satu

1K 136 2
                                    











Chaeyeon terlonjak kaget setelah beberapa detik ia membuka matanya dan mendapati jam di ponselnya menunjukkan pukul tujuh pagi.

"Akh!"

Karena terburu-buru Chaeyeon sempat lupa ada seseorang yang menginap di kontrakan kecilnya. Akibatnya ia tersandung orang itu yang tidur di bawah sebelah ranjangnya.

Chaeyeon mendengus kesal melihat temannya itu hanya mengerang dan kembali dalam tidurnya tanpa merasa terganggu.

Tanpa pikir panjang lagi, Chaeyeon segera ke kamar mandi untuk segera bersiap.

Dia sudah terlambat. Terlambat untuk melakukan kerja paruh waktu yang lainnya. Dan Hyunjin yang jadi penyebabnya. Karena teman laki-lakinya itu mengajaknya begadang sampai jam empat pagi mereka baru saja tidur.

"Hyunjin bangun!!" teriak Chaeyeon sambil menyisir rambutnya.

Lagi-lagi Chaeyeon jengah dan membiarkan Hyunjin dengan tidur nyenyaknya.

Setelah mengikat rambut dan menuliskan pesan yang ditempelkan di pintu kamar mandi, Chaeyeon langsung pergi.

Chaeyeon sendiri sempat bingung dengan Hyunjin yang terkadang menginap di tempat sewanya yang kecil, yang hanya memiliki satu ruangan yang dipakai untuk kamar sekaligus dapur dan satu kamar mandi. Tapi setelah tahu alasannya, Chaeyeon pun terbiasa dan membiarkannya.

"Tumben kamu telat Chae."

Dengan napas yang terengah, Chaeyeon hanya tersenyum menanggapi rekan kerjanya yang masih berdiri di depan loker, baru saja mengganti pakaiannya.

"Buruan ganti. Bentar lagi si bos dateng."

Chaeyeon mengangguk dan segera ke kamar mandi untuk mengganti pakaiannya.

Setelah semuanya siap, Chaeyeon dan pelayan yang lainnya mulai berbaris saat seorang wanita datang mengecek kelengkapan dan kerapihan pakaian mereka.

Pekerjaan paruh waktu yang dilakukan Chaeyeon di pagi hari adalah menjadi pelayan di sebuah restoran mewah.

"Yang lain boleh keluar dan langsung kerja. Chaeyeon, kamu tetap di sini."

Pelayan yang lain pun keluar meninggalkan ruangan, membiarkan atasannya bersama Chaeyeon yang kini tengah berpikir keras penyebab dia ditahan oleh atasannya.

"Apa semalam Hyunjin sama kamu?"

Chaeyeon menegakkan kepalanya, terkejut mendapat pertanyaan itu. Namun tak lama ia kembali menunduk saat matanya bertemu dengan mata sang atasan.

"Iya."

"Ga perlu unduk. Sekarang posisiku sebagai kakaknya Hyunjin, bukan sebagai atasan kamu. Jadi biasa aja."

Kegugupan Chaeyeon pun sedikit hilang.

"Sebenarnya aku ga masalah Hyunjin berteman denganmu, aku bahkan berterima kasih sama kamu karena Hyunjin bukan cuma tau mimpinya, tapi dia juga tau gimana cara mendapatkan mimpinya itu."

Chaeyeon tahu kemana arah pembicaraan perempuan yang ada di hadapannya itu.

"Tapi kamu pasti tau gimana keluarga kami."

Ini bukan pertama kalinya Chaeyeon memikirkan keluarga Hyunjin. Tapi ini pertama kalinya salah satu anggota keluarga Hyunjin membicarakan ini dengannya.

"Aku ga akan minta kamu buat jauh dari Hyunjin. Justru aku minta kamu temani Hyunjin sampai akhirnya dia bisa kasih bukti pada kami, kalau dia ga salah pilih jalan. Kamu bisa kan?"

Chaeyeon menghela napas beratnya. "Aku usahakan, Kak."

"Kamu jangan khawatir soal orang tua kami yang jelas menentang mimpi Hyunjin. Urusan itu biar aku yang mengurusnya."

Chaeyeon pun mengangguk, menyetujuinya meski dalam hatinya dipenuhi tanya.

"Ya udah, sekarang kamu susul yang lainnya."

Chaeyeon pun keluar dan menyusul yang lainnya untuk bekerja.





.







Untuk kesekian kalinya Hyunjin menunggu Chaeyeon menyelesaikan kerja paruh waktunya di mini market. Kali ini dia menenteng bungkusan makan malam untuknya dan untuk Chaeyeon. Mereka berjalan bersama-sama menuju kontrakan kecil Chaeyeon.

"Seharian ini kamu ga balik?"

Hyunjin mengangguk.

"Ga kuliah emang?"

"Ini hari sabtu, liburlah."

"Setauku orang-orang yang kuliah itu sibuk, banyak tugas. Kok kamu santai gini sih?"

Hyunjin tersenyum dan merangkul Chaeyeon. "Jangan nanya-nanya itu lagi, aku males."

"Ck."

Sesampainya di kontrakan Chaeyeon, Hyunjin segera menyajikan makanan yang baru saja ia beli sambil menunggu Chaeyeon yang sedang mandi.

"Aku nginep di sini lagi ya?" tanya Hyunjin tepat setelah Chaeyeon keluar dari kamar mandi dengan handuk yang menggulung rambutnya.

"Biasanya juga ga pernah ijin." Chaeyeon langsung duduk di hadapan Hyunjin untuk menyantap makan malam, tepatnya makan tengah malamnya.

"Tapi Hyun, besok kan audisi?"

Hyunjin mengangguk santai sambil menyuapkan makanannya sendiri.

"Terus kamu ga akan siap-siap gitu? Di sini kan cuma ada kaos sama celana training kamu."

"Ya udah pake itu aja."

"Hyunjin ih! Ini tuh audisi buat jadi idol, yang jelas-jelas ada penilaian penampilannya, kamu malah seenaknya gitu."

"Ya emang kenapa kalo pake kaos sama celana training doang? Tinggal pake hoodie sama topi pun udah keliatan swag. Butuh apa lagi?"

"Halah, biasanya juga suka ribet urusan penampilan. Ga yakin kamu berani keluar cuma pake kaos sama training doang."

"Ih Chaeyeon tau banget siih... suka deh." Hyunjin mencubit pipi Chaeyeon gemas.

"Apaan sih? Sakit Hyunjin!" Chaeyeon menepis tangan Hyunjin di pipinya.

Keduanya sempat terdiam beberapa saat dan fokus dengan makanannya.

"Hyunjin."

"Hm?"

"Kalau salah satu dari kita ga lolos audisi gimana?"

Hyunjin terdiam dengan pertanyaan Chaeyeon. Ini memang bukan pertama kalinya mereka berdua ikut perlombaan, tapi ini pertama kalinya mereka ikut audisi di agensi besar.

"Kalau aku yang engga lolos, aku ga masalah. Tapi kalau kamu yang engga lolos, aku bakal mengundurkan diri."















AS WE DREAM
heavenable | 2019

AS WE DREAM ; lcy-hhjTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang