Mei 2018
______________________________________________Ku kira semuanya atas segala penantian, pengorbanan, dan perasaan akan dapat menghasilkan sebuah titik terang atas segalanya kala itu bersama mu.
Senja yang seperti biasanya pun bagai terasa asing untuk dilihat, terasa hambar untuk dikecap oleh rasa atas nama cinta. Kala senja tak lagi bisa di nikmati bersamamu. Hujan menjadi rayuan yang sangat pas bagiku untuk merayakan kehilangan seakan merasuki dan memahami betul pekat dan penat yang telah menerobos hati saat ini. Perlu kah kamu tau ?
Ah,
Ku rasa tak perlu...
Cukup hujan saja yang mengetahui segala gundah dan gusar yang tak bergumam ini segalanya atas ulahmu yang pergi saat semuanya belum dimulai, yang hilang saat semuanya akan dimulai, yang mencekik saat semuanya baru memulai untuk bernafas. Sungguh...Diriku mungkin terlalu satir sampai-sampai lupa untuk mengungkapkan perasaanku kepadamu, mungkin terlalu naif untuk bercerita atas segala perihal kepadamu. Aku mafhum, terlalu banyak harapan yang ku gantungkan padamu yang ku andalkan padamu yang ku bayangkan darimu nyata aku salah.
Terima kasih atas segala dan semua tentang apa-apa yang telah kau berikan walau hanya sesaat mengisi lalu pergi tanpa permisi.
Kala itu,
Saat senja tak lagi sama
Saat hujan menjadi teman
Aku disini tak bisa berpura-pura bahwa saat ini baik-baik saja.Kala itu,
Aku berdoa
Semoga tuhan memberi kekuatan atas hati
Semoga tuhan memberi jalan atas pelik menyakiti
dan
Semoga kamu tak lama dengan nya..Kala itu dan saat ini semua terasa begitu sama saat dirimu sudah menjadi orang yang asing untuk hati ku...
KAMU SEDANG MEMBACA
Petala Hati
PoetrySekumpulan Prosa yang tetap berbalut dengan ciri khas syair dan puisi yang tentunya mudah dipahami dan dimengerti atas sebuah lara yang dialami, atas sebuah kehilangan yang tak bisa di peluk lagi. Maka selamat merayakan atas dasar nama kehilangan.