kamu. Ngerti!?"

Dara sedikit tersentak karena ayahnya membentaknya dengan keras. Lalu tubuh Dara bergetar yang menandakan ia sedang menangis. Dangan segera bunda langsung merangkul anaknya dan menelus punggungnya.

"Ayah mending kita dengerin penjelasan Dara dulu, okey?" kata bunda dengan nada lembut.

"Oke, sekarang kamu jelasin semuanya. Tanpa ada yang kamu tutup-tutupin sama ayah dan bunda." ucap ayah yang sudah sedikit melembut.

"Aku engga yah?" tanya Valdo membuka suara. "Sstt! Kamu diem aja." titah bunda yang membuat Valdo mengerucutkan bibirnya.

"Iya yah aku bakalan jelasin semuanya," kata Dara seraya menyeka air matanya

"jadi pas tadi pagi aku mau berangkat sama abang tiba-tiba ada Radit muncul dan dia bilang dia berangkat sama aku. Yaudah deh jadinya aku berangkat sama dia. Terus pas di jalan macetnya minta ampun dan kita udah telah banget. Jadinya Radit ngajak aku untuk bolos, tapi aku udah tolak ajakan dia kok. Tapi Radit nggak nyerah ngajak untuk aku bolos, sampai akhirnya aku berfikir kalo ajakan Radit itu gak ada salahnya. Terus akhirnya kita bolos deh." jelas Dara panjang lebar.

RADARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang