9. Together

656 142 22
                                    

o0o

"Sakura, cepat buka pintunya!"

Aku mendesah kasar mendengar teriakan Sasuke. Dengan langkah malas dan badan lemas, aku berjalan ke sumber suara. Membuka kayu jati ukir itu ogah-ogahan dan mendapati wajah si raven cemberut menahan kesal.

"Ya Tuhan, kau tahu berapa kali aku memanggilmu, ha? Seratus kali!" oh lihat, dia mulai hiperbola.

Omong-omong, aku memang berada di rumah Sasuke, pria itu berangkat pagi untuk kuliah, sementara aku menjaga rumahnya, dengan kata lain bersenang-senang di sini. Well, rumah Sasuke memang surga, isi kulkasnya lengkap dan yang paling penting; tidak ada teriakan ibu menyuruhku menyapulah, inilah, itulah. Ditambah lagi terdapat piringan hitam yang memutar lagu klasik. Itu sangat membantu melancarkan pikiranku hingga tercipta ide-ide menarik untuk kuketik.

"Lebay!" cibirku. Dia menyerahkan kemejanya padaku untuk digantung, tapi aku segera melempar kembali ke wajahnya. Enak saja menyuruhku seperti itu.

Sasuke menatapku sinis lalu menyentil dahiku, "Dasar."

Aku mengumpat sambil mengusap dahiku. Dia itu menyebalkan sekali sih!

"Aku lapar, kau menyiapkan makanan untukku?"

Kau dengar apa yang dia katakan, "Kau menganggapku istrimu, ya?"

Dahi Sasuke berkerut. Kemudian dia tertawa keras, "Kau lebih cocok menjadi pembantuku." ekspresi mengejeknya ingin sekali kulempar dengan roti basi.

Ketika dia sedang membuka kaus membelakangiku, aku tak bisa menahan diri untuk tidak menendang bokongnya hingga dia tersungkur ke lantai. "Rasakan, haha!"

"Kau itu!" dia berpura-pura ingin memukulku, sementara aku memeletkan lidahku lalu berlari ke dapur. Setelah diingat, aku sudah menghabiskan salad buah yang semalam dia beli. Aku harus berbuat baik padanya agar dia tidak menceramahiku tentang azab mencuri makanan milik orang lain.

Sepuluh menit kemudian, Sasuke kembali dengan handuk yang tergantung di leher. Wajahnya tidak kusam lagi dan yeah aroma mint menguar dari tubuhnya. "Kau masak apa, bi?"

Aku memelototinya, dia itu masih saja menggodaku! "Berhenti bicara atau tidak ada makan malam untukmu!" aku menarik piring berisi omelet dari depan wajahnya.

"Baperan, aku kan hanya bercanda." dia merebut kembali masakanku lalu mengisinya dengan nasi putih, "jadi bagaimana latihanmu?" Sasuke menatapku penasaran.

Kepalaku berpangku di kedua tangan, berpikir apa saja yang sudah kulakukan, "Ah, aku sudah bisa melewati tahap desenti ... desentisi-?" aku terdiam sebab lupa dengan namanya.

Sasuke tampak menghela napas lelah, "Desensitisasi sitematis, Sakura." dia mengoreksi ucapanku.

"Ya maksudku itu. Kau bisa mengetesnya besok!" aku tersenyum bangga dan dia tertawa kecil hingga kedua matanya menyipit. Kembali menjadi Sasuke yang manis.

Kemudian, dia berjalan kembali ke ruang tengah setelah menyelesaikan urusan perutnya. Aku meletakan bekas piring Sasuke ke wastafel lalu mengekori langkahnya.

"Bagaimana kalau sekarang saja aku mengujinya?" alisnya terangkat. Menantangku, eh?

"Siapa takut!" dia menyeringai.

Aku melompat ke karpet depan televisi, kakiku bersila dan tanganku jatuh di atas paha, mencoba duduk senyaman dan serileks mungkin. Sebelum aku memejamkan mata, senyum tipis Sasuke kutangkap seolah menyemangatiku.

Kembali fokus pada terapi, aku mengambil napas panjang, membayangkan jika aku berada di pantai dengan cuaca yang cerah, tengah hangout bersama Ino, Karin, dan Tenten. Kami tertawa lepas ketika Ino bercerita bahwa dia menciduk teman kampusnya yang tengah berciuman di gedung fakultas seni rupa. Saking senangnya, terik matahari tak kami pedulikan.

Kemudian anganku melayang ke sebuah konser musik di tengah sebuah stadion olahraga. Ribuan orang berkumpul hingga berdesakan. Namun, udara panas yang menyengat tak membuat senyum bahagia kami luntur. Para penggemar grup asal Korea itu saling membahu dan melompat riang bersama, mengikuti irama musik sembari ikut bernyanyi. Keringat yang bercucur tak ada bandingannya dengan betapa senangnya kami.

Kemudian, kini aku ada di taman yang penuh dengan sakura, maehwa dan canola. Sepertinya sedang ada festival musim semi melihat banyaknya truk makanan berjejer di pinggir jalan. Menengok kanan-kiri sambil memegang eskrim, aku merasa seperti orang hilang. Aku bingung sedang apa.

Namun, tiba-tiba seseorang menarik bahuku, aku terkejut karena itu Sasuke. Dia terlihat tampan dengan kaus hitam polosnya.

"Lama ya? Maafkan aku."

"Tidak kok, santai saja."

Sasuke menggenggam tanganku. Dia tersenyum manis lalu mengatakan, "Kencan pertama ini akan menyenangkan."

Sontak aku membuka mataku,

hei Sakura, kau ini membayangkan apa sih?!

"Kau baik-baik saja?"

"Y-ya," jawabku seperti orang gagu, menggelikan sekali.

"Sungguh? Pipimu merah." Sasuke menyipitkan matanya, menatapku curiga, "Kau tidak membayangkan ... "
dia menggantung ucapannya, dan aku meneguk ludahku gusar, "sesuatu yang panas lainnya, kan?" dia menyeringai.

Sementara, aku mengernyit. Apa maksudnya, huh?

"Malam ...."

"Enak saja!" aku memukul bahunya kesal, dia itu kalau bicara tidak pakai berpikir ya. Aku tidak semesum itu tahu.

"Aku bercanda, kau sedang pms, ya?"

"Iya, memangnya kenapa?!" jawabku asal, "Jadi bagaimana yang tadi? Aku sudah bisa menguasai diri, bukan?" tanyaku penasaran, sekaligus memgalihkan topik, hehe.

Dia mengetuk dagunya, "Ya, sangat bagus, kecuali bagian dimana kau tiba-tiba membuka mata. Bukankah aku sudah mengajarimu teknik relaksasi?"

Aku mendengus geli, teknik itu tidak akan berguna. "Ini bukan karena matahari, tidak ada hubungannya pada phobiaku," jawabku enteng.

Tanpa sadar, memancing kembali keingintahuan Sasuke. Onyx itu menyendu membujukku untuk memberitahunya. Ya Tuhan, aku kuat.
Sangat memalukan jika Sasuke tahu aku membayangkan kami berpacaran. Aku bertaruh dia akan roll depan dan roll belakang sambil menertawaiku.

"Berhentilah, aku tidak akan luluh dengan mata anjingmu." aku mendorong dahinya menjauh. Omong-omong, Sasuke punya dahi yang cukup lebar dan menawan, kalau dia sedang mengerjakan tugas, dia akan mengikat poninya model apple hair. Mati semua kalian jika melihatnya.

"Ra, omong-omong bulan depan aku wisuda."

Keren sekali bukan dia sudah mau lulus saja, apa kabar aku yang belum kuliah? Menyedihkan.

"Ya terus hubungannya sama aku apa?"

Gengsi banget sih aku mau ngomong selamat saja.

Sasuke menghela napas berat, dia terlihat agak ragu memberitahu akibat respon sok tidak peduliku. Aku jadi tidak enak, huhu.

"Um, bisa tidak, sebelum itu kau sudah sembuh?" ia bertanya hati-hati, sambil menggaruk lehernya.

Dahiku mengerut bingung, "Memangnya ada apa?"

"Aku ingin menghadiri acara itu bersamamu."

**

to be continue

uWu, mari bersama bayangkan Sasuke poninya diiket, atuh lucu bgt ya gasi.

bdw, ada yg nonton pdx101? firstpick klian sapa ni omong2

aku si kak midam /g nny

VAMPIRE? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang