#8

483 56 5
                                    

Adegan shock tadi sedikit banyak mempengaruhi selera makan siangku. Pak Dewa mengajakku makan siang di salah satu restaurant seafood yang dekat kantor. Memesan menu kepiting dan ikan yang sebenarnya jika dalam keadaan good mood pasti sangat lezat.

"Enggak enak ya bu?" tanya pak Dewa berbisik.

"Enak kok pak, cuma gimana ya agak badmood." jawabku jujur.

"Mau pesan milkshake chocolate?"
Belum sempat aku menjawab, dia sudah memanggil pelayan untuk memesankan milkshake. Siang ini cukup terik dan cara pak Dewa sedikit memberikan angin sepoi-sepoi padaku. Sedang asyiknya mengobrol untuk menghilangkan badmood tiba-tiba ponselku berdenting, chat dari Ifa yang pop-upnya terbaca kalau dia menanyakanku sedang ada dimana.

Ifaa : Wid, dimana?

Widiyak : Maksi bu, di seafood biasanya

Ifaa : Tyo di kostan kita

Widiyak : Serius 😱

Ifaa : Duarius malah, cepetan deh balik ke kantor. Kayaknya dia tadi marah banget, untungnya sih dia gak liat aku mampir ke kostan tadi.

Moodku yang tadi sempat membaik kini memburuk lagi, apalagi saat mengetahui bahwa Tyo berada di kostan. Ya Tuhan, bisa tidak sehari saja aku berubah jadi orang lain. Diganti gitu mukaku, eh tapi enggak mungkin sih.

"Kenapa bu?" tanya pak Dewa.

"Enggak apa pak, abis ini langsung balik ya. Soalnya kerjaan lagi banyak." jawabku.

Pak Dewa menganggukkan kepala saja, lalu menikmati makan siangnya kembali. Aku berusaha menelan makanan yang telah dipesan, jangan hanya karena Tyo rusak nafsu makan seharian ini.

Sekembalinya dari acara makan siang bersama pak Dewa, Ifa mencegahku masuk ke dalam. Dia justru menuntunku melalu pintu samping, kebetulan pintu masuk yang dulu digunakan. Seperti maling yang takut di ciduk, Ifa berusaha membuatku dalam keadaan aman.

"Pak Alif." panggil Ifa.

"Iya bu."

"Eh di depan meja security masih ada mas-mas yang sempet masuk ke ruangan enggak?"

"Masih, tapi dia tadi lagi keluar. Coba aja masuk ruangan." jelas pak Alif.

Ifa mengangguk, lalu menuntunku ke ruangan. Ini sebenarnya ada apa? Kenapa aku diajak mengendap-ngendap masuk ke ruangan? Memangnya ada sidak orang audit?

"Bu, ini ngapain sih kita kayak maling?" tanyaku pelan.

"Tyo di kantor kita kalau kamu tahu Wid. Bian yang enggak sengaja liat sewaktu nemuin team IT yang baru datang." jelas Ifa.

Oh my God, benar-benar niat membuat hidupku kacau sepertinya. Aku mengikuti langkah Ifa yang menuntunku. Serius deh, ini enggak bisa dibiarkan terlalu lama. Sedang asyik melangkah karena dirasa aman, tiba-tiba pak Dewa memanggil.

"Bu Ifa..."

Kami menoleh - Ifa dan aku - dan mendapati pak Dewa sedang cekikikan. Sepertinya dia sudah bertemu mas Tyo di depan sana. Mati saja sudah kalau seperti ini, kok malah aku seperti sedang ketahuan selingkuh sih paniknya.

"Tadi dicari sama pak Wib, bu Widiya juga tadi dicari sama mas-mas. Siapa bu?" tanya pak Dewa penasaran.

Kami terdiam, pertanyaan pak Dewa mendadak membuat kami bingung menjelaskan apapun. Demi Sheza anaknya pak Wib yang menggemaskan, aku lebih baik mendadak disuruh pergi ke ruang database dari pada harus mendapatkan pertanyaan model ini.

"Bu ibu, di panggil pak Wib tuh. Malah pada arisan di tengah jalan." ujar Bian.

Ifa memanfaatkan hal tersebut untuk menggiringku kembali ke ruangan, dengan langkah tergesa kami kembali ke ruangan. Meninggalkan Bian yang kebingungan dan pak Dewa yang keheranan.

WIDIYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang