Chapter 16

802 33 5
                                    

Azhara pov

seperti pagi pagi biasanya aku mengerjakan segala pekerjaan rumah ini sendirian maklum saja di rumah  sebesar ini hanya aku dan Fikry yang menempati nya tak ada pembantu, atau pekerja rumah tangga lainnya. dan aku pikir juga aku belum membutuhkan itu semua, selagi aku masih bisa melakukan ini semua sendirian.

Aku mempersiapkan sarapan untuk aku dan fikry, mau sarapan yang aku buat ini tak dia makan lagi itu tak aku pedulikan yang terpentung aku melakukan tugas ku sebagai istrinya.  dan kali ini  yang seperti biasanya Fikry tak memakan sarapan yang aku buatkan bahkan berpamitan dengan ku saja tidak. dia pergi begita saja.

Aku duduk di kursi sofa ruang tamu sendirian memikirkan kejadiian semalam, melihatnya penuh emosi hingga menariku seperti itu. sebenarnya ada apa dengannya, rasa hati ini ingin bertanya hanya saja aku takut malah akan makin merusak segalanya. Mungkin aku hanya perlu berdiam mengikutinya dan menunggu Tuhan ku mencairkan bongkahan batu es di hatinya.

Tak ingin memikirkan semua itu aku pun pergi ke butik untuk bekerja, karna sedari tadi Zakya telah menelpon ku berulang kali untuk segera ke butik karna banyak pekerjaan yang  kami harus kerjakan

***

Aku duduk di meja kerja ku menyelesaikan segala pembukuan dan laporan laporan bulanan butik ku, hingga zakya menghampiri ku

"ara,, " panggil zakya

aku pun melihat ke arahnya yg sudah duduk di depan meja kerja ku. "iya kya" balas ku

"hmm, apa semalam kamu bertengkar dengan si manusia es itu." ucap zakya

"enggak kok kya, pulang kami langsung tidur dan tak bertengkar" kata ku

"masa ar, maaf ar bukan aku ingin mencapuri urusan mu, tapi aku lihat sendiri emosi nya semalam menarik mu dengan kasar,sebenarnya ada apa ara," desak zakya

aku menarik napas ku dalam " bener zakya,, aku dan dia tak bertengkar, sepulang dari acara itu dia langsung tidur tanpa menjelaskan sesuatu, aku pun bingungu zakya" aku menjelaskan  dengan mata berkaca, sungguh hatiku terasa lemah saat ini

"ceritalah ara, aku bukan orang lain, mungkin dengan bercerita mengurangi beban hatimu " ucap zakya,

karna suasana butik masih sepi aku dan zakya berpindah duduk di sofa tamu butik untuk bercerita

"ayo ara, ceritakanlah, bila kamu masih mempercayaiku sebagai sahabat mu dan juga keluarga mu.

" aku tak mengerti zakya,, aku tak mengerti,,, hikss hikss hikss" ucap ku dan pecah lah pertahananku untuk tidak mengis. aku menangis melepaskan kesakitan ku

" menagislah ara bila itu membuat hati mu lega" ucap zakya memeluku

"aku tak mengerti akan rumah tangga ku sendiri zakya, tapi yang aku tau aku mencintainya, masih sama rasa itu walaupun dia bersikap dingin dengan ku, bahkan aku tak tau mengapa dia semarah itu dengan ku semalam. tak ada satu kata pun yang keluar dari mulutnya untuk menjelaskannya pada ku. bahkan tadi pagi dia tak berpamitan pada ku. aku seperti patung dirumah itu wujud ku ada tapi tak di anggap hidup., aku takut ... aku takut kya.. hikss"  penjelasan ku dengan linangan air mata

"takut apa ara, apa dia bertindak kasar padamu dan melukai tubuh mu" ucap zakya khawatir

"aku takut,, aku takut hati ku mati rasa padanya, aku takut aku pun menjadi beku, dia suamiku kya,, tapi aku bukan istri baginya, bagaimana dia mau melukai tubuh ku, menyentuh ku saja dia enggan,, tapi hatiku kya hati ku terlukai, aku takut hati ku sanggat terluka dan tak bisa memaafkan aku takut kya, aku takut dosa pada suaminku sendiri, aku harus bagaimana" ucapku histeris...

IKHLAS KU PEMBUKA CAHAYA CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang