#9

398 44 0
                                    


Hari berganti minggu, minggu berganti bulan. Dan semua sungguh tidak sangat terasa bahwa akan mendekati masa liburan panjang, semua orang-orang kantor sudah melakukan perencanaan liburan.

Sangat kebetulan, kantor sedang mengadakan kegiatan gathering ke Yogyakarta. Satu bus akan diboyong menuju kota pelajar tersebut. Kami, satu divisi sedang sibuk mempersiapkan banyak hal selama berada disana. Memang sudah ada panitia acara, tetapi ada beberapa hal yang harus diurus kami - orang yang bukan panitia.

"Jadi, besok kita berangkat pagi ya. Semoga saja tidak macet." ujar Juwita.

"Iya mbak, semoga enggak macet. Biasanya kalau mau arah masuk Cikampek itu macet lho." sahut Hani.

Aku hanya mendengarkan obrolan mereka, pikiranku tertuju apakah aku bisa mendatangi mas Tyo disana? Apakah aku bisa mencuri waktu beberapa jam berkencan dengannya?. Entahlah, yang terpenting acara gathering berjalan dengan lancar.

"Wid, minta tolong ya pindahin ini ke sana." ujar Irma.

Aku mengangguk, mengangkat box yang akan dibawa esok menuju Yogyakarta. Sudah banyak perlengkapan yang akan dibawa menuju tempat gathering, sepertinya kami akan mendapat banyak hiburan disana.

"Yuhuu, akhirnya bisa ke Yogya. Yeyeye." oceh Bian.

"Ya Allah Bi, kayak enggak pernah piknik aja sih." ujarku.

"Eh, hehehehe... Abisan gue udah lama enggak main-main keliling Jawa dan sekitarnya." sahut Bian semangat.

Aku hanya geleng kepala melihat reaksinya. Beberapa perlengkapan sudah berada di tempat yang mudah di jangkau jika akan dipindahkan ke dalam bagasi bus. Aku menghela nafas perlahan, seperti ada perasaan mengganjal yang entah mengapa sejak kemarin datang selalu.

Ping

PISS Grup
Ifaa :  Dipanggil pak Wib, lekas ke ruangan database.

Chat dari grup mengakhiri sesi renungan tidak gunaku atas perasaan tidak jelas yang terjadi sejak kemarin.

***

Kami semua berkumpul di ruangan database. Biasanya pak Wib akan memberikan wejangan untuk acara gathering yang akan dilaksanakan esok hari. Wejangan yang tak lain tak bukan soal perlengkapan pribadi yang biasanya para lelaki suka ikut-ikutan nimbrung dengan perlengkapan para wanita, contoh pasta gigi. Ok, abaikan.

Semua team sudah duduk di tempat masing-masing. Bian seperti biasa duduk di belakang, menengahi Hani dan Juwita. Sedangkan aku duduk di dekat Rima, sudah jelas pasti untuk melihat kaca yang terpajang menjulang.

"Jangan ngaca mulu bu, retak nanti." ujar Rima.

Kan, belum saja aku melakukan aksi berkaca sudah ada yang berkomentar. Aku menoleh menatap Rima yang sedang meringis, anak satu ini memang hobi membuat teman-temannya kesal dan gemas secara bersamaan.

"Rim, bisa enggak rusuh sehari aja?" tanyaku.

"Enggak bisa bu, apalagi kalau ke bu Widiya. Hehehehe..." jawabnya.

Aku menghela nafas, mengalihkan pandangan ke tempat lain yang berisi manusia-manusia yang antara rasa antusias, bahagia dan lelah berbaur menjadi satu. Kecuali mereka yang punya daya kewarasan dibawah rata-rata, maka dapat dipastikan sekarang juga masih tersenyum lebar layaknya baru mendapatkan bonus tahunan.

"Team, besok kita akan melakukan perjalanan jauh. Mohon dipastikan perlengkapan pribadi yang sudah seharusnya dibawa dipastikan dibawa. Tidak ada kata barengan, kecuali sabun mandi dan pasta gigi yang masih bisa sharing sama teman sekamar." jelas pak Wib.

Kami semua mengangguk paham, dan tetap saja tidak akan bisa kalau tidak membawa perlengkapan mandi pribadi. Seperti ada yang kurang jika tidak ada.

WIDIYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang