Sudah menjadi kebiasaan bagi Chaeyeon untuk bangun pagi. Tapi, berbeda dengan pagi sebelumnya yang selalu membuat dia sibuk karena harus bersiap pergi bekerja untuk menyambung hidupnya. Pagi itu, tepat setelah Chaeyeon membuka matanya dan seluruh kesadarannya terkumpul, ia justru merasa hampa. Pikiran dan hatinya terasa kosong.
Chaeyeon tidak tahu apa yang harus ia lakukan pada pagi itu. Bahkan dia juga tidak terpikirkan untuk aktivitasnya seharian itu dan beberapa hari ke depan.
Hanya memikirkannya saja Chaeyeon sudah bosan, bagaimana bisa ia menjalani harinya tanpa kesibukan?
Lagi-lagi Chaeyeon merindukan hari-hari sibuknya, hari-hari dimana ia merasa tidak bosan atau lelah dengan aktivitasnya seharian penuh meski di kesehariannya itu Chaeyeon harus menghadapi kekonyolan atau gangguan dari seseorang. Tapi justru orang itulah yang membuat hari Chaeyeon tidak membosankan.
Chaeyeon mengasak rambutnya sendiri dengan kesal.
Ah, kenapa dia harus mengingat masa itu lagi? Kenapa juga orang itu selalu hadir di saat ia mengingat hari-harinya di kota.
Apa yang harus Chaeyeon lakukan sekarang? Setidaknya untuk melupakan kenangan itu dengan perlahan.
Apa sekarang ia harus tidur lagi dan bangun siang?
Ia pun mencoba untuk menutup matanya kembali, karena ia pikir memang ia butuh istirahat yang lebih banyak dari sebelumnya.
"Chaeyeon..."
Chaeyeon membuka matanyamendengar panggilan dari sang ibu disertai ketukan di pintu kamarnya.
"Kamu udah bangun?"
"Udah Bu..." Dengan segera Chaeyeon beranjak dari tempat tidurnya dan membuka pintu kamarnya.
"Ibu sama Ayah pergi ke ladang dulu. Jam 10 kami kembali. Ibu udah siapin sarapan."
Chaeyeon sedikit mendongak untuk melihat suasana pagi di luar dari jendela rumahnya. "Sepagi ini, Bu?"
Bisa Chaeyeon lihat, sinar matahari pun belum sepenuhnya terlihat. Masih ada sisa gelap dari langit malam.
"Kamu kayak ngga tau aja kerjaan kami di ladang, Yeon."
"Ayo, Bu. Nanti keburu siang."
Chaeyeon dan ibunya menoleh pada sang ayah yang baru keluar dari kamar.
"Kami berangkat dulu ya, Chae..."
"Kamu istirahat aja di rumah. Kalau bosan, bisa jalan-jalan keliling desa."
Chaeyeon mengangguk sambil mengikuti kedua orang tuanya, mengantarnya sampai pintu depan rumah.
Ternyata Chaeyeon baru sadar bahwa ia sudah sangat lama meninggalkan desanya. Bahkan ia lupa bagaimana aktivitas kedua orang tuanya yang selalu berangkat ke ladang sebelum matahari naik sepenuhnya.
Setelah kedua orang tuanya pergi, Chaeyeon kembali ke kamar untuk melanjutkan rencananya —kembali tidur dan bangun siang nanti.
Namun, yang terjadi adalah ia justru hanya berguling tidak tentu di atas kasurnya selama satu jam lebih.
"Aarrghh!" Chaeyeon bangun terduduk lagi-lagi mengacak rambutnya dengan kesal. Untuk sekedar tidur lagi saja Chaeyeon tidak bisa.
Chaeyeon pun memutuskan untuk mandi dan sarapan. Kemudian ia berencana untuk jalan-jalan di sekitar desanya. Berharap bisa mengusir kebosanannya. Mungkin juga dia bisa bertemu dengan teman lamanya di masa sekolah dulu.
.
Dengan sepeda lama —yang selalu ia pakai ke sekolah dulu, Chaeyeon menyusuri jalan berkerikil yang tidak terlalu besar. Sesekali ia menyapa para pekerja di ladang yang membentang sepanjang jalanan desa.
Chaeyeon juga mengunjungi pasar tradisional yang memang hanya buka di pagi hari saja. Dia tidak membeli apapun, hanya berjalan-jalan di sepanjang lorong pasar saja. Lagi pula saat itu beberapa pedagang sudah berkemas untuk pulang.
"Lee Chaeyeon?!"
Chaeyeon menoleh pada orang yang memanggilnya. Benar saja, ia akhirnya bisa bertemu dengan teman lamanya yang saat itu sedang mengemasi barang dagangannya.
Bersama temannya itu, Chaeyeon kembali menyusuri jalanan desa sambil bercerita. Temannya itu juga mengajak Chaeyeon ke tempat-tempat yang sering mereka kunjungi saat sekolah dulu. Kali ini Chaeyeon hanya mendorong sepedanya.
Tak terasa, mereka jalan-jalan hingga sore hari. Karena temannya itu juga mengantar Chaeyeon untuk mencari pekerjaan. Dan mereka pun berpisah setelah akhirnya Chaeyeon mendapatkan beberapa pekerjaan.
Tepat saat Chaeyeon tiba di rumah, kedua orang tuanya pun baru saja pulang dari ladang.
Dan kemudian, Chaeyeon menghabiskan sisa hari itu bersama kedua orang tuanya. Setidaknya satu hari itu bisa ia lewati tanpa kembali mengingat kenangannya.
Bunyi ponsel Chaeyeon yang diletakkan di sofa pun menghentikan obrolan mereka bertiga yang tengah mengomentari sebuh acara di televisi.
Chaeyeon mengernyit saat mendapati nomor tak dikenal di layar ponselnya. Setelah cukup lama berdering, dengan ragu Chaeyeon mengangkat teleponnya.
"Halo?"
Tidak ada jawaban, yang ia dengar kemudian hanyalah isak tangis pelan.
Chaeyeon kembali menatap layar ponselnya kemudian bergumam, "Sudah jam sebelas malam. Siapa yang menelepon malam-malam begini?"
"Lee Chaeyeon..."
Chaeyeon kembali menempelkan ponselnya pada telinga saat suara lirih itu terdengar sama menyebut namanya.
"Siapa ini?"
Kedua orang tuanya menoleh pada Chaeyeon dan ikut penasaran dengan orang yang menelepon Chaeyeon.
"Chaeyeon..." suara di sebrang sana kembali memanggil nama Chaeyeon dan terisak, kali ini isakannya terdengar kuat.
Chaeyeon hanya mengernyitkan dahinya. Di benaknya mulai terbesit segala macam asumsi.
"Lee Chaeyeon!!"
Kali ini Chaeyeon terkejut menutup mulutnya. Panggilan ketiga dengan nada kesal —masih dengan isakannya saat itu berhasil membuat mata Chaeyeon berair.
"Chaeyeon, kamu dimana?" Suara lirih dan isakan itu terdengar sangat menyesakkan di hati Chaeyeon. "Kamu dimana, Lee Chaeyeon?!"
Air mata Chaeyeon yang sempat tertahan pun terjatuh, tangannya semakin kuat menekan mulutnya agar isakannya tak terdengar.
Kedua orang tuanya semakin penasaran dan khawatir. Sang ibu mendekat pada Chaeyeon kemudian merangkulnya, mencoba menenangkan putrinya.
"Jawab aku! Kamu dimana?!"
"Hyunjin..." Dengan susah payah Chaeyeon menahan isakannya saat memanggil nama sang penelepon.
"Chaeyeon, kembalilah... Aku mohon..."
AS WE DREAM
heavenable | 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
AS WE DREAM ; lcy-hhj
Fiksi PenggemarMimpi kita sama. Kita berjuang untuk mencapainya bersama-sama heavenable | 2019