#5

424 54 0
                                    

Jika saja bibirku sanggup berkata lebih dari apa yang aku batasi.
Boleh jadi kita sampai disini.

***

Ada banyak hal mengapa akhirnya kita memutuskan bahwa sejenak berdiam dan menenangkan pikiran adalah opsi terbaik setelah pertengkaran dengan alasan tidak menyenangkan satu pihak. Toh, sejak kapan pertengkaran itu menyenangkan semua pihak? Jawabannya tentu tidak ada.

Jika setiap malam saat rasa resah dan gelisah menggelayuti, aku selalu bertanya. Apakah dia yang aku percayakan benar-benar menjaga separuh hatiku yang memang aku titipkan padanya. Agar dirawat olehnya dan disemaikan cinta olehnya. Tetapi ternyata tanyaku tidak pernah cukup membuat berpuas diri dan semakin menjadilah resah dan gelisah itu.

Semenjak kejadian di Solo beberapa minggu lalu, pertahananku runtuh. Aku jatuh pada sebuah kekecewaaan yang sangat melukai hati, ketegaran aku bangun diatas puing-puing kekecewaan tersebut yang sekarang justru semakin membuatku gelisah setiap malam.

"Karaoke yuk, nyanyi kita kayak Raisa." ajak Bian.

"Ayo Bi, ajak si Wiwid tuh. Kasian galau mulu." ujar Ifa.

"Kenapa Wid? Galau ya? Pacarnya selingkuh ya?" canda pak Wib.

Deg...

"Apaan sih pak Wib, orang lagi galau kok disangka diselingkuhi." bela Ifa.

"Hayo lhoo pak Wib, Widi nangis." ujar Bian.

"Apaan sih, orang aku galau karena kemaren enggak ketemu dosen buat nyelesaiin tugas. Kok malah merembet ke cowok." bantahku.

Aku membantah sebenarnya sebagai tameng, pak Wib ini orangnya usil. Cenderung peduli tapi samar oleh canda. Dia manager yang baik, suangking baiknya kadang aku kesal sendiri akan tingkah usilnya.

"Udah Wid, cowok enggak cuma satu. Sabar aja, kan ada pak Dewa." ujar pak Wib.

"Nah itu, aku galau karena pak Dewa." alasanku.

"Lah ya udah sama Dewa, tapi udah di tanya belum dia single enggak."

"Udah album pak, album kedua mungkin." jawab Bian.

"Diiihhh bisa aja yang single." ledek pak Wib.

Dan yaa.. Bisa terlihat betapa tidak akurnya kami ketika di ruangan. Aku terkikik karena Bian kena skakmatch pak Wib. Luar biasa memang bapak satu anak itu kalau perihal macam ini, lumayan kan ada hiburan gratis kalau di kantor.

"Bi, ada stock lagu galau enggak?" tanyaku.

"Dikira jualan kali tanya stock lagu galau. Ada, mau galau yang model apa?"

Bian ini seperti toko kaset berjalan, lagu dari beberapa yang baru dia cenderung up to date mungkin efek keseringan mendengarkan radio ya. Dan dia cenderung biasa saja saat kami menatap aneh ketika musik dangdut koplo berbunyi, ampun deh apakah urat malunya sudah kendor?

"Ada nih, lagunya Raisa. Yang usai disini, gue baru banget denger di youtube. Kalo lo mau, minta sama Kumala." jawabnya.

Aku langsung membuka aplikasi Youtube di ponsel. Coba mendengarkan sedikit, kalau cocok ya aku akan meminta lagunya pada Kumala.

Pedihnya tanya, yang tak terjawab mampu menjatuhkan ku yang dikira tegar
Kau hentikan aku, kau renggut mimpi yang dulu kita ukir bersama
Seolah, aku tak pernah jadi bagian besar dalam hari-harimu
Lebih baik kita usai disini
Sebelum cerita indah, tergantikan pahitnya sakit hati
Bukannya aku cepat menyerah, tapi bijaksana mengerti kapan harus berhenti
Ku kan menunggu, tapi tak selamanya
Seolah, aku tak pernah jadi bagian besar dalam hari-harimu
Seolah, janji dan kata-kata yang telah terucap kehilangan arti
Lebih baik kita usai disini
Sebelum cerita indah, tergantikan pahitnya sakit hati
Bukannya aku cepat menyerah, tapi bijaksana mengerti kapan harus berhenti
Tak akan ku percaya cinta, manis dan pahitnya kan ku terima
Kini kisah kita akhiri dengan makna
- Raisa, Usai Disini

WIDIYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang