8. Daisuki?

826 150 35
                                    

o0o

"Kau ...." Sasuke memandangku tidak percaya setelah aku menarik diri dari ciuman singkat kami.

Aku bersedekap, menatapnya sinis, "Kau yang duluan memancingku!" ucapku tak terima, bagaimanapun harga diriku sebagai wanita dipertaruhkan di sini. Sakura tolol,
mengapa kau sangat agresif, huh?!

Sasuke berkedip dua kali, tampak bingung, tapi kemudian dia menyeringai. Ibu jarinya mengusap wajahku. Aku merinding sialan, "Kau menyukai bibirku, ya?" senyum menyebalkan itu masih setia di wajahnya. Rasanya aku ingin menonjok rahangnya,

tapi sayang :')

"Kepalamu!" aku menyingkirkan tangan kurang ajarnya di pipiku. Namun, di luar dugaan dia menarik pinggangku, membuatku lebih dekat dengannya. Astaga, ini gila. "A-apa yang kau lakukan?!"

Dia mengedipkan sebelah matanya, "Memangnya aku melakukan apa, hm?" dia berbisik di dekat telingaku.

Bulu kudukku meremang, aku meneguk ludahku gusar, "Kalau kau macam-macam padaku, aku akan berteriak!"

"Huh? Aku tak takut. Coba saja!"

Mataku melebar saat dia tiba-tiba mencium sudut bibirku. Tubuhku terkejut sesaat sebelum aku membuka mulutku untuk berteriak memanggil ibu.

Sayangnya itu tertunda akibat suara dering bell, tunggu 'bell'?

Aku menatap Sasuke tak percaya, dia tersenyum lebar penuh kemenangan, sebelum menarikku kembali menuju sofa. Aku mulai mencerna semuanya, dan kini semua tingkah ganjil Sasuke terasa masuk akal.

Aku tertawa perih. Sial, aku dipermainkan.

"Hebat, Sakura. Kau bisa bertahan memunggungi matahari selama 5 menit. Ini kemajuan yang signifikan!"

Dia mengguncang bahuku, tampak bangga. Dan kini aku sadar, dia memperlakukan sebagai pasiennya.
Aku tersenyum paksa, ini menyakitiku. Demi Tuhan, itu ciuman pertamaku.

"Kau terlihat tidak bahagia ...."

Aku tahu itu sebuah pernyataan, lengkungan manis di wajahnya menghilang. Aku menggigit bibir bawahku, bodohnya aku sebab lupa dia adalah mahasiswa psikologi, si dukun zaman milenial.

"Sakura ... katakan padaku, apa ada yang salah?"

Matanya menunjukan sorot khawatir, bahuku diremas pelan.

Aku bergeming, sejujurnya aku juga bingung dengan apa yang terjadi padaku. Sebenarnya aku marah karena dia menciumku atau karena merasa tertipu? Hello Sakura, kau hidup di abad 21, Sasuke akan menertawakanmu dan mengejekmu kolot jika kau mengaku ini pertama kalinya kau berciuman,

dan lagi ... kenapa harus merasa tertipu? Sasuke melakukannya demi diriku pribadi. Demi menyembuhkan fobiaku, lalu kenapa musti marah padanya?

Menghela napas, aku menjawab, "Tak apa."

Sasuke menggaruk tengkuknya, tampak masih tidak mengerti dengan sikapku, "Oke, kalau gitu," tapi dia tidak kembali bertanya. Dia mengerti aku tidak ingin membahasnya.

"Jadi bagaimana? Apa aku mulai mengalami peningkatan?" tanyaku riang, mencoba mengembalikan suasana yang tiba-tiba tegang karenaku.

Dia menulis sesuatu di buku catatannya. Kemudian, menaruh atensinya padaku dan menepuk kepalaku. "Kau akan lebih cepat sembuh dibanding perkiraan awalku." Sasuke tersenyum lembut. Aku tak bisa menahan diri untuk tidak ikut mengembangkan senyum.

VAMPIRE? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang