Menghilangnya Sang Pembunuh

2.8K 278 10
                                    

SHOOT

Chapter 3 :

Menghilangnya Sang Pembunuh

.

.

.

.

.

.

.

- Kediaman Keluarga Kim, Ilsan-gu -

Tik..

Tik..

Tik..

Min Yoongi memperhatikan jam dinding yang terpasang di kamar Namjoon. Pukul 4 lewat 13 menit. Subuh.

Min Yoongi menghela napasnya. Ia menatap pintu kamar mandi yang terletak tak jauh dari tempat tidurnya. Menatapnya dengan pandangan kesal bercampur gelisah.

Tubuhnya bergerak resah. Ya, Min Yoongi tengah menahan ekskresi uriner-nya sejak pukul 3.35 A.M.

Rasanya ia ingin segera bangkit dan masuk ke dalam kamar mandi untuk menyelesaikan panggilan alamnya itu. Tapi Min Yoongi sadar, tubuhnya masih menolak untuk berdiri kokoh tanpa bantuan orang lain. Dan satu-satunya bantuan yang dapat ia harapkan sekarang adalah Kim Namjoon.

Tapi, bagaimana ia memanggil Kim Namjoon agar datang kemari? Jujur saja, tenggorokkannya masih terasa kering meski telah meneguk banyak air kemarin. Ia tak sanggup untuk memanggil Namjoon kemari. Bahkan untuk berbicara normal saja sudah cukup sulit bagi Yoongi.

Pemuda pucat itu meringis pelan. Ia sejujurnya benar-benar membenci situasinya saat ini. Situasi dimana ia tak berdaya dan memerlukan bantuan orang lain. Situasi dimana ia harus berkata tolong dan terima kasih. Yoongi sungguh membencinya.

Yoongi kembali memandang pintu kamar Namjoon dengan penuh harapan. Berharap keajaiban terjadi. Huftt... bukannya ia tipe orang yang percaya kepada mukjizat dan keajaiban, hanya saja ia sedikit berharap bahwa hal baik akan terjadi.

Pasrah, akhirnya Yoongi mencoba mengabaikan ginjalnya yang terasa sudah sakit karena menahan urine-nya sejak setengah jam yang lalu. Ia kemudian berpikir untuk kembali tertidur saja, mengabaikan rasa sakit di ginjalnya.

Baru saja akan menutup matanya, terdengar bunyi pintu yang terdorong terbuka.

"Yoongi?"

Keajaiban.

Yoongi membalik tubuhnya ke arah suara Namjoon. Yoongi tidak menjawab pertanyaan Namjoon, tapi setidaknya ia membiarkan Namjoon tahu bahwa dia telah bangun dan merespon Namjoon. Dengan gerakan tubuhnya tentu saja.

Namjoon melangkah masuk dan berhenti di pinggir kasur.

"Umm, apa kau butuh sesuatu? Sebenarnya aku kemari untuk mengecekmu.. siapa tahu kau butuh bantuan atau... entahlah..." ujar Namjoon. Pemuda desa itu terdengar tak yakin.

Yoongi berdehem, mencoba mengeluarkan suara dari mulutnya meskipun tenggorokannya tercekat.

"Ka-kamar mandi..." ujar Yoongi dengan suara seraknya. Telunjuknya ikut menunjuk ke arah pintu kamar mandi.

SHOOTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang