#3

510 54 5
                                    

Aku hanya diam saja ketika ikut berkumpul dengan teman-teman alumni SMA, tidak fokus pada pembicaraan mereka. Yang hanya berputar di kepalaku sekarang adalah pesan singkat dari nomor asing tersebut.

"Wid, nggak dimakan ini kentangnya? Enak lho." ujar Tyas.

"Iya, nanti aku makan. Yang lain nggak ikut?" tanyaku.

"Nanti nyusul, si Sinta sih tadi bilang masih ada acara tapi ikutan kok." jelas Tyas.

Aku mengangguk, dan sekarang kembali melamun sambil mendengarkan musik yang di putar di fast food restaurant ini.
Tidak lama ponselku bergetar. Sengaja dalam mode vibra agar tidak mengganggu acara kami.

Mas Tyo : Wid, mas bisa jelasin soal foto yg di ig tadi. Tolong jangan marah ya, tadi hp aku dibajak sama yg lain.

Wiwidya : Ya, aku udah males bahas itu. Hak kamu mau jelasin atau enggak.

Mas Tyo : Ya nggak bisa begitu dong, pokoknya nanti kabarin mas kalau kamu udah selesai acara weekendnya. Bye sayang

Aku hanya membaca saja, tidak ada niat untuk membalas pesan singkat yang terakhir dikirim mas Tyo. Lagi pula kalau dia benar selingkuh, gampang saja bukan menyelesaikan hubungan yang sudah tidak jelas rasanya.

"Wid, kita nanti pulang agak malem. Nggak apa kan?" tanya Ifa.

"Iya nggak apa, lagian juga di kostan mau ngapain sih? Palingan juga tiduran guling-guling sampai bosan." jawabku.

Aku ikut kembali larut dalam obrolan teman-teman. Sudah tidak memperdulikan ponsel yang terus menampilakan nama mas Tyo untuk video call di malam minggu ini.

Acara kumpul ini diakhiri dengan melakukan acara midnight movie. Katanya sudah lama tidak melakukan acara menonton film tengah malam.

"Ini film bagus, kita nonton ini aja." aja Sinta.

"Boleh, yang lain bagaimana?" tanya Ahmad.

Semua mengangguk setuju. Sementara itu aku dan Ifa membeli cemilan dan minuman untuk bersama.

"Eh Wid sebentar, kayaknya ada telpon." ujar Ifa.

Tyo calling...

"Si Tyo yang telpon, sebentar."

Ifa mengangkat panggilan telpon dari mas Tyo, sedangkan aku sibuk dengan ponsel yang ternyata ada pesan masuk dari nomor asing itu.

Unknow number : bisa gak sih, sehari aja lo gak merengek minta perhatian mas Tyo? Kok lama2 lo ngelunjak ya.

"Lah siapa yang merengek sih, mohon-mohon juga enggak. Heran." decakku kesal.

Wiwidya : Maaf, sedetikpun saya tidak pernah merengek meminta perhatian mas Tyo. Apalagi setelah saya tau, ada cabe seperti kamu disebelahnya.

Send

Read

Sialan, memang dia fikir siapa yang sedang merengek perhatian Tyo. Kok ya malah dia yang seperti mengemis agar Tyo tidak terlalu fokus kepadaku ya.

"Oh ternyata sekarang berubah ya, yang lebih galak justru yang mencuri dari pada yang memiliki." gumamku.

Ku abaikan pesan balasan dari Kiki, dan ku reject panggilan telpon dari mas Tyo. Terserah kalian saja lah, toh sejatinya mas Tyo serius dengan hubungan ini. Anggap saja wanita itu haus kasih sayang dari pria, mungkin dia jomblo. Secara mas Tyo juga sudah mapan, wajar dan lumrah banyak wanita seperti Kiki berulah.

***

Monday is comeback again. Jarak antara Minggu ke Senin entah mengapa sedekat nadi, tetapi mengapa jarak antara Senin ke Minggu seperti jarak antara hatiku dan hatimu.

WIDIYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang