Reduksi Egoisasi

30 3 0
                                    

Maret 2018
____________________________________________
Pelepasan rasa oleh sebuah senyawa yang kau sebut ego...

Terbentur-terbentur-terbentur
Lalu terbentuk dari lara yang pernah disebut sebagai arah langkah yang di sebut pelajaran memahami.

Tercipta-terangkai-terajut
Lalu terealisasi dari kesabaran yang pernah disebut penantian surat patah sebuah prosa.

Terlepas-terhempas-termenung
Lalu terkabul dari diam yang pernah hadirkan keramaian dalam hati dengan mata terpejam yang disebut doa.

Tercecah-terpencar-terbias
Lalu tersakiti pelepasan dari sifat sebuah keras hati yang ingin saling mengingatkan namu malah menyakiti yang di sebut dengan egoisasi.

Maka ini lah ceritanya
Tentang aku, kamu, dia, mereka ataupun yang pernah di sebut dengan 'kita'

________

Aku yang pernah sangat erat memeluk sebuah jiwa yang berbentuk dalam raga yang rapuh karena peperangan atas perasaan luka serta lara.

Apa egois itu ?
Menurut mu pantas kah harus egois ?
Lantas bagaimana seharusnya ?

Duduk, berjalan, berlari tidur seranjang bersama mu adalah hal yang bahkan aku pun tidak mengetahui kepastiannya.

Apakah itu hal untuk menyembuhkan hati mu saja atau aku saja yang beranggapan menjadi media tempat peristirahatan dari sebuah lelahnya melangkah berlawanan medan, lalu setelah semua kembali normal bagaimana kabar ku yang sudah mulai sungguh kepada mu ?

Ah Bodoh...
Aku mencintai seseorang yang bahkan kisahnya belum selesai.

Tertawa...
Mungkin itu pelipur lara bahwa hati ku hanya tempat percobaan berlabuhnya sebuah hati yang hanya ingin beristirahat bukan menetap.

  ________  

Seharusnya aku acuh saja saat kau merasa ditinggalkan olehnya

Status galau bertebaran di instagram, twitter bahkan whatsapp story isinya hanya quote penguat, hadist riwayat muslim tentang sebuah hubungan ataupun penggalan ayat dalam bible tentang melepas sebuah cinta lalu berserah diri kembali kepada yang sang kuasa.

Haaalaaah Bullshit itu semua...
Nyatanya aku, kamu, bahkan siapa saja yang sedang membaca ini pun akan sama melakukan hal seperti itu mendapatkan perhatian bukan ?

Lalu aku datang membawa sebauh tisu pelipur lara pemupuk asa dalam media pesan pribadi :
" Kenapa sama dia ? "

" Sini Cerita "

" Kali aja bisa bantu "

" Udah biarin aja, mungkin dia lagi banyak masalah "

" Kamu ada waktu kapan ? "

" Mungkin kita bisa bertemu untuk berbagi luka "

Bodoh...
Seharusnya waktu itu aku bilang saja MAMPUS.

    ________    


Bersemi layaknya sakura,
Merekah semerbak wangi layaknya wijaya kusuma,
Mekar layaknya rafflesia,
Jingga layaknya senja.

Memang indah tapi sementara, seperti kita yang pernah dekat atas dasar 'curhat' sebuah obat penenang pengikis patah dari cinta sebelumnya.

Kita sempat dekat, sangat dekat mungkin ?
Berawal curhat berujung saling menanyakan kabar dan membahayakannya lagi saling mencemaskan padahal bukan siapa-siapa hhhmmm...

   ________    


Alasanmu, katamu...
Sudah cukup cerita dengan dirinya.

Bodohku, hanyutku...
Percaya bahwa kau cinta yang tak disangka-sangka

Kau pun akhirnya "Melepas"
Yang mungkin belum saatnya untuk di lepas,
Yang mungkin hanya butuh ruang,
Yang mungkin butuh bernafas untuk beristirahat dari sebuah lelahnya hubungan.

Saat hatiku sudah jatuh, benar-benar jatuh dalam relungmu saat itu pula hatimu sudah merasa tercukupi atas protein dan gizi yang ku beri.

Lalu pergi...
Pantaskah ku katakan kau egois ?

Rupanya sebuah cerita terkadang memang belum saatnya benar-benar selesai, yang pada akhirnya kau sembuh lalu kembali pada cinta lama dan aku terluka kembali setelah berjuang sempat sembuh. Mungkin saat ini lah ku bisa katakan dirimu egois.

Boleh kah aku egois ?
Ah, tak perlu mungkin ku rasa...


   ________    


Dalam relung sebuah perjalanan sementara bersamaku,
Pernahkah kau berfikir seperti apa rasanya diberi harapan lalu ditinggalkan ?

Mungkin melepas, membiarkan, serta berdamai dengan ego sendiri akan memudahkan kita melanjutkan proses untuk '"pindah"

Terima kasih atas ke-sementaraan ini,

Terima kasih segala waktu berlabuh ini,

Terima kasih telah memberi sesak,

Terima kasih.
Karena tragedi kecelakaan hati ini aku bisa memahami makna untuk bertahan melawan dari rasa egois lalu melepaskan egoisasi bersama kenangan pahit nan kelam yang sempat dianggap sebagai cahaya sang fajar.

Kemarilah untuk bercerita,
Kan ku ceritakan segala keadaan saat kau menumpahkan ego mu itu padaku saat semua semesta sedang tenang-tenangnya.

Kemarilah untuk kembali bersandar,
Kan ku larutkan segala gundah mu bahwa sebuah hubungan adalah untuk dipertahakan bukan saling menguatkan ego lalu mencari yang lain unuk tempat berpijak sementara.

Bukan..
Bukan seperti itu harusnya.

________    


Bagi yang sedang mencari :
Semoga ada hal baik esok hari

Bagi yang sedang dekat :
Ingat lagi jangan pernah dekat dengan seseorang yang kisahnya belum selesai

Bagi yang sedang sama-sama rapuh :
Ingat kembali saat kalian sama-sama menguatkan serta memperjuangkan

Bagi yang sudah tak dapat bertahan :
Lepaskanlah, ikatan yang terlalu mengikat itu menyakitkan bukan ?

Redam emosi, bias egoisasi...
Pupuk simpati, siram empati...
Jangan bosan perduli, lakukan kembali...
Reduksikan hal yang menjadi tekad, keraskan dalam hati untuk sebuah tujuan...
Oksidasikan hal yang membuat terjerat membelenggu diri...

Hanyutkan serta lepaskan...
Akan ada hal yang indah...

Percayalah.

Petala HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang