Keluar dari ruang audisi, dengan napas terengah Chaeyeon mendudukkan dirinya di lantai koridor yang masih dipenuhi dengan peserta audisi yang lain.
Chaeyeon menyandarkan kepalanya pada dinding seraya memejamkan matanya. Ingatan tentang ucapan Hyunjin semalam masih belum lepas dari pikirannya. Terlebih saat melihat saingan yang begitu banyaknya, Chaeyeon sempat kehilangan percaya dirinya. Beruntung saat audisi tadi ia masih bisa fokus, meski sekarang Chaeyeon tetap tidak yakin hasilnya akan sesuai dengan harapannya.
Ia dan Hyunjin punya mimpi yang sama, menjadi seorang idola. Keduanya pun ingin menggapai mimpi itu bersama-sama. Kakak Hyunjin bahkan meminta Chaeyeon untuk menyertau Hyunjin. Tapi jika sampai audisi ini membuat Chaeyeon gagal, itu artinya dia juga yang akan membuat Hyunjin jauh dari mimpinya. Dan Chaeyeon pun tidak bisa memenuhi permintaan dari kakak Hyunjin.
Di tengah kekhawatirannya, Chaeyeon kemudian dikejutkan oleh seseorang yang baru saja menyandarkan kepalanya di pundak Chaeyeon. Gadis itu sedikit bernapas lega mendapati Hyunjin di sampingnya sambil mengontrol deru napasnya.
"Udah?"
Pemuda itu mengangguk.
"Gimana?"
Hyunjin menggeleng. "Gak yakin."
"Sama. Aku juga gak yakin bisa mengalahkan peserta sebanyak ini."
Hyunjin menegakkan tubuhnya. "Yang penting udah berusaha dengan maksimal."
Chaeyeon mengangguk. Sekarang ia hanya bisa berdo'a dan berharap keduanya lolos audisi.
.
Esoknya, Chaeyeon dan Hyunjin kembali dengan aktivitasnya masing-masing —Chaeyeon dengan kerja paruh waktunya dan Hyunjin dengan kuliahnya.
Tidak seperti biasanya Hyunjin yang akan menemui Chaeyeon di mini market tengah malam. Kali ini sore hari selepas pulang kuliahnya, Hyunjin melajukan motornya ke restoran milik kakaknya.
Sore itu restoran cukup ramai, tapi Hyunjin tahu di jam tersebut jam kerja Chaeyeon sudah selesai. Maka Hyunjin membawa motornya ke belakang restoran dan ia masuk ke restoran melalui pintu dapur.
Tepat saat itu, Chaeyeon juga baru saja keluar dari ruang ganti karyawan dan hendak pulang.
"Hyunjin? Tumben kesini."
"Mau jemput kamu."
Chaeyeon mencibir Hyunjin yang tersenyum lebar.
Dua pelayan lain yang juga baru keluar dari ruang ganti justru memperhatikan Chaeyeon dan Hyunjin sambil saling berbisik.
"Kakak gak ada kan?"
"Ada tuh, lagi ngecek pelayan yang baru datang."
"Ya udah yuk balik."
"Lah? Gak akan ketemu Kak Eunbi dulu?"
"Dibilangin mau jemput kamu." Hyunjin merangkul pundak Chaeyeon dan membawanya keluar. "Ayo balik!"
.
"Hyunjin ini mau kemana?! Katanya mau balik!" teriak Chaeyeon setelah Hyunjin melajukan motornya ke arah yang asing bagi Chaeyeon.
"Hyunjin! Aku bentar lagi harus jaga mini market. Mau kemana sih?!"
Chaeyeon kesal karena Hyunjin tak kunjung menjawab padahal ia sudah berteriak. Ia juga mengeratkan pegangannya yang melingkar di pinggang Hyunjin saat pemuda itu justru menambah kecepatan laju motornya.
"Bawel banget sih. Turun!" pinta Hyunjin setelah memarkirkan motornya di tempat yang ia tuju.
"Kita mau ngapain di sini?"
"Kita healing dulu di sini."
Setelah melepas helmnya, tangan Chaeyeon ditarik untuk mengikuti langkah Hyunjin.
Keduanya menyusuri lapangan luas dengan rerumputan yang ditata rapi. Begitu asri dan mampu menenangkan hati dan pikiran.
Betul kata Hyunjin, rasanya seperti penyembuhan di tengah penatnya aktivitas.
Hyunjin mendudukkan dirinya di rerumputan dengan pemandangan danau kecil yang bersih di depannya. Ia menarik tangan Chaeyeon untuk ikut duduk di sampingnya.
Hening. Keduanya lebih memilih untuk menikmati pemandangan sederhana, namun indah dan nyaman di hadapannya.
"Hyunjin!" seru Chaeyeon tiba-tiba, kemudian melirik jam di pergelangannya.
"Aku harus jaga di mini market!" Chaeyeon baru sadar, ia sudah cukup terlambat untuk kerja paruh waktu yang lainnya.
Chaeyeon yang hendak beranjak dari tempat duduknya pun kembali di tarik Hyunjin.
"Udah nikmati aja dulu pemandangannya."
Chaeyeon mengernyitkan dahinya heran karena Hyunjin justru merangkul lengan Chaeyeon dan menyandarkan kepalanya di pundak Chaeyeon.
"Aku udah bilang sama bos kamu, mulai sekarang kamu gak akan kerja lagi di sana."
"Hyunjin apaan sih!?" Chaeyeon yang terkejut pun menarik lengannya dari rangkulan Hyunjin.
"Udah aku bilang kan, kamu nikmati aja pemandangannya."
"Tapi kamu gak punya hak buat menghentikan kerjaan aku seenaknya gitu, Hyun!!"
Chaeyeon berdiri dengan kesal tanpa lagi ditahan oleh Hyunjin. Pemuda itu justru ikut berdiri.
"Aku itu enggak kayak kamu yang bisa kapan aja minta uang sama orang tua! Aku butuh kerjaan itu buat hidup aku, Hyun!"
"Sssttt... kamu tenang dulu, Yeon." Hyunjin meraih tangan Chaeyeon untuk menenangkan gadis itu.
"Gimana aku bisa tenang?!" Chaeyeon menghempas genggaman tangan Hyunjin. "Gara-gara kamu aku kehilangan satu kerja paruh waktuku!"
Akhirnya, Hyunjin menarik paksa tubuh Chaeyeon ke dalam dekapannya.
"Dengerin aku dulu, aku mau ngomong."
Chaeyeon meronta untuk dilepaskan. Namun Hyunjin semakin mengeratkan pelukannya.
"Kamu gak perlu lagi kerja sampai tengah malam, Yeon." Perlahan Chaeyeon tak lagi meronta. "Karena mulai lusa, kita harus pindah ke asrama."
Hyunjin pun melepas pelukannya dan memegang pundak Chaeyeon.
"Kita berdua lolos audisi, Yeon."
"Hah? Kamu serius, Hyun?"
Hyunjin mengangguk mantap seraya tersenyum sampai kedua matanya menyipit.
"Hyunjin, jangan bercanda!"
"Ya kali aku bercanda soal ini sih, Yeon."
Kali ini Chaeyeon memeluk erat tubuh Hyunjin. Menenggelamkan wajahnya, kemudian menangis di pundak pemuda itu.
AS WE DREAM
heavenable | 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
AS WE DREAM ; lcy-hhj
FanfictionMimpi kita sama. Kita berjuang untuk mencapainya bersama-sama heavenable | 2019