#6

387 41 0
                                    

Seringnya ku telat menyadari, Bahwa aku terlalu sering terluka
Seringnya aku kecewa sendiri, Karena terlalu sering terlena oleh cinta

Sekuat apapun hatiku, nyatanya menjadi patah jua, Semanis apapun janjimu, pasti berakhir dusta
Aku memilih pasrah sebelum menyerah, Menunda bahagia karena memilih dulu susah

***

Kota Bandung masih dengan hangatnya menyambutku. Memeluk diriku melalui hembusan angin yang damai, memahami suasana hatiku yang kacau dengan memberikan ketenangan di dekat penginapan.

Saat ini, aku ingin sendirian. Berteman malam yang lumayan menggigit, maklum nyaris tengah malam. Masih dengan santainya menyeruput wedang bandrek di sekitaran taman dekat penginapan.

Wiwidiya
Bandung, West Java, Indonesia
1501 Suka
Wiwidiya Bandung katanya kota kembang, nyatanya aku lebih suka menyebutnya kota Lautan Api. Yeah Lautan Api..
Venue : Tugu Bandung Lautan Api
#Bandung #VisitBandung #WisataBandung #BandungLautanApi #PesonaIndonesia #MalamMalamDiBandung
Lihat 94 komentar
3 Jam yang lalu

Postinganku sudah dipastikan berisi komentar dari para geng rusuh, dan likenya lumayan siapa tahu bisa menambah peminat endorse untuk wisata. Aku mengupdate kembali ke insta story tentang kegiatanku malam ini, sekedar berbagi keindahan taman di penginapan ini.

"Hai. Aku masih di Bandung nih, minum wedang bandrek. Lumayan kan menghangatkan badan."

Sapaan dari beberapa followers instagramnya bermunculan, aku membalas sapaan tersebut dengan ceria. Menjawab berbagai macam pertanyaan yang dilontarkan. Memberikan info bahkan bertanya tempat mana yang menyenangkan saat berkunjung ke Bandung. Bercuap-cuap sebentar, mengalihkan kamera ponselnya ke arah lain. Seperti seorang wartawan yang menyampaikan berita terkini.
Lelah bercuap-cuap, aku pamit dari acara live instagramnya.

"Ok deh sampai sini dulu, besok aku bagi lagi keseruan di Bandung. Byeee..." ucapku sembari melambaikan tangan ke kamera sekundernya di ponsel.

Menghela nafas, langit malam ini begitu menenangkan bagiku. Bintang bertaburan, sinarnya kalah oleh sorot lampu yang ramai di tengah kota. Sungguh, pemandangan yang indah tapi miris dalam satu waktu.

Gemuruh guntur terdengar. Aku bergegas kembali ke kamar hotel, sepertinya hujan deras akan menyapa malam ini. Menunjukan keberadaannya bahwa selalu ada makhluk yang sangat membutuhkannya untuk suasana melankolis, termasuk aku mungkin.

'Malam ini Bandung benar-benar menenangkan' tulisku pada status whatsapp.

Meletakkan ponsel dan mendengarkan lagu, yang galau-galau mungkin. Dan sekarang aku mengambil buku catatan jika aku sedang bosan seperti ini. Menulis untuk menenangkan diri. Lagu dari playlist music player sudah mengalun dengan merdu dan mendukung untuk memulai kegundahan.

***

Kepada Waktu yang selalu membisu
Aku selalu bertanya, kapankah aku besar saat dulu
Aku selalu bertanya, kapan aku akan lulus saat sekolah
Aku selalu bertanya, kapan aku menemukan rusuk yang merasa kehilangan saat iri teman-teman menjalin kasih tanpa restu

Kepada waktu yang selalu menjawab dengan santun
Aku lalu kecewa saat besar, lebih senang saat menjadi anak-anak
Aku sedih, karena ternyata realita hidup mengerikan setelah lulus sekolah
Aku terluka, karena berani sembarangan memilih tulang rusuk yang harus dilengkapi

Kepada waktu yang mengobati
Aku belajar menerima, tua itu pasti dewasa itu pilihan
Aku belajar berjuang, belajar tangguh dan belajar menolong saat realita hidup kadang lebih kejam
Aku belajar berlapang hati dan mengikhlaskan, ketika tulang rusuk yang kehilanganku masih belum menemukanku

WIDIYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang