April 2018
___________________________________________
Jika mencintai apakah harus berpura-pura ?
Layak jiwa yang sama tapi pribadi berbedaBagaimana rasanya dicintai tapi semua itu adalah hanya berlandaskan dengan alasan karena ingin sembuh dari cinta lamanya bukankah dirimu hanya menjadi pelampiasan semata ?
Sedikit pun belum berdamai dengan dirinya sendiri, menambahkan beban yang baru dengan pertemuan yang baru tapi dalam keadaan hati yang lama, dipaksakan kembali untuk mencintai dengan hati yang baru bertujuan untuk lari dari patah karena cinta sebelumnya, aku rasa kamu hanya menambah masalah.
Menurutku, untuk sembuh dari luka yang lama atas perlakuan bencana hati yang terus terang adalah dengan beberapa cara. Yang pertama mengikhlaskan, berdamai dengan diri sendiri, belajar mencintai diri sendiri, sehabis itu baru belajar mencoba untuk mencintai orang lain.
Mengikhlaskan...
Memang, aku paham betul bagaimana beratnya untuk mengikhlaskan hati yang masih mencintai tetapi keadaan yang tak pernah berpihak kepada cinta. Maka hal yang paling terbaik dari yang terbaik adalah mengikhlaskannya, karena apa guna bila semua yang di perjuangkan tak juga balik memperjuangkan lantas apa pantas bila dalam hubungan hanya berjuangan sendiri ? Maka ikhlaskanlah dan lepaskan, sungguh itu akan terasa melegakan seiring waktu yang berjalan menemani. Percaya bahwa selalu akan ada hal baik setelahnya.Berdamai dengan diri sendiri...
Terkadang setelah proses mengikhlaskan kita masih saja selalu mengedepankan ego masing-masing merasa yang paling benar sendiri atas segala hal yang telah di lakukan, menyalahkan keadaan, menyalahkan semua hal yang tak seharusnya terjadi. Maka proses untuk bangkit dari patah hati adalah berdamai dengan diri sendiri, mengingat kembali atas apa saja yang pernah dilakukan apakah pantas? Apakah seperti itu seharusnya? Saat hanya mementingkan ego itu semua bukan menjadi titik temu justru hanya menambahkan bara api antara 'aku dan kamu'.Belajar mencintai diri sendiri...
Aku terlalu sibuk kala itu saat menjadikan dirimu sebagai satu-satunya poros rotasi hatiku mengorbit, menjadikan satu-satunya hati dan jiwa berlabuh. Mencumbu senja dan mendamba malam atas segala waktu yang telah dilewatkan dengan dirimu. Tapi saat semuanya telah sirnah maka hilanglah semua harap dan rencana-rencana itu. Aku hilang, sangat hilang bahkan sempat tidak mengenal diri sendiri perjalan demi perjalanan terasa asing tanpa dirimu yang menemani, kesalahkan ku adalah menjadikan mu satu-satunya poros dalam hidup maka saat kamu pergi semuanya telah sirnah semesta ku hancur berantakan, badai dimana-mana mendung tak pernah reda hujan tak pernah sirnah.Semua dari perpisahan saat ini membuatku belajar, belajar sangat lama bahwa diri ini pun patut untuk dicintai,diapresiasikan, diperdulikan, dan dihargai. Memeluk luka atas cinta yang lama rupanya membuat pembelajaran yang sangat berharga bahwa untuk bangkit adalah hal yang penting, bahwa kembali untuk tersenyum kembali adalah hal yang harus. Kembali kepada poros diri sendiri tanpa menggantungkan semuanya dengan orang lain aku rasa itu adalah hal yang paling dewasa. Bila mencintai diri sendiri aku dibilang orang bodoh, maka saat ini lah pertama kalinya aku bangga menjadi orang yang bodoh.
Belajar mencintai orang lain...
Setelah semua pelik dan lara sudah terlewatkan saat semua badai sudah berlalu dan saat semesta ini sudah mulai kembali tenang dengan pijaran beribu-ribu bintang orion, aku rasa ini adalah saatnya untuk kembali belajar mencintai seseorang dengan hati yang sudah sembuh bekas tempaan dan pembelajaran yang panjang. Bahwa dapat kembali mencintai adalah suatu anugerah yang harus di apresiasikan._________________
Dan kamu... Adalah satu-satunya seseorang yang kutemui dengan sifat yang berlawanan dari kata 'sudah siap dengan cinta yang baru' kamu adalah hipokrit aku kira dirimu sudah benar-benar siap untuk kembali mencintai tapi nyatanya tidak, hati mu hanya butuh tempat untuk membalaskan dendam, membalaskan amarah serta meluapkan ego atas hari-hari mu yang telah usang bersama dirinya yang terdahulu, nyatanya hati mu belum siap untuk membutuhkan cinta tapi hanya butuh wadah untuk meluapkan dan memamerkan kepada dirinya bahwa dihadapannya dirimu lah yang sudah terlihat bahagia walau hanya dalam keadaan raga yang homofon.
Dan setelah itu, setelah di rasa hati dan raga mu sudah cukup maka hati ku kau tinggalkan begitu saja, saat semua rasa sudah mulai tertanam, saat kata sayang sudah menjadi hal sehari-hari bersemayam, saat dirimu yang kurasa sudah menjadi tumpuan, saat itu pula dirimu pergi meninggalkan beralasan masih mencintai dirinya yang lama...
dirimu adalah igauan yang tak henti-hentinya mencari wadah untuk berluap menumpahkan amarah merayak keluar zona menyiksa hati-hati yang siap mencinta serta pergi begitu saja ketika sudah puas dan tenang. Sungguh sangat menyakitkan kala itu telah mengenalmu... Ku fikir semua renjana dan jingga-jingga senja yang telah kita lewati berdua adalah hal yang menjadi pemanis dalam hubungan kita tapi nyatanya tidak, itu hanyalah obat penenang sementara agar dirimu bisa melupakan dirinya dan tak sedikit pun dirimu menumbuhkan rasa serta menanam benih cinta di pelupuk hati ku. Ya! karena memang pada dasarnya dirimu pun belum bisa berdamai dengan cinta dan merelakan dirinya yang telah usang dalam hubungan yang usai... Lampau.
Pada hari-hari itu ku kira ini lah dirimu dengan cinta yang sebaik-baiknya ku temui, sangat manis membekas, sangat indah mengakar, sangat harum mebumbuhi dan senjaku yang dulu biasa-biasa saja menjadi lebih pekat berani menatap keemasan. Tapi nyatanya tidak... dirimu datang dengan membawa hati yang masih terbesit oleh kisah cinta lama dan berusaha untuk membuat kisah yang baru tapi seharusnya bukan seperti itu. Move On mu itu salah bukannya menyembuhkan hati justru malah melukai hati yang baru...
yaitu aku.
_________________

KAMU SEDANG MEMBACA
Petala Hati
PoetrySekumpulan Prosa yang tetap berbalut dengan ciri khas syair dan puisi yang tentunya mudah dipahami dan dimengerti atas sebuah lara yang dialami, atas sebuah kehilangan yang tak bisa di peluk lagi. Maka selamat merayakan atas dasar nama kehilangan.