Pelata Hati

20 2 0
                                    

Oktober 2014
______________________________________________

Larik lara surat sebuah prosa
Terlahir dari hati yang tersakiti
Tercipta dari relung yang ternodai
Terbesit dari pikir yang semu


Atas nama kotornya sebuah perasaan
Atas dasar ribuan purnama yang dikorbankan
Atas yang dulu dibawah lalu kembali ke bawah
Sebuah cerita dari peliknya 'penghianatan'

_________________

Sebuah harap, asa, rasa serta kamu.
Yang pernah ada bersemayam dalam relung hati yang ruyam
Tak bertemu layak ufuk yang tak merindu dan aku memberi nama 'kita'.

Teringat kala itu saat semua komitmen yang kita susun menjadi rubuh seperti layaknya bongkahan hati yang tertumpuk tak kokoh, seperti layaknya secercah cahaya yang terhalang oleh mendung dan aku melihat sebuah nama bernama 'kita'.

Semua hal yang pernah aku kamu atau pun kita janjikan sudah tidak berarti lagi
Saat semua renjana yang dulu indah sudah terasa sukar sekarang
Saat hal yang kamu bilang senyuman sudah berubah menjadi tangisan
Saat...
Aku hanya bisa mengingat saat...

Penghianatan memang selalu datang pada titik terlemah
Saat dimana hatiku mulai terasa tak kuat lagi
Merobohkan bagian terkuat dari pertahanan hati
Meluluh lantahkan bagian-bagian balok bangunan yang disebut perasaan.

Hancur...
Kamu bilang aku lemah ?
Sungguh kecewa...
Rupanya kamu adalah seorang :
Pelukis lara
Penyair dendam
Penulis kesombongan
Pembaca amarah.

_________________

Kamu pernah berkata :
"Bagian saat ini dari sebuah perpisahaan yang kita alami adalah ingin memeluk kesendirian"

Ah...
Aku tidak yakin apakah membuat janji dari sehabis peristiwa sebuah perpisahan masih dapat aku percaya ? kurasa tidak, lantas jika janji itu nyatanya tak sesuai pantaskah aku sebut itu penghianatan ? kurasa iya, namanya juga sudah janji ya mau bagaimanapun harus ditepati, lalu menurut mu bagaimana ?

Saat itu kamu pernah berkata untuk ingin fokus dengan semua karir dan sekolahmu
Serta menjauhkan diri tentang apa-apa yang mengundang cinta

Katamu sudah lelah, tidak semuanya hidup tentang cinta-cintaan
Katamu sudah cukup, jika bermain dan membuka hati terlalu cepat
Katamu sudah...
Tak usah 'mengkhawatirkan aku'
Karena semua hal tentang pengganti hati tak akan dipikirkan untuk saat ini...
Saat ini...

Aku fokus dengan tujuanku
Kamu fokus dengan pencapaianmu
Begitu kan ?

_________________

Tak semestinya sebuah janji harus diumbar
Tak seharusnya sebuah janji diobral
Tselayaknya sebuah janji digampangkan
Jadi apa harus percaya dengan sebuah janji dari peristiwa sehabis perpisahaan ?

Ku rasa itu hanyalah sebuah kalimat penenang saja
Layaknya zat adiktif yang membingungkan mana fakta dan mana fiktif
Setelah itu aku tersadar bahwa perasaan kecewa, lara, pelik dan sakit itu datang
Hadir memeluk kembali...

Ah diriku saja mungkin yang terlalu naif
Tak mafhum
Terlalu satir
Sedikit memahami
Banyak membersakan egosentris

_________________

Lalu saat aku meminta penjelasan dari semua hal janji yang ku anggap penghianatan itu kepadamu, kamu menjawab ada hati yang datang tiba-tiba tanpa permisi mengisi hati yang bernama 'Jatuh Cinta'...

Lelaki itu telah datang disaat semua hal porak poranda

Memang betul apa kata orang :
Hati yang paling mudah diambil dan dipahami adalah hati ketika dimana sedang tersakiti dan bisa menjadi penyembuh atas segala lelah yang dialami setelah berebah dari cinta lama.

Lalu apa kabar dengan janji ?
Lantas bagaimana cara mengkaji arti penghianatan ?
Sangat membingungkan hidup terlalu banyak denga cinta-cintaan.

_________________

Dari pengalaman aku bisa paham
Dari banyak cerita aku bisa menyimpulkan
Bahwa tak selamanya putih itu bersih
Pasti ada setitik hal hitam didalamnya
Bahwa tak selamanya hitam itu kotor
Pasti ada setitik putih dibaliknya

Pola pikir ku terkadang selalu bermain-main dengan apa yang terlihat bukan dengan apa yang terkaji, selalu menyimpulkan dari sudut pandang diri sendiri dan ego saja tanpa pernah melihat apa kesalahan yang pernah di lakukan. Sampai pada akhirnya janji tidak tertepati, penghianatan menghampiri dan cinta yang kian datang dan pergi.

Aku sadar bahwa tak semua yang ku anggap buruk adalah buruk sepenuhnya
Aku sadar bahwa tak semua yang ku anggap baik adalah baik sepenuhnya

Mungkin saat itu aku egois, tapi sekarang aku ingin berkembang menjadi hal yang lebih dari dari kata memahami sebuah rasa

Bahwa,
Lara tak selamanya sakit
Senja tak selamanya jingga
Pelik tak selamanya temaram
Redup tak selamanya remang
Hina tak selamanya rendah
Sedih tak selamanya menangis
Dan...
Janji tak selamanya tepat
Penghianatan tak selamanya salah...

Aku mafhum...

Petala HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang