#1

1.1K 68 5
                                    

Hai, perkenalkan namaku Widiya. Panggil aja Widi atau Diya atau Wiwi atau Didi atau Yaya. Ya senyaman kamu manggil aku aja, dipanggil sayang juga nengok kok.

Aku bekerja di salah satu perusahaan swasta, menjadi salah satu penghuni jam office hour di kantor. Hari ini pacarku-mas Tyo, datang dari Solo. Dia bekerja di sana, dan besok juga aku cuti. Hmm... Kabar masku sayang itu bagaimana ya?

"Cowok lo jadi dateng Wid?" tanya Bian.

"Jadi, nanti malem gue jemput dia di stasiun. Kenapa emang?"

"Tanya doang, elah. Eh iya, apa aja nih back up buat besok?"

"Datanya ada di USB semua Bi. Kalo ada kendala chat gue aja." ujarku yang sibuk membereskan tas, maklum pulang on time.

Bian hanya mengangguk dan sudah sibuk sendiri kembali, memasang earphone dan fokusnya kembali ke laptop.

Aku menepuk bahu Bian yang sedang asyik angguk angguk karena lagu di radio.

"Gue balik ya, lu jangan balik malem-malem."

"Iya, dah sono pulang. Dandan yang cakep, kesian kan laki lo ketemu lo malah elonya dekil. Euuuyyy..." ujarnya sambil berekspresi jijik."Bodo Bi. Dah ya, bye."

***

Stasiun Gambir 20:00 WIB

Aku sudah berada di stasiun untuk menjemput mas Tyo, ini kunjungan pertamanya setelah aku memutuskan ikut merantau jauh dari kampung halaman.

Kereta yang membawa mas Tyo telah tiba, hohoho jantungku berdegub sangat kencang. Padahal aku sudah menjalin kasih dengannya sangat lama dan bulan depan kami akan bertunangan.

"Wid..." panggilnya.

Aku tersenyum lebar, rasanya sangat bahagia bisa bertemu dengannya setelah akhir tahun kemarin menjadi momen terakhir kami bertemu.

"Haha, kamu seneng ya mas jenguk kamu." ujarnya sembari mengacak puncak kepalaku.

"Iya seneng lah mas, siapa pula yang gak seneng di jengukin pacar. Sini kopernya aku bawain." sahutku sembari mengambil alih koper yang dibawanya.

"Berat lho Wid. Eh iya, dapet salam dari mama. Katanya kapan pulang lagi?" tanyanya sembari merangkul bahuku.

Jujur saja, aku sangat manja dengan mas Tyo dan entah mengapa sangat nyaman jika bermanja dengannya.

"Ya nanti idul fitri aku main ke rumah, abisan kemarin pas aku dateng semuanya pergi." aduku.

Mas Tyo semakin memeluk erat tubuhku, rasa-rasanya Jakarta akan hujan. Untungnya mas Tyo pulang ke rumah kostku, seminggu katanya dia disini. Itu juga karena ada pekerjaan, sambil menyelam minum air dia bilang.

Kami menaiki taksi menuju kawasan Jakarta Selatan dan hujan turun secara perlahan. Jalanan yang sudah macet menjadi tambah macet karena hujan.

"Huh... Pasti macet deh dan bakal nyampe kostan malem banget." keluhku.

"Kan cuma hujan Wid, jangan ngeluh begitu ah. Kebiasaan." ujar mas Tyo sembari mengusap lenganku.

Aku hanya menghela nafas kasar, lelah dan penat menjadi satu. Entah mengapa tingkah manjaku kambuh dengan mas Tyo.

"Nanti mampir beli kopi di cafe yang biasa kamu tongkrongin." hibur mas Tyo.

Wajahku langsung semringah, mata berbinar mendengar di traktir kopi.

"Bener ya, awas kalo bohong. Tak sobek tiketnya buat balik ke Solo." ancamku.

Mas Tyo tergelak mendengar ancamanku. Tubuhku di tariknya mendekat, lalu dipeluknya. Aku bersandar dan merasakan kepalaku diusapnya. Tanpa terasa kelopak mataku memberat, rasanya ingin di pejamkan. Semakin intens usapan mas Tyo, mataku semakin terkatup rapat dan mengantarku menuju alam mimpi.

WIDIYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang